Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Senin, 26 November 2018

Bergaul

DENGAN SIAPA ANDA BERGAUL👥

🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
“Jangan engkau tanya tentang seseorang, tanyalah tentang temannya, karena setiap orang itu akan meneladani temannya.” (Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu).

🍃🍃🍃

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman (HR. Abu Daud Dan Turmudzi)

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)

🔄
Bersahabatlah engkau dengan seseorang yang memiliki 5 sifat ini :

1.العقل  ، فلا خير في صحبة الأحمق :
bersahabatlah dengan orang yang pintar karena tidak ada manfa'at kita berteman dengan orang yang bodoh, yang akhirnya akan menyebabkan pertentangan dan perdebatan , di katakan
العدو العاقل خير من الصادق الجاهل
Musuh yang pintar lebih baik dari pada teman yang bodoh , karena jika kita bertemu dengan orang yang pandai walaupun dia musuh kita akan mendapatkan manfa'at    dari kepandaian yg ia miliki tetapi jika kita berteman dengan orang bodoh kita akan terpeleset karena kebodohan yg ia miliki

2.الصلاح ، فلا تصحب فاسقا
Bersahabatlah dengan orang yang soleh jangan kamu berteman dengan orang yang suka berbuat dosa, karena seseorang yang tidak takut kepada Allah tidak akan dapat di percaya sebagaimana Allah SWT mengingatkan kpd nabi Muhammad SAW

وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

dan janganlah kamu mengikuti(berteman) orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Dikatakan sering melihat orang yang fasiq atau orang yang suka melakukan maksiat dapat membuat diri kita meremehkan di dalam perkara maksiat walaupun kita tidak melakukan maksiat tersebut, seperti contoh kita melihat bintang film yang suka membuka aurot maka kita akan meremehkan orang yang membuka auorot padalah itu adalah maksiat

3.أخلاق الكريمة
Bersahabatlah dengan orang yang memiliki akhlaq yang baik , karena akhlaq adalah hal yg paling penting dalam ajaran agama,  sebagaimana Rosulullah SAW bersabda :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia

Dan Allah SWT tidak memuji  Nabi Muhammad karena ilmu ataupun ketampanannya tetapi Allah SWT memuji Nabi Muhammad SAW karena kemulian akhlaqnya , Allah SWT berfirman :

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan engkau wahai muhammad di atas akhlaq yang mulia

Adapun kriteria orang yang memiliki akhlaq adalah

الذين ملك نفسه عند الغضب
Yang dapat menahan dirinya ketika marah
و ملك نفسه عند الشهوة
Dan Yang dapat menahan dirinya ketika syahwat

4. ألا يكون حريصا على الدنيا
Bersahabatlah dengan orang yang tidak cinta terhadap dunia  karena orang yang cinta terhadap dunia ibarat racun ia akan menjatuhkan siapapun yang menghalanginya demi ambisinya terhadap dunia , dan bersahabat dengan orang yang cinta/tama' terhadap dunia dapat membuat seseorang itu ikut cinta terhadap dunia

5 .الصدق ، فلا تصحب كاذبا
Bersahabatlah dengan orang yang jujur jangan kau bersahabat dengan orang yang permbohong  , karena pembohong itu seperti fatamorgana
يقرب منك البعيد، ويبعد منك القريب
yang terlihat jauh semakin mendekat padamu ketika dekat semakin jauh meninggalkanmu , hanya menipumu dan itulah fatamorgana...
💗💜💖

والله اعلم بالصواب..

Jumat, 23 November 2018

Dalil Tahlil

D A L I L
T A H L I L A N
kok golek ing kitab Hindu, GOBLOK tenan. Iki dalil simak baik !
3 hari
7 hari
25 hari
40 hari
100 hari
1000 Hari

Tak henti-hentinya Wahabi Salafi menyalahkan Amaliyah ASWAJA, khususnya di Indonesia ini. Salah satu yang paling sering juga mereka fitnah adalah Tahlilan yang menurutnya tidak berdasarkan Dalil bahkan dianggap rujukannya dari kitab Agama Hindu. Untuk itu, kali ini saya tunjukkan Dalil-Dalil Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Setahun & 1000 Hari dari Kitab Ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan kitab dari agama hindu sebagaimana tuduhan fitnah kaum WAHABI

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى

ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨

Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”

Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)

Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan ?

Berkumpul ngirim doa adalah bentuk shodaqoh buat mayyit.

ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ

Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:

Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan.

Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]

Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:

ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ

Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut.”

ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ

Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”

Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir2 nya beliau berkomentar lagi

ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ

bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.

Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:

ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315)

Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada:

ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)

Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;

ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻝُﻩَ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(

“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha tamkan al-Qur’an”.

Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;

ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.

Referensi : (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal

ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .

Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.

Referensi : (al-Mughny II/566)

Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di bawah ini:

ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ
rizqi yang  halal dan berkah adalah
TAHLILAN

