Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Sabtu, 29 Oktober 2016

Perumpamaan Kehidupan dunia

KEHIDUPAN DUNIA
PERUMPAMAAN KEHIDUPAN DUNIA MENURUT QUR’AN DAN HADIST...

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesungguhnya perkara agung yang Rasul peringatkan kepada manusia adalah mentauhidkan Allah; menyembah Allah satu-satunya, dan mengingatkan Akhirat; bahwa hidup di dunia cuma sementara. Demikian karena ada saja orang yang sadar dan tahu tujuan hidupnya; menyembah Allah, akan tetapi kegemerlapan dunia membuatnya lupa. Maka jadilah ia menjual akhiratnya demi mendapat dunia, ia tinggalkan shalat demi cari uang, tinggalkan zakat karena takut uangnya berkurang, tidak mau berhaji karena tak mau rugi, ia gadaikan keyakinan demi jabatan, ia sebarkan kesesatan untuk mendapat bayaran, wanita senang buka-bukaan untuk mendapat perhatian, laki-laki saling bunuh demi mendapat pujaan hati… dsb.
Allah berfirman;
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kalian, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, sementara kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.  (Al-An’am 130)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Al-Munafiqun 9)
Serupa dengan ayat diatas adalah sabda Nabi Saw;

أَلاَ إنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا ، إِلاَّ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى ، وَمَا وَالاهُ ، وَعالِماً وَمُتَعَلِّماً رواه الترمذي

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu terlaknat. Semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali dzikrullah serta orang yang berdzikir, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama.“ (HR. Tirmidzi)
Yakni dunia mampu menyebabkan laknat Allah (jauh dari rahmatnya) disebabkan kemampuannya dalam melalaikan dari perintah-perintah Allah, kecuali Dzikir Allah dan para ahlinya, orang yang berilmu agama dan orang yang mengajarkan ilmu agama. Demikian karena Ahli Dzikir dan Ahli Ilmu (Ulama) mengingat Allah dalam segala sesuatu, dan gemerlap dunia tidak membuat mereka lupa.

Perumpamaan dunia dan ahlinya
Dunia ini ibarat bangkai sedang orang yang senang kepadanya ibarat anjing, Allah berfirman;

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ، وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat -ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al-A’rof 175-176)
Allah menyamakan orang yang condong kepada dunia melebihi akhirat seperti anjing yang menjulur-julurkan lidahnya tak peduli bagaimanapun kau memperlakukannya (perumpamaan sifat tamak).  Karena itu Rasul Saw bersabda;

أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Andai anak Adam diberi emas satu lembah, ia ingin mendapat dua lembah. Tidak ada yang dapat membungkam mulutnya selain tanah, dan Allah mengabulkan taubat hamba-Nya yang bertaubat”. (HR. Bukhari-Muslim)

Maksudnya, anak Adam akan selalu tamak terhadap dunia hingga ia binasa dan mulutnya tersumbat tanah pusara.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ». قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam melintas masuk ke pasar seusai pergi dari tempat-tempat tinggi sementara orang-orang berada disisi beliau. Beliau melintasi bangkai anak kambing dengan telinga melekat, beliau mengangkat telinganya lalu bersabda: Siapa diantara kalian yang mau membeli ini seharga satu dirham? mereka menjawab: Kami tidak mau memilikinya, untuk apa? Beliau bersabda: Apa kalian mau (bangkai) ini milik kalian? mereka menjawab: Demi Allah, andai masih hidup pun ada cacatnya karena telinganya menempel, lalu bagaimana halnya dalam keadaan sudah mati? Beliau bersabda: Demi Allah, dunia lebih hina bagi Allah melebihi (bangkai) ini bagi kalian. (HR. Muslim)

Dunia sebagai pembawa bencana

Dunia adalah pangkal segala bencana, ingatlah bagaimana Adam diturunkan dari surga dengan iming-iming menjadi seorang malaikat atau menjadi manusia abadi;

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ

Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).” (Al-A’raf 20)

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى

Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldidan kerajaan yang tidak akan binasa?” (Taha 120)

Pada masa Nabi Muhammad, dalam perang Uhud gemerlap dunia telah melenakan kaum Muslimin dari perintah Nabi sehingga menyebakan kekalahan mereka.

