Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Selasa, 30 November 2021

Ma'mum Membarengi Imam

Hukum Makmum Membarengi Gerakan Imam dalam Shalat

Shalat berjamaah adalah salah satu simbol perekat sosial antarumat Islam yang terwujud dalam Ibadah.
Dengan dilaksanakannya shalat berjamaah di setiap sudut wilayah dan berbagai tempat baik di pedesaan ataupun perkotaan, secara tidak langsung akan memunculkan keharmonisan sosial yang kuat antara satu sama lain. 

Nilai ibadah yang terkandung dalam Shalat berjamaah juga melampaui shalat yang dilakukan sendirian dengan selisih 27 derajat.
Besarnya nilai pahala dalam ibadah shalat berjamaah ini merupakan salah satu hal yang menjadikan kesemangatan umat Islam dalam melaksanakan shalat berjamaah.

Dalam shalat berjamaah ini banyak hal yang perlu diperhatikan agar ibadah dapat dilaksanakan secara sempurna. Salah satunya adalah dalam hal gerakan imam dan makmum. Seperti yang umum diketahui bahwa makmum tidak diperkenankan mendahului gerakan imam dalam rukun apa pun, sebab merupakan kewajiban bagi makmum untuk mengikuti gerakan imam seperti yang dijelaskan dalam hadits:

إنما جعل الإمام ليؤتم به فلا تختلفوا عليه فإذا كبّر فكبّروا وإذا ركع فاركعوا

“Imam itu dijadikan hanya untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihi imam. Jika imam telah takbir maka takbirlah kalian, jika imam telah ruku’ maka ruku’lah kalian” (HR. Bukhari Muslim)

Lalu bagaimana jika makmum membarengi gerakan imam? Apakah memiliki hukum yang sama dengan mendahului gerakan imam?

Dalam menjawab pertanyaan di atas, secara umum para ulama mengelompokkan hukum makmum membarengi gerakan imam dalam lima perincian.

Pertama, haram sekaligus menyebabkan tidak sahnya shalat yang ia lakukan. Hal ini ketika makmum membarengi imam dalam takbiratul ihram.

Kedua, sunnah yaitu ketika makmum membarengi imam dalam membaca âmîn setelah imam selesai membaca Surat Al-Fatihah.

Ketiga, makruh sekaligus menghilangkan fadhilah (keutamaan) jamaah bagi makmum.
Hal ini ketika makmum membarengi imam dalam gerakan yang terdapat dalam shalat secara sengaja, begitu juga saat makmum membarengi imam dalam mengucapkan salam.

Keempat, wajib.
Hal ini terdapat dalam satu kasus yaitu saat makmum tahu bahwa jika ia tidak membaca Surat Al-Fatihah bersamaan dengan bacaan imam maka ia tidak akan dapat menyelesaikan bacaan Al-Fatihahnya secara sempurna, maka dalam keadaan ini ia wajib untuk membaca fatihah bersamaan dengan bacaan imam.

Kelima, Mubah yaitu membarengi imam dalam selain permasalahan yang telah dijelaskan di atas, seperti membarengi imam dalam bacaan Tasbih ketika ruku’ dan sujud, membarengi imam dalam bacaan iftitah dll.

Kelima perincian di atas, secara tegas disampaikan oleh Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi:

فائدة: المقارنة على خمسة أقسام: حرام مانعة من الإنعقاد وهي المقارنة في تكبيرة الإحرام. ومندوبة وهي المقارنة في التأمين. ومكروهة مفوّتة لفضيلة الجماعة فيما قارن فيه مع العمد وهي المقارنة في الأفعال وفي السلام. وواجبة إذا علم أنه إن لم يقرأ الفاتحة مع الإمام لم يدركها.  ومباحة فيما عدا ذلك 

“Faidah: Membarengi gerakan imam terbagi menjadi lima bagian. Haram dan mencegah keabsahan shalat berjamaah, yaitu membarengi imam dalam takbiratul ihram. Sunnah yaitu membarengi imam dalam membaca âmîn setelah selesai membaca Surat Al-Fatihah. Makruh yang sampai menghilangkan Fadhilah Jamaah dalam gerakan yang bebarengan ketika dilakukan dengan sengaja, yaitu ketika membarengi imam dalam hal gerakan dan salam. Wajib yaitu membarengi bacaan Al-Fatihah imam, ketika makmum tahu bahwa jika ia tidak membaca Surat Al-Fatihah bersamaan dengan bacaan imam maka ia tidak dapat menyelesaikan bacaan Al-Fatihahnya. Kelima, Mubah yaitu membarengi imam dalam selain hal-hal yang dijelaskan di atas”

(Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi, Tanwir al-Qulub, hal. 169).

Berdasarkan referensi di atas dapat dipahami bahwa membarengi gerakan imam terdapat berbagai klasifikasi lima hukum. Namun yang perlu diperhatikan adalah perihal membarengi imam yang dihukumi makruh yang sekaligus dapat menghilangkan fadhilah jamaah, sebab hal ini seringkali terjadi dalam ritual shalat berjamaah. 