Wallohu a’lam Bishshowab

Kamis, 22 November 2018

Nadzhom Nabi Urang salerea

NGADERES NADZOMAN
KEDAH DI GALAKEUN DEUI NADHOMAN TAREKH NABI Muhammad SAW ;
NABI URANG SAREREA

*BismillaahirRohmaanirRohiim*

1
Nabi urang  saréréa,
Kangjeng Nabi anu mulya,
Muhammad jenenganana,
Arab Kurés nya bangsana.

2
Ramana Gusti Abdullah,
Ibuna Siti Aminah,
dibabarkeunana di Mekah,
wengi Senén taun Gajah.

3
Robiul awal bulanna,
tanggal kadua belasna,
April bulan maséhina,
tanggal kadua-puluhna.

4
Ari bilangan taunna,
lima ratus cariosna,
tujuh puluh panambihna,
sareng sahiji punjulna.

5
Siti Aminah misaur,
waktos babarna kacatur,
ningal cahaya mani ngempur,
di bumina hurung mancur

6
Babar taya kokotoran
Orok tos kenging nyepitan
Soca lir kenging nyipatan
Sarta harum seuseungitan

7
Medal Nabi Akhir Zaman
Pirang-pirang ka anehan
Sesembahan Bangsa Syetan
Kabeh pada Karuksakan

8
Nabi yuswa Lima Bulan
Geus Yasa Angkat - angkatan
Yuswana Salapan Bulan
Geus Capetang Sasauran

9
Yuswana Sapuluh Bulan
Yasa Ameng Papanahan
Ngéléhkeun Budak nu Lian
Tapi tara kumagungan

10
Parangina Kangjeng Nabi,
jatnika pinuh ku puji
pinter tur gedé kawani,
sabar nyaah ka sasami.

11
Keur opat taun yuswana,
diberesihan manahna,
nabi dibeulah dadana,
malaikat nu meulahna.

12
Jibril kadua réncangna
Mikail jenenganana,
ngeusikeun kana manahna,
elmu hikmah sapinuhna.

13
Tuluy dada Kanjeng Nabi,
gancang dirapetkeun deui,
sarta teu ngaraos nyeri,
dicap ku Khotami Nabi.

14
Rama Nabi kacaturkeun
pupusna kacarioskeun
basa Nabi dibobotkeun
dua sasih kaunggelkeun

15
Kagenep taun yuswana
ditilar pupus ibuna
Nabi dirorok eyangna
Abdul Mutalib asmana

16
Kersana Rabbul’alamin
Kangjeng Nabi nu prihatin
yuswa dalapan taun yakin
éyangna mulih ka batin

17
Sabada wapat éyangna
Nabi dirawat Uwa na
Abi Talib kakasihna
sadérék teges ramana

18
Kangjéng Nabi sering pisan
dicandak ka Nagara Sam
sok nyandak barang dagangan
di dinya téh pajeng pisan

19
Kacatur di éta nagri
loba pandita Yahudi
sareng pandita Nasrani
nu tepang jeung Kangjeng Nabi

20
Sadayana sasauran
ieu jalmi mo nyalahan
pinabieun ahir jaman
Torét, Injil, geus ngiberan

21
Sipat Nabi panganggeusan
aya di anjeunna pisan
harita loba nu iman
ka Nabi ngangken panutan

22
Lami - Lami Kangjeng Nabi
Di Sambat ku Hiji Istri
Dagang ka Unggal Nagri
Ka untungana di bagi

23
Istri Jenengan Khodijah
Putra Huwailid katelah
Nu pang Bengharna di Mekah
Ka Nabi kalangkung nyaah

24
Siti Khodijah masrahan
Ka Nabi Barang Dagangan
Mesaroh nu Ngarencangan
Ka Nabi purah Nyarengan

25
Kacarios MeMesaroh teh
Loba pamendakna Aneh
Cicirén Nabi nu Sholeh
Matak ngagerakkeun Kabeh

26
Tatangkalan uluk Salam
Mega bodas sok Mayungan
Jeung aya cap Kanabian
Dina salirana pisan

27
Pamendak Siti Khodijah
Cocok pisan jeung Mesaroh
Akhirna Siti Khodijah
Ka Nabi mundut di Tikah

28
Harita yuswana Nabi
Salawe tahun kawarti
Ngadak - ngadak Sugih Mukti
Tapi tambah sae Ati

29
Karesepna Kangjeng Nabi
ka Gusti Allah ngabakti
di Gunung Hira maranti,
ibadahna saban wengi.

30
Di dinya jol kasumpingan,
Jibril nu nurunkeun Kur’an,
kalawan dawuh Pangéran,
Nabi didamel utusan.

31
Harita yuswana Nabi,
patpuluh taun kawarti,
diutus ku Allah pasti,
ngémbarkeun agama suci.

32
Anu iman pangheulana,
Siti Khodijah garwana,
Abu Bakar kaduana
sohabat nu pangmulyana

33
Murangkalih nu nonoman,
anu pangheulana iman,
Sayidina Ali pisan,
ka Nabi sadérék misan.

34
Jeung ari jalma beulian,
anu pangheulana iman,
Sayid Bilal kaleresan,
anu jadi tukang adan.

35
Ari lolobana pisan
ka Nabi téh ngamusuhan,
nganiaya ngajailan,
teu aya pisan ras-rasan.

36
Para Shohabat kungsi Ngalih
Ka Nagri Habsi nu teubih
Didinya Anjeuna Linggih
Kirang kenging tilu sasih

37
Samulih Shohabat ti Habsi
Kacarios Kangjeung Nabi
Kenging pohara Cocobi
Kersana nu Maha Suci

38
Uwa na sareng Garwa na
Pada pupus duanana
Harita Nabi yuswana
Kalima puluh tahunan

39
Geus pupus Siti Khodijah
Nikah ka Siti Saodah
Sareng ka Siti 'Aisyah
Ummil Mu'minin ka telah

40
Tidinya kersa Pangéran
Maparinan Kamulyaan
Ka Nabi nu Akhir Zaman
Kakasih nu Sifat Rohman

41
Nuju tanggal tujuh likur,
bulan Rajab nu kacatur,
runut kaol nu kamashur
Kangjeng Nabi téh disaur.

42
Dipapag ku malaikat,
nyandak burok nu kasebat,
leumpangna téh cara kilat,
tutunggangan Nabi angkat.

43
Ti Mekah ka Baitul Maqdis,
teu lami-lami antawis,
ku jalmi henteu katawis,
Kersana Gusti nu Wacis.

44
Ti Baétul Makdis terasna,
naék tangga saterusna,
mi’raj téa kasebatna,
ka langit Nabi sumpingna.

45
Tujuh langit sadayana,
sareng aras pangluhurna,
disumpingan sadayana,
katut surga-narakana.

46
Kangjeng Nabi ditimbalan,
ku Gusti Nu Sipat Rahman,
anjeunna kudu netepan,
solat muji ka Pangéran.

47
Sadayana jalmi iman,
sami gaduh kawajiban,
solat nu lima giliran,
henteu meunang dikurangan.

48
Solat éta minangkana,
dina agama tihangna,
jalmi nu luput solatna,
nyata rubuh agamana.

49
Kacarios dina Zaman
Mi'rojna Nabi Panutan
Yuswana teh kaleresan