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (Ghanimah). Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (Ali Imron 152)

Begitu pula bencana-bencana yang menimpa kaum muslim sekarang.

عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Rasulullah saw bersabda, “Akan tiba suatu saat dimana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi karena waktu itu jumlah kami sedikit?”Beliau menjawab, “Pada saat itu jumlah kalian banyak. Namun kalian dalam kondisi tiada daya seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan mencampakkan ke dalam hati kalian al-wahn.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu al-wahn?”Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”(HR.Imam Ahmad)

إذا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ البقر وَرَضِيتُمْ بالزرعِ وتركتم الجهادَ سلط اللهُ عليكم ذُلا لاَ يَنْزِعُهُ حتى ترجعوا إلى دينِكم

”Apabila kalian telah melakukan transaksi jual beli dengan cara `inah (riba), kalian memegang ekor sapi, kalian puas dengan sawah ladang, dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan. Dia tidak akan mencabutnya dari kalian sehingga kalian kembali kepada agama kalian.“ (HR. Abu Dawud)

Pencurian, pembunuhan, perampasan hak, dan lain sebagainya penyebabnya tidak lepas dari dunia.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ : لَمَّا بُعِثَ مُحَمَّدٌ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَتَتْ إبْلِيسَ جُنُودُهُ فَقَالُوا قَدْ بُعِثَ نَبِيٌّ وَأُخْرِجَتْ أُمَّةٌ قَالَ أَيُحِبُّونَ الدُّنْيَا قَالُوا نَعَمْ قَالَ لَئِنْ كَانُوا يُحِبُّونَهَا مَا أُبَالِي أَنْ لَا يَعْبُدُوا الْأَوْثَانَ ، وَأَنَا أَغْدُو عَلَيْهِمْ ، وَأَرُوحُ بِثَلَاثٍ أَخْذِ الْمَالِ مِنْ غَيْرِ حَقِّهِ ، وَإِنْفَاقِهِ فِي غَيْرِ حَقِّهِ ، وَإِمْسَاكِهِ ، وَالشَّرُّ كُلُّهُ تَبَعٌ لِذَلِكَ

Dari Abu Umamah Al-Bahily RA; “ketika Nabi Muhammad diutus, para tentara Iblis mendatangi Iblis dan bertkata; “Telah diutus seorang Nabi dan dikeluarkan suatu umat”. Iblis berkata; “Apakah mereka mencintai dunia?”. Mereka menjawab; “Ya”. Iblis berkata; “Jikalau mereka benar menyukainnya niscaya aku tidak peduli apaka mereka tidak menyembah berhala-berhala, aku akan pergi kepada mereka dengan tiga perkara, mengambil harta dengan tidak benar, membelanjakan harta pada perkara yang tidak benar, dan menahannya (tidak mau bersedekah), dan kejelekan seluruhnya adalah pengikut hal-hal tadi”.

Ketika pintu-pintu dunia dibukakan untuk para Sahabat mereka berkata;

ابتلينا بفتنة الضراء فصبرنا وابتلينا بفتنة السراء فلم نصبر

Kita diuji dengan fitnah kesengsaraan kemudian kita sabar. Dan kita diuji dengan fitnah kesenangan kemudian kita tidak (mampu) sabar.

Karena itu Rasul Saw bersabda;

فوالله ما الفقر أخشى عليكم ولكني أخشى أن تبسط عليكم الدنيا كما بسطت على من كان من قبلكم فتنافسوها كما تنافسوها وتهلككم كما أهلكتهم

“Demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka” (HR Bukhari dan Muslim)

Memilikinya bisa menyebabkan sikap sombong dan enggan menerima kebenaran, simaklah firman-firman Allah berikut;

مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ، عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ، أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ، إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

….yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, (Semua itu) karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak, Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala.” (Al-Qalam 12-15)

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى، أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,  karena dia melihat dirinya serba cukup. (Al-Alaq 6-7)

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.”Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah 258)

