Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Senin, 03 Februari 2020

Empat Sikap Menghadapi Musibah

*" EMPAT SIKAP MENGHADAPI MUSIBAH "*

       Oleh. Ust.Husni Thamrin

Fakta bencana yang terjadi ada yang di luar peran manusia, ada yang terjadi akibat peran manusia.

Bencana yang diluar peran manusia seperti; daerah rawan gempa, sunami, perggeseran tanah, gunung meletus, hujan deras dan lama, kemarau panjang, wabah virus dsb.  Dalam keadaan ini Allah SWT berfirman:

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ

"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. Al-Hadid 57: 22)

Sementara bencana akibat peran manusia seperti; pembakaran dan penggundulan hutan mengakibatakan banjir dan longsor. Pembangunan dilahan hijau dan serapan mengakibatkan kesusahan air. Membuang sampah sembarang mengakibatkan tersendatnya saluran air hingga menimbulkan banjir. Peperangan mengakibatkan hancurnya sebuah negara dan korban manusia. Prilaku sek bebas dan lgbt berakibat tersebarnya penyakit HIV Aids, merajalelanya korupsi dan kolusi menyebabkan bangkrutnya sebuah lembaga bahkan sebuah negara. Dalam hal ini Allah SWT berfirman,

وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa. 42: 30).

Lalu bagaimana seharusnya saat menghadapi musibah dan bencana? Ada empat sikap dalam menghadapi musibah dan bencana, yaitu; sabar, istighfar, ikhtiar, dan tawakal

Pertama Sabar, yaitu menerima kenyataan bahwa musibah bisa menimpa siapapun dan kapanpun.
Allah SWT berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الـخَوْفِ وَالْـجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ. اَلَّذِيْنَ إذَا أَصَابَتهُمْ مٌّصِيْبَةٌۗ قَالُوْا إنَّا لِلّٰهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَۗ. أُولٰۧئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحمَةٌۗ وَأُولٰۧئِكَ هُمُ الْـمُهْتَدُوْنَ

“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”  (QS. al-Baqarah.2: 155-157)

Sabar mengahadapi musibah bermakna hati tidak bergemuruh murka, lidah tidak mengeluh dan berucap buruk dan anggota tubuh tidak berprilkau kasar dan merusak. Orang sabar hatinya selalu pasrah kepada Allah, perbuatannya selalu dihiasi kebaikan, lisannya senantiasa mengucapkan

إنَّا لِلّٰهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَۗ

"sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali"

Seorang mukmin sungguh menakjubkan, karena sikap baiknya dalam menghadapi kondisi senang maupun sulit, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

   إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَه

”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya; dan bila ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Kedua Istighfar, yaitu mengoreksi diri dan lingkungan jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Baik sacara vertikal maupun horizontal. Memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum 30:41)

Dalam ayat diatas disebutkan berbagai macam kerusakkan dan ketimpangan di darat dan di laut akibat perbuatan manusia, yakni dosa, maksiat dan keserakahan manusia. Maka semestinya melakukan intropeksi diri, muhasabah, cooling down, jika ada prilaku, kebijakan dan pilihan yang keliru, baik secara pribadi masyarakat maupun negara.

Ali Bin Abi Thalib Ra berkata.

ما نزل البلاء إلا بذنب وما رفع إلا بتوبة

“Setiap musibah yang turun disebabkan oleh dosa, dan tidak akan terangkat kecuali dengan taubat”

Ketiga Ikhtiar, yaitu berupaya menghindarkan diri dari bahaya dan berupaya memperbaiki keadaan.

Kita diperintahkan untuk menghindari sesuatu yang mengantarkan pada kerusakan.
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan“. (QS. Al Baqarah: 195).

Rasulullah SAW bersabda,

لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ

“Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya.” (HR. Ibnu Majah)

Dengan demikian kita harus menjaga kesehatan, memilih makan yang baik, menjaga lingkungan dan negara mesti membuat kebijakan yang menyelamatkan kehidupan.

kita juga diperintakan untuk berikhtiar memperbaiki keadaan.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS.Ar-Ra’d.13:11).

Saat sakit hendaklah berìkhtiar dengan berobat, saat terjadi krisis ekonomi krisis pangan dsb, kita mesti segera berikhtiar mencari solusi.

Kempat Tawakkal, yakni menyerahkan seluruh daya upaya kepada Allah Swt Maha Pencipta. Inilah sikap orang beriman. Menggantungkan seluruh hidupnya, upaya dan  ikhtiarnya kepada pemilik  Maha Segalanya. Sehingga akan melahirkan jiwa yang tenang penuh harapan. Jauh dari kesombongan saat sukses dan prustasi jika gagal. Karena memiliki tempat bergantung kepada yang tak terbatas, yakni Allah Ashamad.

Sungguh indah nasihat dari Imam Ali Bin Abi Thalib Ra, beliau berkata.

" Bukan Kesulitan yang membuat kita Takut, tapi Ketakutanlah yang membuat kita Sulit, karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah besar, tetapi katakanlah pada masalah aku punya Allah yang Maha Besar ”

Allah SWT berfirman:

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوْلٰٮنَا ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 51)

بارك الله لكم ولسائر المسلميس والمسلمات انه هو الغفور رحيم.....

والله اعلم باالصواب....

1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus