Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Jumat, 15 September 2017

Walimah

WALIMAH

     Sudah menjadi tradisi di seluruh penjuru nusantara, ketika menye-lenggarakan acara sunatan, maka mengadakan (walimatul khitan) tasyakuran khitanan, acara kemantin dimeriahkan dengan walimatul ‘arus, ketika selesai mendirikan sebuah bangunan juga mengadakan walimah, atau ketika mendapatkan rejeki lalu mengadakan tasyakuran atau walimah, baik tasyakuran itu dimeriahkan secara sederhana atau dengan istimewa. Bagaimanakah tradisi budaya acara tasyakuran atau walimah tersebut dalam pandangan fiqih?
     Dalam pandangan fiqih tradisi budaya acara tasyakuran tersebut tidaklah bertentangan dengan syari’at Islam, sebab tasyakuran tersebut termasuk salah satu jenis walimah yang dianjurkan oleh ajaran Islam sebagaimana hadits Nabi:
أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ . (رواه الشيخان)
“Adakanlah walimah (dalam pernikahan)” sekalipun hanya dengan seekor kambing” (Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Musnad al-Thayalisi, dan banyak terdapat pada kitab hadits-hadits yang lain)
وَأَمَّا سَائِرُ الْوَلَائِمِ غَيْرُ وَلِيْمَةِ الْعُرْسِ فَالْمَذْهَبُ الَّذِيْ قَطَعَ بِهِ الْجُمْهُوْرُ أَنَّهَا مُسْتَحَبٌّ وَلَا تَتَأَكَّدُ تَأَكُّدَ وَلِيْمَةِ اْلعُرْسِ. (كفاية الأخيار ص 68)
Adapun walimah-walimah yang lain selain walimah pernikahan menurut madzhab yang ditetapkan mayoritas ulama adalah sunnah dan kesunatannya menjadi kuat pada walimah pernikahan. (Kifayah al-Akhyar, hal. 68)

     Walimah merupakan undangan untuk merayakan kebahagiaan. Sedangkan hukum memenuhi undangan walimah adalah wajib kecuali ada ‘udzur. Walimah menurut Imam Syafi’i dan pengikutnya tidak kurang dari sembilan macam yaitu:
1. Walimatul ‘Arus adalah walimah yang diadakan untuk selamatan resepsi pernikahan.
2. Walimatul I’dzar atau Khitan adalah walimah yang diadakan untuk selamatan acara khitanan.
3. Walimatul ‘Aqiqah adalah walimah yang diadakan untuk memperingati selamatan hari ke-7 kelahiran bayi.
4. Walimatul Khorsi adalah walimah yang diadakan khusus untuk selamatan wanita yang selamat dari thalaq suaminya.
5. Walimatul Naqi’ah adalah walimah yang diadakan untuk selamatan orang yang datang dari bepergian.
6. Walimatul Waqiroh adalah walimah yang diadakan untuk selamatan bagi orang yang akan atau sudah selesai mendirikan bangunan.
7. Walimatul Wadhimah adalah walimah yang diadakan karena telah selamat dari musibah atau mara bahaya.
8. Walimatul Khamli adalah walimah yang diadakan karena menyambut kehamilan seorang wanita.
9. Walimatul Ma’dabah adalah walimah yang diadakan tanpa ada sebab-sebab tertentu.

     Diterangkan dalam kitab Kifayat al-Akhyar, juz 2, hal. 68:
وَقاَلَ اَلشَّافِعِىُّ وَاْلأَصْحَابُ: اَلْوَلِيْمَةُ تَقَعُ عَلىَ كُلِّ دَعْوَةٍ تُتَّخَذُ لِسُرُوْرٍ حَادِثٍ كَنِكاَحٍ أَوْ خِتاَنٍ أَوْ غَيْرِهِمَا. وَاْلأَشْهَرُ اِسْتِعْمَالُهَا عِنْدَ اْلإِطْلاَقِ فِى النِّكَاحِ، وَتَفِيْدُ فِيْ غَيْرِهِ فَيُقَالُ لِدَعْوَةِ الْخِتاَنِ إِعْذاَرٌ، وَلِدَعْوَةِ الْوِلاَدَةِ عَقِيْقَةٌ، وَلِسَلاَمَةِ الْمَرْأَةِ مِنَ الطَّلَقِ خَرْسٌ، وَلِقُدُوْمِ الْمُسَافِرِ نَقِيْعَةٌ، وَلِإِحْدَاثِ اْلبِناَءِ وَكِيْرَةٌ، وَلِماَ يَتَّخِذُ لِلْمُصِيْبَةِ وَضِيْمَةٌ، وَلِمَا يَتَّخِذُ بِلاَ سَبَبٍ مَأْدَبَةٌ (كفاية الأخيار ج 2 ص 68)