Maksud dari hilangnya fadhilah jamaah ini adalah hilangnya keutamaan 27 derajat yg terdapat dalam shalat berjamaah pada rukun yg terdapat kemakruhannya saja, tidak sampai menghilangkan fadhilah 27 derajat pada seluruh shalat. Seperti penjelasan dalam kitab I'anah Al-Thalibin:

وصرحوا بأن كل مكروه من حيث الجماعة يكون مبطلا لفضيلتها، أي التي هي سبع وعشرون درجة –إلى أن قال- ولا تغفل عما سبق من أن المراد فوات ذلك الجزء الذي حصل فيه ذلك المكروه لا في كل صلاة

“Ulama menegaskan bahwa sesungguhnya setiap kemakruhan yang ada dalam shalat berjamaah akan menghilangkan fadhilah jamaah yang berupa keutamaan 27 derajat.
Dan janganlah melupakan penjelasan yang telah lewat bahwa yang dimaksud dengan  hilangnya fadhilah jamaah adalah hilangnya fadhilah tersebut pada juz (rukun) yang dilakukan kemakruhan saja bukan pada fadhilah jamaah dalam seluruh shalat.”

(Sayyid Abu Bakar Syatho’ Al-Dimyathi, Hasyiyah I'anah Al-Thalibin juz. 2 hal. 25)

Demikian penjelasan tentang makmum yang membarengi imam, secara umum dapat disimpulkan bahwa hukum membarengi imam tidak sama dengan mendahului gerakan imam yang secara mutlak diharamkan ketika terdapat kesengajaan, sebab dalam membarengi imam terdapat berbagai perincian hukum seperti yang telah dijelaskan di atas. Semoga dengan penjelasan ini kita dapat semakin hati-hati dan menjaga dalam pelaksanaan shalat berjamaah sehingga kita mendapatkan fadhilah shalat berjamaah dengan sempurna. Amin.
Allahu A'lam


Sabtu, 27 November 2021

Pertama Masuk Sorga

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab yang mendengar Rasulullah SAW bersabda.

إن الجنة حرمت على الأنبياء كلهم حتى أدخلها، وحرمت على الأمم حتى تدخلها أمتي

Artinya:

Surga itu tak boleh dimasuki seluruh Nabi sampai aku memasukinya. Surga pun tak boleh dimasuki umat nabi manapun sebelum umatku memasukinya (HR Daruqutni)."

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda.

آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَأَسْتَفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ. فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ لاَ أَفْتَحُ لأَحَدٍ قَبْلَكَ

Aku mendatangi surga tanpa susah payah di hari kiamat nanti, dan meminta dibukakan pintu surga. Penjaga surga bertanya, “Siapa Anda?” “Aku Muhammad,” kata Nabi. Penjaga surga itu pun mempersilakan sambil berkata, “Aku diperintah hanya membukakan pintu surga untukmu sebelum orang lain memasukinya” (HR Muslim)

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik yang pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda.

أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ يَشْفَعُ فِي الْجَنَّةِ، وَأَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ تَبَعاً

Saya itu orang yang pertama kali dapat memberikan syafaat di surga, dan nabi yang paling banyak pengikutnya (HR Muslim).

عن عائشة - رضي الله عنها -: أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: سدِّدوا وقارِبوا وأبشِروا؛ فإنه لا يُدخِل أحدًا الجنةَ عملُه ، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا، إلا أن يَتغمدَني اللهُ بمغفرة ورحمةوأنَّ أحبَّ الأعمالِ إلى الله أدومُها وإن قلَّ

Aisyah istri Nabi Muhammad SAW berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tujulah (kebenaran), mendekatlah dan bergembiralah bahwa sesungguhnya tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga  amalnya." Mereka bertanya, "Tidak juga Tuan, wahai Rasulullah?"
Nabi SAW menjawab, "Tidak juga aku, kecuali bila Rabb-mu melimpahkan rahmat dan karunia padaku. Dan ketahuilah bahwa amal yang paling disukai Allah adalah yang paling rutin meski sedikit." (HR Muslim).

Dalam hadits lainnya yang disampaikan Jabir salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW juga senda dengan yang disampaikan Aisyah. Hanya rahmat Allah SWT yang dapat memasukan manusia ke surga.
عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ ، وَلَا أَنَا ، إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
Jabir berkata, aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak juga aku kecuali karena rahmat dari Allah." (HR Muslim).

سَدِّدُوا وقارِبُوا، وأَبْشِرُوا، فإنَّه لَنْ يُدْخِلَ الجَنَّةَ أحَدًا عَمَلُهُ قالوا: ولا أنْتَ؟ يا رَسولَ اللهِ، قالَ: ولا أنا، إلَّا أنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ منه برَحْمَةٍ، واعْلَمُوا أنَّ أحَبَّ العَمَلِ إلى اللهِ أدْوَمُهُ وإنْ قَلَّ. وفي روايةٍ بهذا الإسْنادِ، ولَمْ يَذْكُرْ: وأَبْشِرُوا.
الراوي : عائشة أم المؤمنين | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم | الصفحة أو الرقم : 2818 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح] | التخريج : أخرجه البخاري (6464)، ومسلم (2818)

.