Lama puluh dua jalan

50
Kapir Mekah kacaturkeun,
barang Nabi nyarioskeun,
mi’raj lain dimulyakan,
anggur pada nyeungseurikeun.

51
Pada hasud ngakalakeun,
ti dinya Allah ngersakeun,
Kangjeng Nabi dialihkeun,
ka Madinah disirnakeun.

52
Para sohabat pirang-pirang,
nu buméla milu iang,
milu ngalih saabrulan,
henteu pisan sumoréang.

53
Tambih kamulyaan nabi,
di madinah asal sepi,
jadi ramé ku nu ngaji,
muji ka Nu Maha Suci.

54
Sapuluh taun lamina,
di Madinah jumenengna,
agama Islam cahyana,
gumebyar ka mana-mana.

55
Nagri Mekah di Perangan
Akhirna kaboyong pisan
Nabi tambah kamulyaan
Yaqin lain Jijieunan

56
Ari yuswa Kangjeng Nabi
Genep puluh tilu pasti
Maqomna di jeuro Nagri
Madinah Nagara Suci

57
Puputrana Kanjeng Nabi
Aya Opat anu Istri
Siti Zenab nu Kahiji
Ruqoyah nu hiji deui

58
Ummi Kulsum katiluna
Siti Fatimah Bungsuna
Ari putra nu Cikalna
Sidna Qosim kakasihna

59
Sidna 'Abdullah Raina
Ibrohim nu katiluna
Eta nu genep putrana
Siti Khodijah Ibuna

60
Sidna Ibrohim Ibuna
Mariyah jenenganana
Istri ti Mesir asalna
Tah kitu turunanana

61
Putra nu pameugeut kabeh
Pupus keur Aralit keneh
Nu istri Carogena teh
Para Shohabat nu Sholeh

62
Siti Zenab Carogena
Abul'Ash Jenenganana
Siti Ruqoyah Carogena
Sidna 'Utsman mimitina

63
Geus Siti Ruqoyah Hilang
Anjeuna turun Ka ranjang
Ummi kultsum putri Lanjang
Di Tikah geuntos nu Hilang

64
Caroge Siti Fatimah
Sidna 'Ali nu katelah
Bakarromallahu Wajhah
Anu ka Mashurkeun gagah

65
Ari Putu Kanjeng Nabi
Dalapan pamegeut Istri
Siti Umamah jeung 'Ali
Ti Siti Zenab kawarti

66
Ari Sidna 'Abdullah mah
Putu ti Siti Ruqoyah
Putu tu Siti Fatimah
Aya Lima kabeh namah

67
Tilu anu pameugeutna
Sidna Hasan kakasihna
Sidna Husen ka duana
Sidna Muhsin ka tiluna

68
Ummi Kulsum nu Istrina
Ka Sidna 'Umar Nikah na
Sitna Zenab ka duana
Nurut Ungeuling wartosna

69
Urang kudu Cinta ati
Ka Turunan Kanjeng Nabi
Poma ulah goreng Ati
Sumawona Hiri dengki

70
Ari mungguh Kangjeng Nabi,
nyaahna langkung ti misti,
ka umatna jaler istri,
leuwih ti sepuh pribadi.

71
Welas asih ka nu miskin,
sumawon ka budak yatim,
pada seubeuh ku paparin,
kadaharan jeung pisalin.

72
Akurna ka urang kampung,
calik satata ngariung,
tara angkuh jeung adigung,
sanajan ka urang gunung.

73
Ka nu nandang kasusahan,
gering jeung kapapaténan,
ngalayad sarta ngubaran,
ngajajapkeun ka kuburan.

74
Manis saur manis budi,
éstu mustikaning jalmi,
sajagat mo’ mendak deui,
saé rupa jeung parangi.

75
Raray lir bulan purnama,
halisna lir katumbiri,
waos lir inten widuri,
salira harum wawangi.

76
Éstu kersaning Pangéran,
lain seungit dimenyanan,
karinget pada nandéan,
diparaké seuseungitan.

77
Sakitu Nabi mulyana
Taya pisan adigung na
Angkat pungkureun Shohbatna
Kalangkung handap Asorna

78
Anggoan kersa lumayan
Najan nu geus di Tambalan
Kitu deui katuangan
Bangeut pisan di Kurangan

79
Beutah dina Kamiskinan
Lain Sabab teu kagungan
Ngahaja bae ngirangan
Ngarah karidhoan Tuhan

80
Pirang-pirang mujijatna,
tawis kanabianana,
Kur’an nu nomer hijina
mujijat nu pangmulyana.

81
Tangkal nu pérang daunna,
disiram urut abdasna,
ngadadak loba buahna,
sarta hirup saterasna.

82
Domba nu banget kuruna,
sarta lalépét susuna,
diusap ku pananganna,
ngadadak juuh susuna

83
Dina hiji waktos deui,
sahabat bet kirang cai,
teras baé Kangjeng Nabi,
mundut cai anu kari

84
Cai ngan sakedét pisan,
éstu kabéh pada héran,
Nabi neuleumkeun panangan,
dumadak tuluy manceran.

85
Cai mancer loba pisan,
ka luar tina panangan,
sela-sela ramo pisan,
cukup keur jalma réaan.

86
Kacatur Hiji Beudeuwi
Ngadoja ka Kanjeng Nabi
Nitah nyaur tangkal kai
Sina ngomong cara Jalmi

87
Tuluy Tangkal teh di Saur
Harita ku Kanjeng Rosul
Tangkal datang ngagulusur
Akarna teh di Gugusur

88
Ngadeuheus ka Kanjeng Nabi
Uluk Salam cara Jalmi
Sanggeus kitu balik deui
Ka tempat asalna tadi

89
Badwi teh ngan kantun Héran
Ningal eta ka anehan
Tuluy bae asup Islam
Ka Nabi ngangken panutan

90
Saliana Loba deui
Mu’jizatna Kanjeng Nabi
Mun di wincik Hiji - hiji
Keur nulisna moal mahi

91
He Allah nu Sifat Rohman
Abdi Sadayana Iman
Teu Aya deui Pangéran
Lian ti Anjeuna pisan

92
Nu ngadamel Bumi 'Alam
Rawuh saeusina pisan
Nu Wajib di Ibadahan
Teu aya anu nyésa pisan

93
Sareng abdi Iman deui
Ka Sidna Muhammad Nabi
Yen eta utusan Gusti
Miwulang sadaya Jalmi

94
Nu Sifat ka percayaan
Bijaksana tur Budiman
Bener unggal sasauran
Najan Saur kaheureuyan

95
Ngémbarkeun Kanjeng Nabi téh
Ka Jalma sadunya kabeh
Dawuh Pangéran nu Shoheh
Nu Wajib di Turut nateh

96
Hurmat urang ka Anjeuna
Dina mangsa jumenengna
Sareng sa ba'da Wafat na
Eta teu aya beda na

97
Duh Gusti jungjunan abdi
Sidna Muhammad habibi
Pamugi salira nampi
Kanu hina diri abdi

98
'Abdi umat akhir zaman
Anu banget panasaran
Hoyong tepang ngadeuheusan
Seja tumut serah badan

99
Di Yaumil Akhir pamugi
'Abdi sing janten ngahiji
Sareng indung bapa 'Abdi
Ngiring Gusti ka Sawargi

*Alhamdulillaah*

*Tammat Wallaahu A'lam*
Mugi Ageung Manfa'at...