Terlihat dari ayat-ayat diatas bahwa penyebab-penyebab sikap sombong menolak kebenaran adalah jabatan, kekuasaan, punya harta dan merasa tercukupi, punya banyak anak laki-laki (orang Arab sangat membanggakan ini dikarenakan punya banyak anak laki-laki berarti punya banyak orang yang menjadi pelindung dan pengikut). Itulah sebabnya para pengikut Rasul kebanyakan adalah orang-orang rendahan dan rakyat biasa yang tak punya apa-apa sehingga orang-orang kafir berkata;

أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ

“Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?.” (As-Syu’ara’ 111)

Obat penyakit cinta dunia

Obat mujarab untuk menghilangkan penyakit cinta dunia adalah mengingat akhirat, mulai dari mengingat mati sebagai gerbangnya sampai apa-apa yang terjadi pada hari kiamat.  At-Taimy berkata “Dua berkara yang mampu memutus keledzatan dunia ; mengingat mati dan mengingat (bahwa kelak) akan berdiri (pada hari kiamat) dihadapan Allah Azza Wa Jall.
Ketika Allah menyebutkan bahwa manusia mencintai dunia dan meninggalkan akhirat, Allah melanjutkan dengan menyebutkan apa yang terjadi nanti pada hari kiamat, dan memperingatkan manusia bagaimana nanti jika maut datang menjemput;

كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ، وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ، وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ، إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ، وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ بَاسِرَةٌ، تَظُنُّ أَنْ يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ، كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ، وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ، وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ، وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ، إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram, mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.
Sekali-kali jangan! Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,
dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. (Al-Qiyamah  20-30)

Allah juga berfirman;

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِر، كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ، ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ، كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ، لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sehingga kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu!! seandainya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin (niscaya kamu tidak akan melakukannya).
(Demi Allah) Kalian akan benar-benar akan melihat neraka Jahiim.  (At-Takatsur 1-6)

Sejalan dengan firman Allah diatas adalah sabda Rasul Saw;

عن أبي الدرداء قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « لو تعلمون ما أعلم لبكيتم كثيرا ، ولضحكتم قليلا ، ولهانت عليكم الدنيا ، ولآثرتم الآخرة »

Dari Abi Dardak ia berkata; Rasulullah Saw bersabda; “Sekiranya kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan kalian akan banyak menangis, dan akan ringan bagimu (urusan) Dunia, dan kalian akan memilih Akhirat.” (HR. Ibnu Abi Dunya)

Termasuk dalam hal ini adalah mengingat dan membandingkan apa yang terjadi nanti bagi orang-orang yang lebih memilih dunia dan yang terjadi bagi orang yang memilih Akhirat;

إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُون، أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
(Yunus 7-8)

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ،

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud 15-16)

فَأَمَّا مَنْ طَغَى، وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى،  فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (An-Naazi’aat 37-41)

Selain itu senantiasalah mengingat keunggulan akhirat dibanding dunia, Allah berfirman;

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَ، وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Tetapi kalian memilih kehidupan duniawi sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.  (Al-A’la 16-17)

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An’am 32)

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ، قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?.” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.  (Ali Imron 14-15)

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi 46)

Suatu ketika Nabi Sulaiman melewati seorang dari Bani Israil, ia berkata; “Wahai putra Dawud, sungguh Allah telah memberikanmu kerajaan yang agung”. Nabi Sulaiman mendengar perkataannya dan berkata;

لتسبيحة في صحيفة مؤمن خير مما أعطي ابن داود فما أعطي لابن داود يذهب والتسبيحة تبقى

Sungguh bacaan Tasbih di lembaran (catatan amal) seorang mukmin lebih baik dari apa yang diberikan kepada putra Dawud. Apa yang diberikan kepada putera Dawud akan lenyap sedang bacaan Tasbih tetap ada.
Jika Tasbih lebih baik dari apa yang diberikan kepada Nabi Sulaiman maka bagaimanakah dengan amalan yang lebih agung darinya seperti sholat berjamaah? Lalu mengapa orang-orang ketika mendengar panggilan shalat lebih memilih dagangannya daripada mengambil wudlu untuk shalat berjamaah?