Kamis, 14 September 2017

Salamah sudah sholat bid'ah kah?,,,

*SALAM-SALAMAN SETELAH SHOLAT, BID’AH ??*

Edisi Tanya-Jawab Bersama Ustad Maaher At-Thuwailibi_

“ Assalamu’alaikum ustadz, saya ingin bertanya mengenai fiqih sholat. Di mushola kami, setelah dzikir ba’da sholat fardhu kami biasa bersalaman satu sama lain sebelum pulang dan menjadi semacam budaya yang baik untuk mengenal satu sama lain.

Pertanyaannya saya, apakah hal tersebut mubah dilakukan? Atau sebaiknya tidak dilakukan untuk menghindari perkara baru yang dikhususkan di waktu setelah sholat? Jika Nabi dan para sahabat tidak biasa bersalaman setelah sholat padahal ada potensi Nabi dan para sahabat bisa lakukan, apakah dapat dikategorikan bid'ah kalau begitu? Mohon tanggapnya ustadz”.

*Kami Jawab*:

*1=>* Amal ibadah yang di lakukan tanpa dasar dan landasan dari agama (Qur’an & Sunnah) hukumnya adalah mardud (tertolak). Sampai adanya dalil yang mesyari’atkannya. Ini prinsip yang tidak bisa di ganggu gugat dan merupakan kaedah mutlak dalam beragama.

*2=>* Hukum asal bersalaman (berjabat tangan) adalah SUNNAH. DI SYARI’ATKAN. Dalilnya umum. Kata Rasulullah:

ما من مسلمين يتلاقيان فيتصافحان إلا تحاتت عنهما ذنوبهما كما يتحات عن الشجرة ورقها

“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon”.

Lalu pertanyaannya adalah salam-salaman setelah shalat. berarti pembahasannya sudah KHUSUS. yaitu: mengkhususkan salam-salaman setelah shalat. ini masalahnya.!

Nah, banyak sekali qaul/perkataan para Ulama tentang ini. Kalau kami paparkan semua disini, tak cukup tempat; saking banyaknya. Diakui atau tidak, memang terjadi ikhtilaf (perbedaan pendapat) di kalangan para Ulama tentang masalah ini. Imam Ibnu Taimiyyah berpendapat, BID’AH. Imam Ibnu Hajar Al-Haitami berpendapat Sunnah. Dua-duanya punya dalil. lalu bagaimana jalan tengahnya?

Thoyyib. intinya begini, hukum salam-salaman setelah sholat, itu bisa bid’ah dan bisa tidak. TERGANTUNG KEYAKINAN.

- Jika anda meyakini bahwa salam-salaman setelah shalat itu adalah hal yang harus atau di syari’atkan dalam agama, maka ini BID’AH. tidak dibenarkan sama sekali. Karena tidak ada dalil khusus yang mensyari’atkannya. Disamping juga fakta sejarah dalam kitab-kitab riwayat tak pernah disebutkan bahwa Baginda Nabi memerintahkan hal tersebut dan para sahabat pun tak pernah mempraktekkannya.

- Jika anda meyakini bahwa salam-salaman setelah shalat itu bukan di syari’atkan, tetapi hanya sekedar kebiasaan (budaya) dalam rangka mempererat persaudaraan atau menumbuhkan rasa cinta sesama muslim, maka itu BOLEH. bahkan bagus...

*Mana dalilnya?*

Kata Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا تلاقوا تصافحوا وإذا قدموا من سفر تعانقوا

“Para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika saling bertemu mereka bersalaman, dan jika mereka datang dari safar mereka saling berpelukan”.

Kata-kata “jika saling bertemu”, artinya ya kapan saja dan dimana saja kalau bertemu. Termasuk kalau bertemu di masjid atau sesudah shalat. (Ini umum). Maka, ini adalah kebiasaan yang baik dan bagus. jangan seperti Talafi yang tak mau berjabat tangan dan bersalaman dengan muslim di luar kelompoknya atau karena di anggapnya Ahli Bid’ah. Karena sejatinya prilaku semacam itu bukanlah Sunnah Nabi, tapi Sunnah Yahudi. Wallahul musta’an.

*CATATAN PENTING*: bagi anda yang bersalam-salaman, jika anda dapati orang yang tak bersalaman setelah selesai shalat, jangan juga cepat-cepat anda berburuk sangka padanya atau anggap dia “wahabi”. ini juga prilaku yang salah. alasannya:

*1.* Karena salam-salaman setalah sholat jelas bukan sesuatu yang di syari’atkan secara khusus. (Tidak wajib, tidak pula sunnah). Jadi siapapun yang tak ikut bersalam-salaman, ya tidak apa-apa dan itu hak pribadi dia. Jangan kita cepat-cepat menghukuminya “oh itu wahabi”, dst. ingat, buruk sangka adalah DOSA. hati kita yang belum tentu bersih ini jangan semakin di kotori dengan noda-noda buruk sangka. itu pintu syaithon yang dibuka untuk memecah belah hati kaum muslimin.

*2.* Atau, karena bisa jadi dia kebelet buang air (besar atau kecil) sehingga dia tak ikut bersalaman. Atau karena dia buru-buru pulang karena ada keperluan atau menyelesaikan pekerjaannya di rumah, dsb. Nah kita sebagi orang beriman JANGAN SELALU BERBURUK SANGKA (SU’UZON) KEPADA ORANG MUSLIM. Orang muslim (siapapun dia) WAJIB KITA BERBAIK SANGKA PADANYA (husnuzhon). kecuali kepada orang kafir dan munafiq, wajib kita berburuk sangka kepada mereka. Jangan di balik: kepada sesama muslim selalu buruk sangka, tapi kepada orang kafir dan munafiq malah baik-baik saja. Awas, ini bahaya.! 😊

Wallahu A’lam.