NGA... APALKEUN DEUI...
PP.Asy

Senin, 19 November 2018

Haji/Umroh dgn ongkos haram

Haji merupakan ibadah maliyah dan badaniyah. Dalam jamaah haji harus berjalan saat thawaf, sai, melontar, dan berpindah-pindah lokasi manasik. Karenanya kesegaran tubuh kondisi yang fit, kekuatan fisik sangat diperlukan.

Selain itu kekuatan finansial juga sangat diperlukan. Karena dalam ibadah haji, jamaah memerlukan biaya transportasi, konsumsi, penginapan, dan biaya lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan jamaah yang membiayai ongkos dan perbekalan hajinya dengan harta yang diperolehnya dari jalan yang haram? Sampai di sini ulama berbeda pendapat. Bagi madzhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i, haji yang dibiayai dengan harta yang haram tetap sah meskipun ia berdosa atas kesalahannya memperoleh harta haram itu sebagaimana kutipan berikut ini.

وَيَسْقُطُ فَرْضُ مَنْ حَجَّ بِمَالٍ حَرَامٍ ) كَمَغْصُوبٍ وَإِنْ كَانَ عَاصِيًا كَمَا فِي الصَّلَاةِ فِي مَغْصُوبٍ أَوْ ثَوْبِ حَرِير

Artinya, “(Gugurlah kewajiban orang yang berhaji dengan harta haram) seperti harta rampasan sekalipun ia bermaksiat. Sama halnya dengan shalat di tempat hasil rampasan atau mengenakan pakaian terbuat dari sutra,” (Lihat Abu Zakariya Al-Anshari, Asnal Mathalib, juz 6, halaman 51).

Syekh Abu Zakariya Al-Anshari secara tegas mengatakan bahwa jamaah yang membiayai hajinya dengan harta haram itu sama seperti orang yang bersembahyang dengan mengenakan pakaian hasil merampas atau sutra, pakaian yang diharamkan bagi pria. Artinya ibadah haji dan shalat orang yang bersangkutan tetap sah. Dengan demikian gugurlah tuntutan wajib ibadah dari orang tersebut.

Sementara madzhab Hanbali menyatakan bahwa ibadah haji yang dibiayai dengan harta yang haram tidak sah. Karenanya jamaah yang menunaikan ibadah haji dengan harta yang haram masih tetap berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji di tahun-tahun  selanjutnya mengingat hajinya dengan harta haram itu tidak sah.

يستحب أن يحرص على مال حلال لينفقه في سفره فإن الله طيب لا يقبل إِلا طيباً ؛ وفي الخبر : ( مَنْ حَجَّ بمال حَرَامٍ إذا لَبَّى قيل له لا لَبَّيْكَ ولا سَعْدَيْكَ وحَجُّكَ مَرْدُودٌ عَلَيْكَ ) . ومن حج بمال مغصوب أجزأه الحج وإن كان عاصياً بالغصب ، وقال أحمد : لا يجزئه اه م د على التحرير

Artinya, “Seseorang dianjurkan untuk betul-betul mencari harta halal, agar ia dapat menggunakannya di masa perjalanannya. Karena sungguh Allah itu suci, tidak menerima kecuali yang suci. Di dalam hadits dikatakan, ‘Siapa berhaji dengan harta haram, kalau ia berkata ‘labbaik’, maka dijawab malaikat, ‘La labbaik, wala sa’daik, hajimu tertolak’.’ Karenanya siapa yang berhaji dengan harta haram, maka hajinya memadai sekalipun ia bermaksiat karena merampas. Sementara Imam Ahmad berkata, hajinya tidak cukup,” (Lihat Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1996 M/1417 H, juz 3, halaman 181).

Kalangan Hanafi, maliki, dan syafi’i mengeluarkan argumentasi bahwa haji itu sendiri adalah kunjungan ke tempat-tempat istimewa dalam agama. Dan itu tidak dilarang. Yang dilarang agama itu adalah menggunakan harta yang haram itu seperti untuk keperluan haji.. jadi keduanya tidak berkaitan sama sekali. Sama halnya dengan orang sembahyang di tanah rampasan (hasil kezaliman). Sembahyangnya sendiri itu tetap sah. Tetapi menempati tanah yang diharamkan itu yang dilarang oleh agama. Karenanya ibadah haji atau shalat tidak bisa disifatkan haram. Meskipun gugur kewajiban ibadah itu, namun manasik haji tidak diterima dan tidak mendapatkan pahala dari Allah. Nasib manasik hajinya sama seperti orang sembahyang tetapi riya, atau berpuasa tetapi mengghibah. Semuanya tidak diganjar pahala. Demikian argumentasi yang diajukan Ibnu Abidin dalam Haysiyah Raddul Mukhtar, Beirut, Darul Fikr, 2000 M/1421 H, Juz 2 halaman 456).

Sementara madzhab Hanbali sepakat dengan jumhur ulama perihal penerimaan dan pahala. Mereka yang menunaikan ibadah haji dengan harta haram tidak menerima pahala. Sedangkan terkait keabsahan, madzhab Hanbali menyatakan bahwa haji yang dibiayai dengan harta haram tidak sah. Karenanya mereka harus mengulang hajinya pada tahun depan karena hajinya tahun ini tidak sah. Karena tidak bisa mencampurkan antara ibadah dengan hal-hal batil.

Berangkat dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa haji maupun ibadah lainnya adalah perintah Allah yang harus dihormati. Artinya, pelaksanaannya pun harus dipersiapkan dan dijalankan dengan penuh takzim. Jangan sampai tercampur harta haram dalam pembiayaan haji. Karena Allah itu suci, tidak akan menerima apapun selain yang suci.

Menurut kami, pendapat madzhab Hanbali perlu dipelajari lebih lanjut dari sisi moralitas ibadah. Semangat Madzhab Hanbali bisa jadi mengantisipasi kemungkinan orang melakukan pencucian uang dengan menunaikan ibadah haji. Dengan demikian haji bukan hanya dipandang secara rangkaian upacara formal. Tetapi kebersihan harta sebagai penggerak manasik haji itu sendiri mesti dipastikan. Bukan asal berangkat haji.

Pandangan madzhab Hanbali bisa secara moral menghentikan kezaliman, suap, kecurangan, korupsi atau kejahatan umat Islam dalam menjalankan praktik bisnis, mengemban jabatan publik, atau menjalani kesehariannya sebagai pegawai negeri sipil, dan profesi lainnya.