Bagaimana menyingkapi godaan dunia dengan benar
Sesungguhnya Allah mencipatakan dunia seisinya dan menghiasinya sebagai godaan bagi manusia;

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al-Kahfi 7)
Akan tetapi dengan banyaknya ayat dan hadist yang menganjurkan untuk membenci dunia terkadang menimbulkan kesalah pahaman yaitu ayat dan hadist tadi merupakan anjuran untuk meninggalkan segala urusan duniawi berupa pekerjaan dan merupakan larangan untuk memperoleh kekayaan dan kesuksesan dunia. Sebagian lagi justru menjadikannya alasan untuk meninggalkan kewajiban menafkahi anak istri.

Dengan demikian perlu kita ketahui bahwa biarpun banyak sekali ayat maupun hadist yang memperingatkan bahaya dunia dan godaannya, akan tetapi tidak ada satupun yang menunjukkan larangan untuk mencari rizki dan kekayaan, sebaliknya Allah justru menganjurkan hambanya untuk mencari rizki namun tetap harus selalu ingat kepadaNya;

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al-Jumuah 10)

Allah juga berfirman;

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Maka carilah rizki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (Al-Ankabut 17)

Maka dapat diketahui bahwa sebenarnya yang dilarang adalah lalai kepada Allah karena dunia, kepada perintah-perintahnya, kepada larangan-larangannya, kepada peringatan-peringatan yang Allah sampaikan melalui Rasulnya.
Ini adalah tingkatan dasar dimana seorang mukmin wajib melaksanakannya, tingkatan yang lebih tinggi adalah bagaimana seorang tidak bekerja mencari dunia kecuali untuk kebutuhan hidupnya saja, setelah itu ia habiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Biar begitu seorang mukmin tetap harus waspada karena jarang sekali orang bisa rajin dan khusyuk dalam beribadah sedang harta dunia berkumpul disekelilingnya.
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu berkata:
‘Isa bin Maryam ‘alaihissalam bersabda: “Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan, dan pada harta terdapat penyakit yang sangat banyak.”
Beliau ditanya: “Wahai Ruh (ciptaan) Allah, apa penyakit-penyakitnya?”
Beliau menjawab: “Tidak ditunaikan haknya.”
Mereka menukas: “Jika haknya sudah ditunaikan?”
Beliau menjawab: “Tidak selamat dari membanggakannya dan menyombongkannya.”
Mereka menimpali: “Jika selamat dari bangga dan sombong?”
Beliau menjawab: “Memperindah dan mempermegahnya akan menyibukkan dari dzikrullah (mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala).”

Wallahu A’lam.

Jumat, 28 Oktober 2016

Wali allah dan wali setan

Siapa Wali Allah,
Siapa Wali Setan

Di masyarakat, wali adalah gelar yang memiliki prestise tinggi. Orang yang dianggap sudah mencapai derajat wali, segala tindakan dan ucapannya bak titah raja, harus diterima dan dilaksanakan meski tak jarang melanggar syariat.
Mendengar kata wali, akan segera terbayang dalam benak kita sosok manusia luar biasa, ajaib, dan sakti. Itulah pemahaman umum masyarakat kita terhadap sosok seorang wali. Tak heran, seorang ulama atau kyai, meski sering bertingkah aneh, suka nyeleneh, pun dinobatkan sebagai wali.
Mestinya, keadaan ini tidak terjadi bila masyarakat paham bahwa tidak semua orang yang dianggap sebagai wali adalah betul-betul seorang wali. Sebaliknya, bisa jadi dia adalah wali setan.
Siapa Wali Allah?
Istilah wali menurut Ahlusunnah wal Jamaah adalah setiap mukmin yang bertakwa dan selain nabi. Jadi, siapa saja yang beriman dan bertakwa kepada Allah  adalah wali. Karena derajat keimanan dan ketakwaan bertingkat-tingkat, maka derajat kewalian—yaitu kecintaan dan pertolongan Allah pada hamba-Nya—juga bertingkat-tingkat. Yang dimaksud dengan wali adalah orang yang senantiasa menyempurnakan keimanan dan ketakwaan sesuai dengan kemampuannya, serta sebagian besar kondisinya berada dalam keimanan dan ketakwaan. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhana Wata’ala,

(أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ * الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ * لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ)
[سورة يونس 62 - 64]

artinya,
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63).
Allah menyebutkan bahwa wali-Nya adalah orang yang beriman dan bertakwa.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Wali Allah hanyalah orang yang beriman kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.
Beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikuti secara lahir dan batin. Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau, maka tidak termasuk wali Allah. Bahkan jika dia menyelisihinya, maka termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman,

