Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Sabtu, 18 Desember 2021

Ketinggalan Takbir Ketika Shalat Jenazah

Ketinggalan Shalat Jenazah
Bagaimana jika kita ketinggalan beberapa takbir shalat jenazah?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Dalil utama tentang masalah masbuq dalam shalat adalah hadis dari Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا

Apabila kalian menghadiri shalat jenazah, berjalanlah dengan tenang. Gerakan apapun yang kalian jumpai, langsung diikuti. Sementara yang ketinggalan, sempurnakanlah. (HR. Bukhari 635 dan Muslim 602).

Berdasarkan hadis di atas, pada prinsipnya, masbuq dalam shalat jenazah, sama dengan masbuq dalam shalat pada umumnya. Hanya saja, dalam shalat jenazah, bentuk ketinggalannya dalam masalah jumlah takbir, sedangkan dalam shalat lainnya, bentuk masbuqnya dalam jumlah rakaat.

Hasan al-Bashri mengatakan,

إِذا انتهى إِلى الجنازة وهم يُصلّون؛ يدخل معهم بتكبيرة

Jika ada orang menjumpai jamaah shalat jenazah, sementara mereka sudah melaksanakan beberapa takbir, maka hendaknya dia langsung bergabung bersama jamaah itu dengan menyusul takbir (mereka). (HR. Bukhari secara muallaq – Bab Sunah Shalat ala Janazah).

Ibnu Hazm menjelaskan teknisnya sebagai berikut,

ومن فاته بعض التكبيرات على الجنازة؛ كَبَّر ساعة يأتي، ولا ينتظر تكبيرة الإِمام، فإِذا سلم الإِمام أتم هو ما بقي من التكبير، يدعو بين تكبيرة وتكبيرة كما كان يفعل مع الإِمام

Orang yang ketinggalan beberapa takbir shalat jenazah, langsung takbir meskipun hanya mendapatkan beberapa saat, dan tidak menunggu takbir imam berikutnya. Jika imam salam, dia sempurnakan takbir yang kurang. dia berdoa dari satu takbir ke takbir berikutnya. Sebagaimana yang dia lakukan bersama imam.

Sebagai ilustrasi,

SI A KETINGGALAN SHALAT JENAZAH, SEMENTARA IMAM SUDAH TAKBIR KEDUA. YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN SI A, DIA LANGSUNG TAKBIR, DAN TIDAK MENUNGGU TAKBIR KETIGA IMAM. MESKIPUN DIA HANYA MENDAPATKAN BEBERAPA SAAT, KEMUDIAN IMAM TAKBIR KETIGA.

SELANJUTNYA DIA IKUTI IMAM. SETELAH IMAM SALAM, DIA TAMBAHKAN SATU TAKBIR.

Bagaimana Urutan Doanya?
Berikut penjelasan Imam Ibnu Utsaimin,

فإذا دخل الداخل وقد كبر الإمام بعض التكبيرات، فإنه يدخل معه ويدعو بالدعاء في التكبيرة التي كبرها الإمام، فإذا قدرنا أنه دخل والإمام في التكبيرة الثالثة، والتكبيرة الثالثة هي التي يدعى فيها للميت، فإنه يدخل معه ويدعو للميت … ثم إذا سلم الإمام من صلاة الجنازة، أتم المأموم ما فاته إن بقيت الجنازة حتى يتم

Apabila orang yang masbuq menjumpai jamaah shalat jenazah, sementara imam sudah melakukan beberapa takbir, maka dia langsung bergabung dan berdoa dengan doa sesuai urutan takbir imam. Misalnya, dia bergabung ketika imam telah melakukan takbir ketiga. Dan di takbir ketiga, dianjurkan berdoa untuk mayit. Maka orang ini langsung bergabung dan mendoakan mayit… kemudian setelah imam salam shalat jenazah, makmum menambahi kekurangannya, jika jenazah masih di tempat. (al-Liqa as-Syahri, volume 1, no. 10)

Allahu a’lam.

Baca Surah Alfatihah Separoh

Jika kita masbuq, apakah tetap dianjurkan membaca doa iftitah?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Jumhur ulama mengatakan bahwa doa iftitah hukumnya anjuran.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bercerita,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam punya kebiasaan seusai takbiratul ihram, sebelum membaca al-Fatihah, beliau diam sejenak. Akupun bertanya ke beliau,

“Ya Rasulullah, anda diam antara takbiratul ihram dan fatihah, apa yang anda baca?”

Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَقُولُ: اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Aku membaca, “Allahumma baaid bainii wa baina khathaayaaya… dst.” (Muttafaq ‘alaihi).

Hadis ini menunjukkan, doa iftitah hukumnya sunah, bagi yang membacanya mendapatkan pahala dan jika tidak dibaca, shalat tidak batal.

Ibnu Qudamah mengatakan,

الاستفتاح من سنن الصلاة في قول أكثر أهل العلم

Doa iftitah termasuk sunah dalam shalat menurut pendapat mayoritas ulama. (al-Mughni, 1/341).

Sementara al-Fatihah hukumnya rukun dalam shalat.

Dalam hadis Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.” (Muttafaq ‘alaih).

Dan kaidah baku yang berlaku adalah dahulukan yang wajib dari pada yang sifatnya anjuran.

Berangkat dari sini, kita akan memberikan rincian untuk kasus makmum masbuq, apakah perlu membaca doa iftitah ataukah tidak?

[1] Jika waktunya sudah tidak memungkinkan untuk membaca doa iftitah dan al-Fatihah

Jika waktunya tidak memungkinkan untuk membaca doa iftitah dan al-Fatihah, maka dahulukan al-Fatihah dari pada doa iftitah. Dahulukan yang wajib dari pada yang sunah.

An-Nawawi juga mengatakan,

وإن علم أنه يمكنه أن يأتي ببعض دعاء الافتتاح مع التعوذ والفاتحة ، ولا يمكنه كله أتى بالممكن نص عليه في الأم

Jika makmum masbuq tahu bahwa memungkinkan bagi dia untuk melakukan sebagian doa iftitah, ta’awudz dan Fatihah, sementara tidak mungkin bisa membaca semuannya, maka dia baca yang memungkinkan untuk dibaca. Demikian yang ditegaskan dalam al-Umm. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 3/319)

[2] Jika masih memungkinkan untuk membaca doa iftitah, dianjurkan membacanya

An-Nawawi mengatakan,

وإن أدركه في القيام ، وعلم أنه يمكنه دعاء الاستفتاح والتعوذ والفاتحة أتى به , نص عليه الشافعي في الأم وقاله الأصحاب

Jika makmum masbuq menjumpai imam sedang berdiri, dan dia tahu bahwa memungkinkan baginya untuk membaca doa iftitah, ta’awudz dan al-Fatihah, maka dia dianjurkan membaca iftitah. Demikian yang ditegaskan as-Syafii dalam kitab al-Umm, dan ini yang menjadi pendapat Syafi’iyah. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 3/319)

An-Nawawi juga menukil keterangan al-Baghawi,

قال البغوي ولو أحرم مسبوق فأمن الإمام عقب إحرامه أمن ثم أتى بالاستفتاح ; لأن التأمين يسير

Al-Baghawi mengatakan, ketika makmum masbuq melakukan takbiratul ihram, lalu imam sampai pada bacaan amin seusai makmum masbuq takbiratul ihram, maka makmum langsung membaca amin, kemudian membaca doa iftitah. Karena bacaan amin hanya sebentar. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 3/318)

[3] Jika kesempatan untuk membaca iftitah sudah selesai, maka tidak perlu membaca doa iftitah.

Misalnya, makmum masbuq takbiratul ihram sementara imam sedang duduk tasyahud. Dalam kondisi ini, seusai takbirtaul ihram, makmum masbuq langsung duduk dan ketika bangkit, tidak perlu membaca doa iftitah.

an-Nawawi menyebutkan keterangan al-Baghawi,

ولو أدرك مسبوق الإمام في التشهد الأخير فكبر وقعد فسلم مع أول قعوده قام ولا يأتي بدعاء الاستفتاح لفوات محله

Jika makmum masbuq menjumpai imam sedang tasyahud akhir, lalu dia takbiratul ihram, lalu duduk tasyahud. Dan ketika makmum duduk, imam salam, maka makmum berdiri dan tidak perlu membaca doa iftitah, karena kesempatan membaca doa iftitah sudah terlewatkan.

(al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, 3/318)

Demikian, Allahu a’lam.