Saran kami, berusahalah mencari rezeki sesuai pandangan fikih dan legal menurut hukum positif yang berlaku. Kumpulkanlah keuntungan Anda untuk keperluan biaya haji. Telitilah dalam menerima uang. Apakah uang itu “suci” atau tidak. Dan jaga kesehatan tubuh Anda karena ibadah haji juga membutuhkan kekuatan fisik.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb

Dzkir Sesudah Shalat

Dzikir Sesudah shalat

Merupakan perkara yang sering kita dapati di masjid-masjid orang-orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyyah adalah berdzikir dengan keras, baik sebelum adzan, atau sesudah adzan sambil menunggu ditegakan sholat, demikian juga dzikir dan do’a berjama’ah setelah sholat fardu dengan suara yang keras.
Tentunya hal ini –terutama dzikir yang keras setelah adzan sambil menunggu sholat- sangatlah mengganggu orang-orang yang mungkin sedang sholat sunnah, atau sedang membaca Al-Qur’an atau sedang berdoa atau sedang berdzikir sendiri.
Demikian juga kita sering melihat pengingkaran yang muncul dari para jama’ah sholat tersebut tatkala ada seseorang yang berdzikir sendiri dengan suara yang pelan…, seakan-akan orang tersebut telah menyelisihi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam..???, bahkan seakan-akan orang tersebut telah melakukan bid’ah dengan membawa ajaran baru karena menyelisihi jama’ah sholat yang berdzikir dengan keras tersebut !!!.
Lantas bagaiamanakah petunjuk Al-Imam Asy-Syafi’i dalam berdzikir dan berdoa setelah sholat fardlu? Apakah dengan dikeraskan dan dikerjakan secara berjama’ah??!
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata :


Pendapatku untuk imam dan makmum hendaklah mereka berdzikir selepas selesai sholat. Hendaklah mereka memelankan (secara sir) dzikir kecuali jika imam ingin mengajar bacaan-bacaan dzikir tersebut, maka ketika itu dzikir dikeraskanlah, hingga dia menduga bahwa telah dipelajari darinya (bacaan-bacaan dzikir tersebut-pen), lalu setelah itu ia memelankan kembali dzikirnya. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman
وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya” (QS Al-Isroo’ : 110) (Al-Umm 2/288).
Yaitu –wallahu A’lam- tatkala berdoa, “Dan janganlah engkau keraskan suaramu” yaitu “Jangan kau angkat suaramu”, dan “Janganlah engkau merendahkannya” sehingga engkau sendiri tidak mendengar”

Adapun mengenai hadits-hadits yang menunjukkan bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi terdengar suara dzikirnya maka Imam Syafi’i menjelaskan seperti berikut:

Menurutku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan (dzikir) sedikit agar orang-orang bisa belajar dari beliau. Kerana kebanyakan riwayat yang telah kami tulis bersama ini atau selainnya, tidak menyebut selepas salam terdapat tahlil dan takbir. Kadang-kala riwayat menyebut Nabi berdzikir selepas solat seperti yang aku nyatakan, kadang-kala disebut bahwa Nabi pergi tanpa berdzikir. Ummu Salamah menyebutkan bahwa Nabi selepas sholat menetap di tempat sholatnya akan tetapi tidak menyebutkan bahwa Nabi berdzikir dengan jahr (keras). Aku rasa beliau tidaklah menetap kecuali untuk berdzikir dengan dzikir yang tidak dikeraskan/dijaharkan.

Jika seseorang berkata: “Seperti apa?” (maksudnya permasalahan ini seperti permasalahan apa yang lain?-pen). Aku katakan, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersolat di atas mimbar, dimana beliau berdiri dan rukuk di atasnya, kemudian beliau mundur belakang untuk sujud di atas tanah. Nabi tidaklah solat di atas mimbar pada kebanyakan usia beliau. Akan tetapi menurutku beliau ingin agar orang yang jauh yang tidak melihat beliau, dapat mengetahui bagaimana cara berdiri (dalam sholat), rukuk dan bangun (dari rukuk). Beliau ingin mengajarkan mereka keluasan dalam itu semua.

Aku suka sekiranya imam berzikir nama Allah di tempat duduknya sebentar dengan kadar hingga perginya jama’ah wanita sebagaimana yang dikatakan oleh Ummu Salamah. Kemudian imam  boleh bangun. Jika dia bangun sebelum itu, atau duduk lebih lama dari itu, tidak mengapa. Makmum boleh pergi setelah imam selesai memberi salam, sebelum imam bangun. Jika dia tunda/akhirkan sehingga imam pergi, atau ia pergi bersama imam, maka itu lebih aku sukai untuknya. ” (Al-Umm 2/288-289)

Perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah di atas juga dinukil oleh Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzzab (3/468-469), setelah itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :

“Al-Baihaqi dan yang lainnya berhujjah untuk tafsiran (yang disebutkan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i-pen) dengan hadits Aisyah semoga Allah meridhoinya, beliau berkata tentang firman Allah
وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya” (QS Al-Isroo’ : 110)
“Ayat ini turun tentang perihal berdo’a”, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Demikian pula perkataan para ashaab (para ulama besar madzhab syafi’iyah-pen) bahwasanya dzikir dan do’a setelah sholat disunnahkan untuk dibaca dengan sir (pelan). Kecuali sang imam ingin mengajari orang-orang maka ia membacanya dengan keras, dan jika mereka (para makmum) telah mengetahui maka sang imam kembali membaca dengan pelan.