(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ * قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ)
[سورة آل عمران 31 - 32]

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’.” (QS. Ali Imran: 31).
Hasan Al Bashri berkata, “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka.”
Allah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa mengikuti Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka Allah akan mencintainya. Namun siapa yang mengklaim mencintai-Nya tapi tidak mengikuti beliau Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka bukan termasuk wali Allah. Walaupun banyak orang menyangka dirinya atau selainnya sebagai wali Allah, tetapi kenyataannya mereka bukanlah wali-Nya.
K.H. Hasyim Al Asy’ari—rahimahullah—(tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, NU) berkata,

“Barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah tanpa mengikuti sunnah, maka pengakuannya adalah kebohongan.” (Ad Durar Al Muntasirah, hal. 4).

Maka keliru, pemahaman yang berkembang di masyarakat kita saat ini, bahwa wali itu identik dengan ulama atau kyai yang memiliki keajaiban dan ilmu yang aneh-aneh. Meskipun dia adalah seorang kyai yang banyak meninggalkan kewajiban syariat, pernyataannya sering merugikan dan menyakiti umat Islam, mengobok-obok syariat, bahkan menjadi penolong musuh-musuh Allah, Yahudi dan Nasrani.

Karamah para Wali
Allah Subhana Wata’ala dan Rasul-Nya menerangkan, karamah memang ada pada sebagian manusia bertakwa, baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang, sampai hari kiamat.

Di antaranya apa yang Allah kisahkan tentang Maryam di dalam surat Ali Imran: 37, kisah Ashhabul Kahfi dalam surat Al Kahfi, dan kisah pemuda mukmin yang dibunuh Dajjal di akhir jaman. Selain itu, kenyataan yang kita lihat atau dengar dari berita yang mutawatir, karamah itu memang terjadi di jaman kita ini.

Adapun definisi karamah adalah kejadian di luar kebiasaan yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, dalam rangka mengokohkan hamba tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I’tiqad, 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah, 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin—rahimahullah).
Wali, Tak Mesti Punya Karamah
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah—rahimahullah—menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah bisa jadi lebih utama dari yang memilikinya. Karena itu, karamah yang terjadi di kalangan para tabi’in, lebih banyak daripada karamah yang terjadi di kalangan para sahabat. Padahal para sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para tabi’in. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa, 11/283).
Singkatnya, wali yang memiliki karamah, belum tentu lebih mulia dan utama dari wali yang tidak memiliki karamah.
Apakah Setiap yang Di Luar Kebiasaan Disebut Karamah?
Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan, bisa dikelompokkan menjadi tiga:

– Mukjizat, terjadi pada para rasul dan nabi.
– Karamah, terjadi pada para wali Allah.
– Tipuan setan, terjadi pada wali-wali setan.
(At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Lalu bagaimana membedakan antara karamah dan tipu daya setan? Tentunya, dengan mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan masing-masing orang yang mendapatkan hal luar biasa tersebut.
Al Imam Asy Syafi’i—rahimahullah—berkata,
“Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193).

Sikap Keliru terhadap para Wali
Setidaknya, ada dua kelompok manusia keluar dari pemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah Subhana Wata’ala. Dua kelompok itu adalah sebagai berikut:

a. Ahli tafrith, yaitu orang-orang yang menganggap enteng dan meremehkan orang yang beriman dan bertakwa. Kedudukan wali Allah Subhana Wat’aladi hadapan ahli tafrith tidak jauh beda dengan pelaku maksiat, pelaku kesyirikan, dan kebid’ahan.
Padahal Allah Ta’alamenyatakan,

(أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ)
[سورة ص 28]

artinya,
“Patutkah Kami menjadikan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah pula Kami menjadikan orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS. Shad: 28).
b. Ahli ifrath, yaitu orang-orang yang berlebihan (ghuluw) dalam menyikapi wali Allah, termasuk juga orang-orang yang mengultuskan wali Allah Subhana Wata’ala tersebut sehingga mengangkatnya ke derajat ilah (sesembahan). Diserahkan kepadanya beraneka ragam peribadahan, seperti cinta, takut, pengagungan, harapan, doa, penyembelihan, dan sebagainya.
Tak ayal, mereka melakukan safar yang jauh sekadar untuk berdoa di kuburan para wali tersebut. Mereka bertawassul dengan menggunakan kemuliaan dan kedudukan para wali tersebut.
Memohon kepada mereka ketika turun bencana.
Memohon agar semua kebutuhannya terpenuhi, diselamatkan dari segala marabahaya.
Semua ini merupakan bentuk penyimpangan terhadap sunnah Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Allah Subhana Wata’ala berfirman,

(وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ)
[سورة البقرة 165]
artinya,
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya, (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah:165).

(قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا)
[سورة اﻹسراء 56]

“Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya.”(QS. Al-Isra’: 56).
Mereka beranggapan bahwa karamah akan terjadi pada setiap saat dan atas kesadaran pemiliknya, sehingga para wali dan orang shaleh memiliki kekuatan untuk melakukan perkara yang bersifat luar biasa pada waktu dan kondisi yang mereka kehendaki, kapan saja dapat diminta, bahkan setelah mereka meninggal.
Allah Subhana Wata’ala berfirman, melarang kita untuk beribadah kepada selain-Nya,

(وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ)
[سورة يونس 106]

artinya,
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Yunus: 106).

Wali Setan, Adakah?
Wali setan, mungkin belum akrab di pendengaran sebagian kita. Berbeda dengan istilah wali Allah. Jelasnya, kata-kata wali setan telah disebutkan di beberapa ayat dalam Al Qur’an, di antaranya firman Allah Subhana Wata’ala,

(الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا)
[سورة النساء 76]

artinya, “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut, karena itu perangilah wali-wali setan karena sesungguhnya tipu daya setan lemah.” (QS. An-Nisa: 76).

(وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا)
[سورة النساء 119]

“Barangsiapa menjadikan setan sebagai wali (pelindung) selain Allah, maka ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119).

(يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ)
[سورة اﻷعراف 27]

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf: 27).

Masih banyak lagi nash yang menjelaskan keberadaan wali setan di tengah-tengah orang beriman.

Lalu siapakah mereka yang layak diberi gelar wali setan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah—rahimahullah—berkata, “Barangsiapa yang mengaku cinta kepada Allah dan ber-wala’ kepada-Nya namun dia tidak mengikuti Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dia bukan wali Allah Subhana Wata’ala. Bahkan barangsiapa yang menyelisihi Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dia adalah musuh Allah Subhana Wata’ala dan wali setan.”
Kemudian beliau berkata, “Walaupun kebanyakan orang menyangka mereka atau selain mereka adalah wali Allah Subhana Wata’ala, namun mereka bukanlah wali Allah Subhana Wata’ala.”
Wallahul Haadi Ilaa Ath Thoriiq Al Mustaqiim

Senin, 10 Oktober 2016

Do'a cepet jodoh

Do'a yang ingin Cepat Dapat Jodoh

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ازواجا طَيِّبًا وَيَكُوْنُ صَاحِبًا لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُنْيَا وَالْأَخِرَة
ROBBI HABLII MILLADUNKA AZWAAJAN THOYYIBAN  WAYAKUUNA SHOOHIBAN LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH
Artinya :
Ya Robb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat.

Semoga dengan membaca doa enteng jodoh diatas, dalam waktu dekat Anda menemukan jodoh yang baik, sesuai keyakinan hati Anda dan cepat menikah. Amien.

Selain doa tersebut diatas, untuk mendapatkan jodoh secara islami, Anda juga dapat mengamalkan doa supaya cepat dapat jodoh berikut ini :
رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ
ROBBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHOIRUL WAARITSIN.
Artinya :
Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a'yuniw, waj'alna lil muttaqiena imaamaa
Artinya :
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh (isteri-isteri) kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa. (QS Al-Furqaan 74)

Itulah beberapa doa supaya cepat dapat jodoh lengkap untuk laki-laki dan perempuan dalam bahasa arab, tulisan latin serta terjemahannya yang dapat kami share pada kesempatan ini. Sekali lagi jangan lupa untuk berusaha mencari jodoh, jangan hanya mengandalkan doa-doa diatas, karena kita sebagai manusia wajib berusaha dan berdoa. Karena dengan berusaha dan berdoa Insya Allah urusan akan lebih mudah.