Sabtu, 04 Desember 2021

Hukum makeup sah kah wudhunya

Memakai Makeup Waterproof, Sahkah Wudhu?...

Apa hukum wanita menggunakan makeup waterproof,sah kah wudhunya?...

Bismillah walhamdulillah wassholaatu was salaam ‘ala Rasulillah, waba’du.

Membasahi badan yang tergolong anggota wudhu saat berwudhu, adalah kewajiban. Bahkan Rasulullah ﷺ sampai pernah mengancam,

وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ أَسْبِغُوا الْوُضُوءَ

“Celaka atau lembah wail (di neraka jahanam) bagi para pemilik tumit yang tidak terkena air wudhu. Sempurnakan wudhu kalian!” (HR. Muslim)

Saat Nabi melihat seorang sholat dengan kondisi ada bagian anggota wudhu yang tidak terbasahi air, Nabi perintahkan orang tersebut mengulang wudhu dan sholatnya. Khalid bin Mi’dan menceritakan kisah ini yang beliau dapat dari sebagian istri-istri Nabi ﷺ,

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى رجلا يصلي وفي ظهر قدمه لمعه قدر الدرهم لم يصبها الماء فأمره رسول الله صلى الله عليه وسلم ” أن يعيد الوضوء “.

”Rasulullah ﷺ pernah melihat seorang shalat sedangkan di punggung kakinya ada bagian mengkilap karena tidak terbasuh air wudhu, seukuran sekeping dirham. Lalu Nabi ﷺ menyuruhnya mengulang kembali wudhunya.” (HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud)

Sedikit saja bagian wudhu tidak terkena air wudhu, itu dapat membatalkan seluruh basuhan wudhu, sehingga harus mengulang kembali wudhu secara sempurna. Ini menunjukkan pentingnya memastikan semua anggota wudhu terbasahi air wudhu.

Bagaimana dengan Makeup Waterproof?
Secara umum makeup wanita ada dua jenis :

Pertama, memiliki ketebalan dan membentuk lapisan.

Makeup jenis ini, harus dihilangkan sebelum berwudhu. Karena menghalangi sampainya air ke anggota wudhu. Jika tidak dihilangkan, maka wudhu tidak sah, dan terkena ancaman hadis di atas.

Contohnya seperti lipstik, bedak wajah yang tebal dll.

Kedua, tidak memiliki ketebalan dan tidak membentuk lapisan.

Makeup jenis ini tidak harus dihilangkan. Karena tidak mengandung lapisan atau ketebalan, yang menghalangi basahan air wudhu. Contohnya makeup yang hanya berupa warna, seperti celak, pewarna kuku dll.

Syekh Abdulaziz Ibnu Baz-rahimahullah– menerangkan,

إذا كان المكياج له جسم، يمنع الماء، يزال، وإن كان ليس له جسم بل هو مجرد صبغ، لا يكون له جرم، فلا يلزم إزالته، أما إذا كان له جسم يحصل له منع، يعني يمنع الماء، فهذا يجب أن يزال من الوجه، وهكذا من الذراع، إذا كان فيه شيء كالعجين يزال، أما إذا كان الشيء مجرد صبغ ليس له جسم ولا جرم، هذا ما تجب إزالته

Jika make-up memiliki fisik (membentuk lapisan), menghalangi sampainya air ke anggota wudhu, maka harus dihilangkan. Jika tidak memiliki fisik, jadi hanya sebatas warna, tidak memiliki ketebalan, maka tidak harus dihilangkan.
Namun jika make-up memiliki fisik, sehingga dapat menghalangi basahan air wudhu, maka make up seperti ini wajib dihilangkan. Seperti make-up wajah atau lengan, jika mengandung zat lilin (membentuk lapisan), maka harus dihilangkan. Adapun kalau hanya sebatas warna tidak memiliki fisik dan ketebalan, tidak harus dihilangkan…

Simak fatwa beliau dibawah ini:

Dari kedua jenis makeup di atas, makeup waterproof tergolong yang mana?

Dari namanya kita bisa menangkap bahwa salah satu jenis make-up yang sekarang banyak diminati ini, tergolong jenis pertama. Waterproof artinya anti air. Ini jelas menunjukkan memiliki ketebalan dan lapisan. Sehingga harus dihilangkan saat hendak berwudhu.

Demikian, Wallahua’lam bis showab.