Al-Baihaqi dan yang lainnya berhujjah/berdalil tentang (pembacaan dzikir/doa) secara pelan dengan hadits Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Kami bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (dalam safar), dan jika kami naik dari lembah maka kamipun bertahlil dan bertakbir. Maka keraslah suara kami, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai manusia, hendaknya kalian lembut terhadap diri kalian, sesungguhnya kalian tidak menyeru kepada dzat yang tuli dan tidak hadir, sesungguhnya Allah bersama kalian Maha Mendengar dan Maha Dekat” (Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 3/469)

Al-Imam An-Nawawi juga berkata dalam kitabnya At-Tahqiiq:

يُنْدَبُ الذِّكْرُ وَالدُّعَاءُ عَقِبَ كُلِّ صَلاَةٍ وَيُسِرُّ بِهِ، [فَإِذَا] كَانَ إِمَاماً يُرِيْدُ تَعْلِيْمَهُمْ جَهَرَ، فَإِذَا تَعَلَّمُوْا أَسَرَّ وَيُقْبِلُ عَلَيْهِمْ
“Disunnahkan dzikir dan do’a selesai setiap sholat dan dengan sir (suara pelan), jika ia seorang imam yang ingin mengajari mereka (para makmum) maka ia mengeraskan suara, dan jika mereka telah belajar (mengerti) maka ia sir (pelan kembali) dan ia menghadap mereka” (Lihat di Makhthuth kitab At-Tahqiiq karya An-Nawawi rahimahullah, dari Maktabah Al-Azhar (silahkan download di http://www.al-mostafa.info/data/arabic/depot3/gap.php?file=m001045.pdf) lembaran ke 49, halaman sebelah kiri, baris ke 12 dan 13)

Ibnu Hajar Al-Haitami ditanya :

وَسُئِلَ نَفَعَ اللَّهُ بِهِ هل الْأَوْلَى قِرَاءَةُ الْأَذْكَارِ وَالْأَدْعِيَةِ سِرًّا وَكَيْفَ كانت قِرَاءَتُهُ صلى اللَّهُ عليه وسلم وإذا جَهَرَ بها في مَسْجِدٍ وَثَمَّ مُصَلُّونَ يُشَوِّشُ عليهم هل يُمْنَعُ أَمْ لَا؟
Dan Ibnu Hajar Al-Haitami –semoga Allah menjadikan beliau bermanfaat bagi kaum muslimin- tentang apakah yang lebih utama membaca dzikir dan do’a-do’a secara sir (perlahan)?, dan bagaimanakah bacaan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam?. Dan jika seseorang menjahr (mengeraskan suara) dengan dzikir dan doa di suatu masjid padahal orang-orang sedang sholat sehingga bacaan yang keras tersebut mengganggu mereka, maka apakah orang tersebut dilarang atau tidak?

Maka Ibnu Hajar Al-Haitami menjawab dengan perkataannya :

السُّنَّةُ في أَكْثَرِ الْأَدْعِيَةِ وَالْأَذْكَارِ الْإِسْرَارُ إلَّا لِمُقْتَضٍ وَعِبَارَةُ شَرْحِي لِلْعُبَابِ مع مَتْنِهِ وَيُسَنُّ الدُّعَاءُ وَالذِّكْرُ سِرًّا وَيَجْهَرُ بِهِمَا بَعْدَ السَّلَامِ الْإِمَامُ لِتَعْلِيمِ الْمَأْمُومِينَ فإذا تَعَلَّمُوا أَسَرُّوا
“Yang sunnah dalam mayoritas doa dan dzikir adalah dengan sir (pelan) kecuali kalau ada sebab tertentu. Dan ibarat syarahku (penjelasanku) terhadap kitab “al-‘Ubab” bersama matannya : “Dan disunnahkan berdoa dan berdzikir secara sir, dan imam mengeraskan dzikir dan do’a setelah salam untuk mengajari para makmum. Jika para makmum telah faham maka mereka berdzikir dan berdoa dengan pelan”
“Adapun apa yang ditunjukkan dari ibarat yang ada di kitab Raudhoh bahwasanya sunnah dalam berdzikir adalah dengan dikeraskan bukan dipelankan, maka tidaklah dimaksudkan demikian. Karena menyelisihi apa yang ada di kitabAl-Majmu’ (syarh Al-Muhadzdzab) dan kitab yang lainnya dari Nash (pernyataan Al-Imam Asy-Syafi’i) dan juga para ashaab (para ulama besar madzhab syafi’iyah) bahwasanya yang sunnah adalah dengan dipelankan (sir). Dari sini maka Az-Zarkasyi berkata : “Yang sunnah dalam seluruh dzikir adalah dengan dipelankan kecuali talbiyah dan bacaan qunut bagi imam, takbir tatkala malam lebaran idul fitri dan malam idul adha, dan tatkala melihat hewan-hewan ternak tatkala tanggal 10 dzulhijjah dan diantara setiap dua surat dari surat Ad-Duha hingga akhir al-Qur’an, dzikir tatkala masuk pasar (yaitu Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lah dst), tatkala naik dataran tinggi dan tatkala turun dari tempat yang tinggi”

Kemudian Ibnu Hajar Al-Haitami berkata :

وَالْجَهْرُ بِحَضْرَةِ نَحْوِ مُصَلٍّ أو نَائِمٍ مَكْرُوهٌ كما في الْمَجْمُوعِ وَغَيْرِهِ وَلَعَلَّهُ حَيْثُ لم يَشْتَدَّ الْأَذَى وَإِلَّا فَيَنْبَغِي تَحْرِيمُهُ
“Dan membaca dengan keras tatkala ada orang yang sholat atau sedang tidur maka hukumnya makruh –sebagaimana dalam kitab Al-Majmuu’ dan kitab yang lainnya-. Hukum makruh ini mungkin jika gangguan (terhadap orang yang sholat dan tidur-pen) tidaklah parah, jika parah maka hukum membaca dengan keras adalah haram” (Al-Fataawaa Al-Fiqhiyah Al-Kubro 1/157-158)


Kesimpulan Madzhab Asy-Syafi’i (sebagaimana kita simpulkan dari perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i, Al-Imam An-Nawawi, Az-Zarkasyi, dan Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahumullah di atas) adalah sebagai berikut :

Pertama : Yang sunnah secara asal adalah berdzikir dan berdoa dengan sir (perlahan) dan bukan dengan dikeraskan. Dzikir hanya dikeraskan jika ada dalil yang menunjukkan dikeraskannya dzikir tersebut seperti talbiyah, takbiran, dll, sebagaimana pernyataan yang tegas dari Az-Zarkasyi rahimahullah.
Tentunya hal ini bertentangan dengan praktek sebagian orang yang mengaku bermadzhab syafi’i yang menunjukkan mereka telah membalik perkaranya, sehingga di mata mereka yang sunnah asalnya adalah mengeraskan suara tatkala dzikir dan berdoa??!!

Kedua : Membaca (termasuk membaca dzikir dan doa) dengan keras jika mengganggu orang yang sedang sholat atau sedang tidur bisa hukumnya makruh atau haram jika gangguannya parah.
Karenanya merupakan perkara yang salah adalah berdzikir dan berdoa dengan paduan suara tatkala sedang thowaf di ka’bah, yang banyak diantara jama’ah yang tidak memahami makna bacaan paduan suara tersebut, dan juga mengganggu orang-orang yang lain yang sedang thowaf dan sedang konsentrasi berdzikir dan berdoa.