Selasa, 04 Oktober 2016

MLM Yang HALAL

12 Ciri MLM Terbaik Menurut Fatwa MUI (MLM Syariah atau MLM Halal) 12 Ciri MLM Terbaik Menurut Fatwa MUI (MLM Syariah atau MLM Halal) ~ Bisnis jaringan, bisnis berjenjang, atau lebih dikenal dengan nama binis MLM (Multi Level Marketing) semakin hari semakin banyak bermunculan, baik itu MLM online maupun MLM ofline. Pro kontra terhadap bisnis MLM inipun sangat beragam, terutama tentang boleh atau tidaknya menjalankan bisnis MLM. Namun di sini saya tidak ingin mempertentangkan tengant boleh atau tidak, halal atau haram terkain bisnis MLM. Saya sendiri sampai detik ini belum menjadi member bisnis MLM manapun. Bukan karena saya tidak suka, bukan saya tidak setuju dengan binis MLM, tapi semata-mata saya merasa kurang mampu dan tidak nyaman berada di lingkungan bisnis MLM. Sebagai share pengetahuan saja, saya di sini saya share informasi 12 ciri MLM terbaik menurut fatwa MUI. Secara lengkapnya fatwa MUI tentang bisnis MLM ini anda bisa lihat di link : http://stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/116-fatwa-mui-mengenai-mlm Dari uraian yang sangat panjang tentang ciri-ciri MLM syariah berikut saya ambil inti sarinya yang tertuang dalam 12 ciri MLM terbaik menurut fatwa MUI : Ada obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau produk jasa; Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram; Transaksi dalam perdagangan tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba’, dharar, dzulm, maksiat; Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan(excessive mark-up), sehingga merugikan konsumen karena tidak sepadan dengan kualitas; Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota, besaran maupun bentuknya harus berdasarkan prestasi kerja yang terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan produk, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam PLBS; Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota harus jelas jumlahnya, saat transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan perusahaan; Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau jasa; Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) tidak menimbulkan ighra’. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara anggota pertama dengan anggota berikutnya; Sistem perekrutan, bentuk penghargaan dan acara seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur  yang bertentangan dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat dan sebagainya; Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan wajib membina dan mengawasi anggota yang direkrutnya; Tidak melakukan kegiatan money game. money game menurut fatwa DSN MUI No. 75/DSN MUI/VII/2009 adalah kegiatan penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/pendaftaran mitra usaha yang baru/bergabung kemudian, dan bukan dari hasil penjualan produk, atau dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Nah itulah 12 Ciri MLM Terbaik Menurut Fatwa MUI (MLM Syariah atau MLM Halal) yang mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang ingin atau sedang bergabung dengan bisnsis MLM. Selain itu bagi anda yang ingin sukses dengan bisnis MLM anda,