*[ Pustaka At-Thuwailibi Channel ]*

10 mutiara

Menjaga Sepuluh Mutiara Paling Berharga (1154 Views) March 5, 2013 11:45 am | Published by webmaster | No comment Khutbah Jumat: Sepeninggal Rasulullah SAW, Malaikat Jibril akan tetap turun ke bumi. Tidak untuk menurunkan wahyu lagi, tetapi guna mengambil sepuluh mutira yang paling berharga dalam kehidupan manusia. الحمد لله أحمده وسبحانه وتعالى على نعمه الغزار, أشكره على قسمه المدرار, . أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. واشهد ان سيدنا محمدا عبده و رسوله النبي المختار. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله الأطهار وأصحابه الأخيار وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Marilah kita kembali menambah kadar ketaqwaan kita kepada Allah swt dengan menghindar berbagai larangan-Nya dan juga menjauhi berbagai perkara yang dibenci Rasul-Nya. Sesungguhnya hanya dengan taqwalah kita akan menghadapi kehidupan ini secara sempurna. Jama’ah Jum’ah yang berbahagia Memang tidak selayaknya kita membicarakan keburukan demi keburukan yang terjadi di muka bumi ini. Apalagi keburukan yag terjadi di sekitar kita, yang kerap kali melibatkan orang-orang dekat kita. Alangkah baiknya jikalau kita mulai melangkah menyelesaikan dan membenahi keburukan itu, tidak sekedar membicarakannya. Tindak korupsi yang tidak kunjung surut, pasar narkoba yang semakin meluas, kriminalitas yang kian tinggi, norma dan nilai moral yang telah bergeser. Begitu merosotnya keadaan di sekitar kita, hingga berbagai fatwa ulamapun dianggap angin lalu. Guna berbenah itulah kita harus tahu persis akar permasalahan dari keburukan itu. Agar treatmen yang akan diberikan tidak salah sasaran. Nampaknya hadits Rasulullah saw ketika berdialog dengan Malaikat Jibril dapat dijadikan pegangan sebagai indikasi juga sebagai solusi. Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit yang menghantarkan belaiu wafat, malaikat Jibril datang menemuinya. Setelah berbincang sejenak Rasulullah saw bertanya kepada Jibril “Jibril, apakah kamu nanti masih akan sering turun ke bumi ketika aku sudah meninggal? Jibril menjawab “masih Rasul, saya akan turun sepuluh kali lagi ke bumi, saya turun untuk mngambil sepuluh mutiara dari bumi ini sepeninggalmu”. Rasulullah saw pun penasaran, lalu bertanya kembali “mutiara macam apa yang igin kau ambil itu? jibril menjawab “لأَوَّلُ) أَرْفَعُ البَرَكَةَ مِنَ الأَرْضِ)” mutiara pertama yang akan saya ambil dari muka bumi ini adalah barokah. Para kyai biasa memaknai barokah dengan ziyadatul khair. Yang secara bahasa dapat diartikan ‘tambah baik’. Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain. Misalkan berdagang yang berkah itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk. Ilmu akuntansi yang barokah tidak akan disalah gunakan oleh pemiliknya untuk korupsi. Jama’ah yang Berbahagia Mutiara kedua yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah rasa dari hati manusia وَالثَّانىِ) أَرْفَعُ المَحَبَّةَ مِنْ قُلُوْبِ الخَلْقِ) jika demikian, maka yang tersisa hanyalah rasa benci. Lihatlah sekarang di sekitar kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para petani hidup makin sengsara. Bagaimana ada cinta jikalau mereka tega mengimpor bahan baku dan menghancurkan harga local? Apakah itu cinta? Saya kira kita sudah bisa menilia dan menjawabnya. Mutiara yang ketika yang akan diambil Jibril dari bumi ini adalah rasa sayang diantara keluarga (وَالثَّالِثُ) أَرْفَعُ الشُّفْقَةَ مِنْ قُلُوْبِ الأَقاَرِبِ jikalau harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua saling membunuh, bahkan seorang ibu tega menjual bayinya. Atau bahkan seorang anak menjual bapaknya. Bahkan dalam dunia politik yang semakin menghangat karena musim pilkada berapa saudara yang telah berubah menjadi musuh? Sepertinya rasa sayang antar keluarga semakin menipis. Namun demikian semoga Allah tetap melindungi kita semua. Mutaiar keempat yang akan diambil oleh Jibril dari bumi ini keadilan di hati pemimpin وَالرَّابِعُ) أَرْفَعُ العَدْلَ مِنَ الأُمَراَءِ) rasa-rasanya mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai. Apakah kekuasaan di sekitar kita masih mengandung keadilan? Dapatkah disebut ke adilan jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum? Na’udzubillah min dzalik. Mutiara kelima yang akan diambil oleh Jibril dari bumi ini adalah وَالخاَمِسُ) أَرْفَعُ الحَياَءَ مِنَ النِّساَءِ) rasa malu dari perempuan. Rasa malu itu kini telah dirubah menjadi rasa bangga. Bangga menjadi perempuan simpanan. Bangga menjadi gadis gratifikasi seksual, bahkan sebagian menggunakan alasan seni demi menutupi kemaluan yang telah hilang. Semoga kita semua terhindar dari yang demikian ini. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Mutiara keenam yang akan diambil oleh Jibril dari bumi adalah وَالسَّادِسُ) أَرْفَعُ الصَّبْرَ مِنَ الفُقَراَءِ) kesabaran dari para fakir. Perlu diakui bahwa factor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka, maka kesenjangan social bisa berubah menjadi kekacauan fisik. Inilah yang tergambar dalam prosesi premanisme di berbagai kota. Mutiara ketujuh yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah وَالسَّابِعُ) أَرْفَعُ الوَرَعَ وَالزُهْدَ مِنَ العُلَماَءِ) wirai dan zuhud dari para ulama. Wira’i adalah menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamannyapun mulai berkurang. Nampaknya inilah yang terjadi pada ulama kita. wajarlah jika akhir-akhir ini berbagai fatwa mereka tidak di dengar lagi oleh masyarakat. Pengajian-pengajiannya hanya dianggap sebagai tontonan. Mutiara ke delapan yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah وَالثَّامِنُ) أَرْفَعُ السَّخاَءَ مِنَ الأَغْنِياَءِ) kedermawanan bagi orang kaya. Diantara unsur yang dapat melanggengkan sirkulasi kehidupan ekonomi dan social di suatu masyarakat adalah kesabaran fakir dan kedermawanan orang kaya. Keduanya akan saling mengisi. Namun jikalau semua itu lenyap, maka harmonisme dalam satu masyarakat dapat hilang tergantikan dengan unharmonism. Jama’ah yang Berbahagia Mutiara ke Sembilan yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah وَالتَّاسِعُ) أَرْفَعُ القُرْآنَ) mengangkat al-Qur’an, tepatnya menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan. Memang, kemajuan teknologi kini makin mempermudah telinga kita mendengarkan lanutnan ayat-ayat al-Qur’an. melalui mp3, DVD, online bahkan juga tafsirnya pun dapat diperoleh dengan mudah pula. Akan tetapi semangat qur’an itu sendiri sekarang makin pudar bersama dengan makin mudahnya mendengarkan al-qur’an. Meski demikian kita harus tetap berusaha memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Jibril tidak mengambil mutiara ini. Dan terakhir, mutiara yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah iman. العاَشِرُ) أَرْفَعُ الإِيْماَنَ) mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Jibril. Sebagaimana struktur teks hadits ini yang memposisikannya paling belakang. Iman itu ada di hati semoga Allah menetapkannya dalam hati kita masing-masing. Jama’ah yang Dimuliakan Allah Khotbah kali ini sebenarnya berdasarkan pada hadits yang bunyinya: رُوِىَ أَنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ نَزَلَ عَلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فىِ مَرَضِ مَوْتِهِ فَقاَلَ ياَجِبْرِيْلُ هَلْ تَنْزِلُ مِنْ بَعْدِى ؟؟ فَقاَلَ نَعَمْ ياَرَسُوْلَ اللهِ أَنْزِلُ عَشْرَ مَرَّاتٍ أَرْفَعُ العَشْرَ الجَواَهِرِ مِنَ الأَرْضِ قاَلَ ياَ جِبْرَيْلُ وَماَتَرْفَعُ مِنْهاَ ؟ قاَلَ ؛ (الأَوَّلُ) أَرْفَعُ البَرَكَةَ مِنَ الأَرْضِ (وَالثَّانىِ) أَرْفَعُ المَحَبَّةَ مِنْ قُلُوْبِ الخَلْقِ (وَالثَّالِثُ) أَرْفَعُ الشُّفْقَةَ مِنْ قُلُوْبِ الأَقاَرِبِ (وَالرَّابِعُ) أَرْفَعُ العَدْلَ مِنَ الأُمَراَءِ (وَالخاَمِسُ) أَرْفَعُ الحَياَءَ مِنَ النِّساَءِ (وَالسَّادِسُ) أَرْفَعُ الصَّبْرَ مِنَ الفُقَراَءِ (وَالسَّابِعُ) أَرْفَعُ الوَرَعَ وَالزُهْدَ مِنَ العُلَماَءِ (وَالثَّامِنُ) أَرْفَعُ السَّخاَءَ مِنَ الأَغْنِياَءِ (وَالتَّاسِعُ) أَرْفَعُ القُرْآنَ (وَالعاَشِرُ) أَرْفَعُ الإِيْماَنَ Dari hadits inilah khotib kemudian berusaha mengefaluasai realita zaman sekarang yang ternyata dalam bahasa hadits itu Jibril sudah mulai bertindak turun kebumi satu-persatu mengambil mutiara itu. Semoga masih banyak mutiara yang tersisa. Semoga Allah swt memberikan kekuatan pada kaum muslimin untuk menjaga kesepuluh mutiara tersebut. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ Redaktur: Ulil Hadraw