Ketiga :  Yang sunnah adalah sang imam setelah salam adalah balik menghadap para makmum. Namun kenyataannya kebanyakan orang-orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyah setelah salam dari sholat sang imam menghadap kiblat dan membelakangi para makmum.

Keempat : Yang sunnah asalnya adalah sang imam setelah sholat berdzikir dan berdoa dengan suara yang pelan (sir) dan tidak dikeraskan. Hanya saja boleh dikeraskan doa dan dzikir tersebut kalau tujuannya untuk mengajari para makmum. Akan tetapi jika para makmum telah mengerti maka imam kembali berdzikir dengan sir (pelan) demikian juga para makmum berdzikir dengan pelan.

          Hal ini tentunya bertentangan dengan kebiasaan orang-orang yang mengaku bermadzhab syafi’iyah yang mereka senantiasa berdzikir dan berdoa setelah sholat dengan keras dan terkadang secara berjama’ah !!!

Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Pantun alus hate

*Pantun Alus Hate*

Aya kaca
Aya sakoteng
Anu maca
Euleuh meni ganteng..

Aya kaca
Dipasangan tralis
Anu maca
Gening meni geulis..

Aya beca
Ngangkut lodeh
Nu maca
jalmi soleh..

Aya lodeh
Di bawa ka jalan budi
Keur mah soleh
Katambah-tambah
Hade budi..

Meuli sate
Ka Sarinah
Alus hate
Jaba someah..

Mugia urang sadaya janten jalmi anu saroleh tur alus hate sareng someah. Aamiin ...

Wilujeng wayah kieu.

Puisi Tentang Rosulullah


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

            Perjuangan Suci

                                            Karya : Ust Husni

Yaa...Rosulallah
Engkaulah suri tauladanku
Tiada dentang waktu bagimu
Tampa perjuangan sucimu
Begitu suci kalbu dalam nafasmu
Ketulusanmu takkan tertulis dengan apapun,

Yaa...Rosulullah
Engkaulah panutan hidupku
Jejak telapak hidupmu
Kini menjadi sunnah untukku,
Kelembutan lisanmu
Kini menjadi hadits sucimu,

Yaa...Rosulallah
Engkaulah penolong dalam kesempitan dihari akhir
Syafa'atmu selalu kutunggu
Kesetiaanmu pada ummatmu
Begitu besar
Kemulyaanmu akan terukir sampai
Akhir hayatmu.

ربنا لا تؤخذنا ان نسينا اواخطانا،ربنا ولا تحمل علينا اصرا كما حملته على الذين من قبلنا،ربناولاتحملنا مالا طاقة لنابه،واعف عنا واغفر لنا وارحمنا انت مولانا فانصر على القوم الكافرين...امين

والسلام عليكم..

Keutamaan maulid

*"KEUTAMAAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW".*

*Di dalam kitab “An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam” halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami* (909-974 H. / 1503-1566 M.), cetakan “Maktabah al-Haqiqat” Istambul Turki, diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW.

*1. Sayyidina Abu Bakar RA. berkata:*

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان رفيقي في الجنة

Barangsiapa membelanjakan satu  dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga

*2. Berkata Sayyidina Umar RA.*

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.”

*3. Berkata Sayyidina Utsman RA.:*

من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين

“Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.”

*4. Sayyidina Ali RA. berkata:*

من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب

“Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannya pembacaan maulid Nabi, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”

*5. Imam Hasan Bashri RA. berkata:*

وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم

“Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati maulid Nabi SAW.”

*6. Imam Junaed al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:*

من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان

“Barangsiapa menghadiri peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.”

*7. Imam Ma’ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya:*

من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيين و كان فى أعلى عليين

“Barangsiapa menyediakan makanan untuk pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin).”

*8. Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:*

: ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيه البركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم

“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya.

Dan sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari  dimatikannya hati-hati itu.

Dan barangsiapa yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuh ke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi saw.”

*9. Imam Syafi’i, semoga Allah merahmatinya, berkata:*

من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم

“Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi SAW, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na’im.”

*10. Imam Sirri Saqathi, semoga Allah membersihkan sir (bathin)-nya:*

من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع الا لمحبة النبي صلى الله عليه و سلم . وقد قال صلى الله عليه و سلم : من أحبني كان معي فى الجنة

“Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.”

*11. Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:*

مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.
وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم.

“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”

Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila ia meninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.
Sumber : kitab ni'matul kubro.

Doa Di bulan rojab

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم بارك لنا * في رجب وشعبان
وبلغنا رمضان * وحصل مقاصدنا
واشرح لنا صدورنا * ونور قلوبنا
ورزقنا علما نافعا   * رزقا حلالا واسعا

Hei allah kami berkahkn
Bulan rojab bulan sya'ban
  Dugikn k bulan romadhon
  Jeng hasilkn pamaksadan
Mugi dada dijembarkeun
Hate mugi dicaangkn
  Ilmu manfaat parinkeun
  Rizqi nuhalal seueurkeun...
Aamiin aamiin aamiin aamiin
Aamiin aamiin aamiin aamiin
  Aamiin aamiin aamiin aamiin
  Aamiin yaa mujibassaailiin.

Dzikir Maot

بسم الله الرحمن الرحيم

استغفر الله رب الباريا#
                            استغفر الله من الخطايا
ربي زدني علما نافعا  #
                            ووافقني عملا صالحا
ووهب لي رزقا واسعا #
                           وتب علينا توبة نصوحا

Ngajolopong dituruban
Diriyung ditarungguan
      Logodor datang pasaran
      Montong lila sosonoan 2x
Nu ngariyung nyingkir miris
Nyaahge bati nunggeulis
      Geumpeur pacampur jeng waas
      Setan mah bati mupuwas 2x
Harta banda anu ngaleuya
Eta sadaya teu guna
      Amal sholeh nu utama
      Samperen urang sadaya 2x
Gusti allah bakal nyiksa
Kajalma anu doraka
      Anu tara ngaluarkn harta
      Dina jalan allah ta'ala
Lamun jalma sempet tobat
Tina sagala ma'siat
       Tangtos allah mere rohmat
        Di dunia  sareng akhirat

اللهم صلي وسلم وبارك عليه

Lima balasan bagi org musrik

Lima Balasan
Bagi Orang Musyrik

Menurut Alquran, syirik dalam hal keyakinan (syirik besar) mengakibatkan sanksi-sanksi besar, baik di dunia maupun di akhirat. Sanksi-sanksi  tersebut ialah sebagi berikut:

Dosa yang disebabkan oleh syirik tidak akan diampuni oleh Allah. Ini berlaku bagi yang tidak bertaubat atau meninggal dalam dosa itu.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا ٤٨

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar, “ (Qs. An-Nisa’, 48).

Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan sebab nuzul ayat ini. Bahwa Ibnu Abi Hatim dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari yang menceritakan bahwa ada seorang laki-laki datang dan menghadap Rasul dan berkata kepada beliau: “Saya tidak mempunyai keponakan laki-laki yang tidak henti-hentinya melakukan keharaman.” Rasul bertanya: “Agamanya apa?” Orang itu lantas menjawab, “Dia shalat dan beriman bahwa Allah adalah satu.” Rasul kemudian berkata kepada laki-laki tersebut: “Mintalah agamanya darinya.” Lalu laki-laki itu meminta agama anak saudaranya itu, nemun anak saudaranya itu enggan memberitahukannya. Akhirnya laki-laki itu kembali menghadap Rasul lagi dan berkata: ”Dia memang erat agamanya.” Lalu turunlah ayat ini.

Ayat di atas menegaskan bahwa setiap orang yang melakukan dosa yang sangat besar dan berada di bawah keputusan Allah. Apabila Dia berkehendak, maka Allah akan mengampuninya. Namun apabila tidak, maka Allah akan menyiksanya selagi dosa besar tersebut tidak berupa kemusyrikan.

Terkait aturan balasan orang yang melakukan dosa, Allah jelaskan di ayat lain, seperti dalam firman-Nya:

إِن تَجۡتَنِبُواْ كَبَآئِرَ مَا تُنۡهَوۡنَ عَنۡهُ نُكَفِّرۡ عَنكُمۡ سَيِّ‍َٔاتِكُمۡ وَنُدۡخِلۡكُم مُّدۡخَلٗا كَرِيمٗا ٣١

Artinya: “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga) (Qs. An-Nisa’, 31).

Baca Juga:  Agama
Dari ayat ini terlihat jelas, bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kecil bagi orang-orang yang mau menjauhi dosa-dosa besar. Kemudian ayat ini dijelaskan lagi oleh surat Az-Zumar ayat 63, sebagai berikut:

  ۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ

ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ٥٣

Artinya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (Az-Zumar, 53).

Imam Ibnu Mundzir meriwayatkan, sebagaimana dikutip oleh Zuhaili, bahwa ketika turun firman Azzumar 53, Nabi Muhammad saw sedang berdiri di atas mimbar dan membaca ayat ini di hadapan khalayak ramai. Kemudian ada seorang yang bertanya: “Apakah menyekutukan Allah termasuk dosa yang diampuni?.” Namun Rasul diam. Orang tersebut kembali bertanya: ”Wahai Rasul, apakah menyekutukan Allah termasuk dosa yang diampuni?.” Rasul tetap saja diam hingga tiga kali pengulangan. Kemudian turunlah ayat ini.

2. Tidak boleh melakukan perkawinan dengan wanita atau laki-laki Muslim

وَلَا تَنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكَٰتِ حَتَّىٰ يُؤۡمِنَّۚ وَلَأَمَةٞ مُّؤۡمِنَةٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكَةٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَتۡكُمۡۗ وَلَا تُنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

حَتَّىٰ يُؤۡمِنُواْۚ وَلَعَبۡدٞ مُّؤۡمِنٌ خَيۡرٞ مِّن مُّشۡرِكٖ وَلَوۡ أَعۡجَبَكُمۡۗ أُوْلَٰٓئِكَ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ

وَٱلۡمَغۡفِرَةِ بِإِذۡنِهِۦۖ وَيُبَيِّنُ ءَايَٰتِهِۦ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٢١

Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran, “ (Qs. Al-Baqarah, 221).

Baca Juga:  Imbalan Puasa Orang Munafik
3. Di akhirat mereka akan meraskan azab yang berat.

وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ وَٱلۡمُشۡرِكَٰتِ ٱلظَّآنِّينَ بِٱللَّهِ ظَنَّ ٱلسَّوۡءِۚ عَلَيۡهِمۡ دَآئِرَةُ ٱلسَّوۡءِۖ وَغَضِبَ

ٱللَّهُ عَلَيۡهِمۡ وَلَعَنَهُمۡ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرٗا ٦

Artinya: “Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali (Qs. Al-Fath, 6).

Mereka dimasukkan ke dalam neraka.

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ وَٱلۡمُشۡرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ شَرُّ ٱلۡبَرِيَّةِ ٦

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk,’”(Qs. Al-Bayyinah, 6).

Dan diharamkan bagi mereka masuk surga.

لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ

مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ ٧٢

Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun, “ (Qs. Al-Maidah, 72).

4. Syirik dipandang sebagai najis yang musti dijauhi.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡمُشۡرِكُونَ نَجَسٞ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ وَإِنۡ خِفۡتُمۡ عَيۡلَةٗ

فَسَوۡفَ يُغۡنِيكُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦٓ إِن شَآءَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٢٨

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” (Qs. At-Taubah, 28).

Baca Juga:  Agar Kita Tidak Terjerat Ajaran Sesat-menyesatkan
5. Mereka dipandang sebagai orang-orang yang sangat sesat.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلَۢا بَعِيدًا ١١٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya,” (Qs. An-Nisa’, 116).

Masih menurut Wahbah Zuhaili menegaskan bahwa surat An-Nisa’ ayat 116 ini dilatarbelakangi oleh kasus Thu’mah bin Ubairiq yang melakukan pencurian, ketika Rasulullah menjatuhkan vonis hukuman potong tangan terhadap dirinya, lalu ia melarikan diri ke Makkah dan murtad. Ketika di Makkah, ia membobol sebuah rumah, lalu orang orang musyrik penduduk Makkah berhasil menangkapnya, lalu membunuhnya. Lalu turunlah ayat ini.

Baca juga: Macam-macam Syirik yang Wajib Anda Ketahui
Berdasarkan uraian di atas, barangkali banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa Islam melarang syirik? Jawabannya adalah, kemusyrikan merupakan bentuk kebohongan yang sangat nyata. Dengan kemusyrikan, timbullah pola berfikir khurafat dan kebatilan. Kemusyrikan juga menjadi sumber munculnya berbagai dosa yang dapat menghancurkan kehidupan manusia dan juga merusak tatan hidup bermasyarakat.