Minggu, 02 Oktober 2016

Doa tentang jodoh

Allah menakdirkan perempuan sebagai partner laki-laki. Keduanya akan menikah dan membuahkan anak. Perempuan dan anak ditakdirkan juga oleh Allah swt sebagai penyejuk hati manusia. Betapa bahagianya sebuah keluarga yang di dalamnya terdapat suami yang amanah, istri yang shalihah, serta anak-anak yang taat dan berbakti. Kebersamaan yang membahagiakan ini adalah hak semua insan. Siapa pun ia, dari mana pun bangsa atau sukunya. Teruslah berusaha dan berdoa, insya Allah—Allah akan memakbulkannya. Ada banyak lafal doa yang bisa dirapalkan dan diajukan kepada Allah swt. Di antaranya adalah doa berikut ini. Dengan doa di bawah ini, semoga siapa pun yang belum berjodoh segera didekatkan oleh Allah swt dengan jodoh terbaiknya. Amin Dibaca oleh perempuan: اللَّهُمَّ زَوِّجْنِي رَجُلاً صَالِحاً تَقَرُّ بِهِ عَيْنِيْ و تَقَرُّ بِيْ عَيْنُهُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ Allaahumma zawwijnii rajulan shaalihan taqarru bihii ‘ainii wa taqarru bii ‘ainuhuu yaa dzal jalaali wal-ikraam. “Ya Allah, nikahkanlah aku dengan lelaki yang shalih yang menyejukkan hatiku (tenang dipandang) dan aku pun membahagiakan hatinya, wahai Dzat yang Mahaluhur dan mulia.” اللَّهُمَّ أِنِّىْ أُرِيْدُ أَنْ أَتَزَوَّجَ فَقَدِّرْ لِيْ مِنَ الرِّجَالِ مَنْ هُمْ اَعَفُّ وَ أَحْفَظُهُمْ لِيْ فِيْ نَفْسِيْ وَ مَالِيْ وَ أَوْسَعُهُمْ رِزْقًا وَ أَعْظَمُهُمْ بَرَكَةً وَ قَدِّرْ لِيْ وَ لَدًا طَيِّبًا تَجْعَلُ لَهُ خَلَقًا صَالِحًا فِيْ حَيَاتِيْ وَ مَمَاتِيْ Allaahumma innii uriidu an atazawwaja faqaddir lii minar-rijaali man hum a’affu wa ahfazhuhum lii fii nafsii wa maalii wa ausa’uhum rizqan wa a’zhamuhum barakatan wa qaddir lii waladan thayyiban taj’alu lahuu khalaqan shaalihan fii hayaatii wa mamaatii. “Ya Allah, sungguh aku ingin menikah, maka tetapkanlah untukku lelaki yang sangat peduli untuk menjaga diriku dan hartaku, yang sangat luas rezekinya, yang besar keberkahannya. Dan tetapkanlah untukku anak yang baik yang Engkau jadikan sebagai pewaris yang baik dalam hidupku dan matiku.” Dibaca oleh lelaki: اللَّهُمَّ زَوِّجْنِي نِسْوَةً صَالِحَةً تَقَرُّ بِهَا عَيْنِيْ و تَقَرُّ بِيْ عَيْنُهَا يَا ذَا الْجَلَالِ وَ الْإِكْرَامِ Allaahumma zawwijnii niswatan shaalihatan taqarru bihaa ‘ainii wa taqarru bii ‘ainuhaa yaa dzal jalaali wal-ikraam. “Ya Allah, nikahkanlah aku dengan perempuan shalihah yang menyejukkan hatiku (tenang dipandang) dan aku pun membahagiakan hatinya, wahai Dzat yang Mahaluhur dan mulia.” اللَّهُمَّ أِنِّىْ أُرِيْدُ أَنْ أَتَزَوَّجَ فَقَدِّرْ لِيْ مِنَ النِّسَاْءِ مَنْ هُنَّ اَعَفُّهُنَّ فَرْجًا وَ أَحْفَظُهُنَّ لِيْ فِيْ نَفْسِهَا وَ مَالِيْ وَ أَوْسَعُهُنَّ رِزْقًا وَ أَعْظَمُهُنَّ بَرَكَةً وَ قَدِّرْ لِيْ وَ لَدًا طَيِّبًا تَجْعَلُ لَهُ خُلُقًا صَالِحًا فِيْ حَيَاتِيْ وَ مَمَاتِيْ Allaahumma innii uriidu an atazawwaja faqaddir lii minan-nisaa’i man hunna a’affuhunna farjan wa ahfazhuhunna lii fii nafsihaa wa maalii wa ausa’uhunna rizqan wa a’zhamuhunna barakatan wa qaddir lii waladan thayyiban taj’alu lahuu khalaqan shaalihan fii hayaatii wa mamaatii. “Ya Allah, sungguh aku ingin menikah, maka tetapkanlah untukku perempuan yang sangat menjaga kehormatannya, yang sangat menjaga dirinya untukku dan hartaku, yang sangat luas rezekinya, besar keberkahannya. Dan tetapkanlah untukku anak yang baik, yang Engkau jadikan sebagai pewaris yang baik dalam hidupku dan matiku.” ~*~ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ Rabbi laa tadzarnii fardan, wa anta khairul waaritsiin. “Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkanku (hidup) seorang diri, dan Engkaulah Pewaris yang paling baik.” (QS. Al-Anbiyai`: 89)