PERTANYAAN :
Assalaamualaikum, maaf ustadz yai gus yang ada di piss, mohon penjelasannya : hibah adalah suatu pemberian semasa hidup seseorang, baik kepada ahli waris maupun kepada orang lain, pertanyaanya !! kalau orang tua hibah kepada anaknya kemudian di lain waktu orang tuanya mengambil pemberiannya kembali, apakah itu boleh atau tidak ? kalau mau membatalkan apakah harus ada persetujuan dari yang diberi hibah atau tidak ? mohon penjelasan nya terima kasih.
JAWABAN :
Wa'alaikum salam, hukumnya khilaf ulama, di antara yang membolehkan adalah keterangan berikut :
Boleh membatalkan semuanya atau membatalkan sebagiannya dengan tujuan taswiyah / menyama-ratakan pemberian di antara anak-anaknya.
Wallahu a'lam.
ﻓﻲﺍﻟﻤﻐﻨﻲﻻﺑﻦﻗﺪﺍﻣﺔﺍﻟﻤﻘﺪﺳﻲﺭﺣﻤﻪﺍﻟﻠﻪ:...ﻭﻗﻮﻝﺍﻟﺨﺮﻗﻲ:"ﺃﻣﺮﺑﺮﺩﻩ"ﻳﺪﻝﻋﻠﻰﺃﻥﻟﻸﺏﺍﻟﺮﺟﻮﻉﻓﻴﻤﺎﻭﻫﺐﻟﻮﻟﺪﻩﻭﻫﻮﻇﺎﻫﺮﻣﺬﻫﺐﺃﺣﻤﺪﺳﻮﺍﺀﻗﺼﺪﺑﺮﺟﻮﻋﻪﺍﻟﺘﺴﻮﻳﺔﺑﻴﻦﺍﻷﻭﻻﺩﺃﻭﻟﻢﻳﺮﺩﻭﻫﺬﺍﻣﺬﻫﺐﻣﺎﻟﻚ,ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲﻭﺇﺳﺤﺎﻕ,
Dalam kitab almughni diterangkan, dhohir pendapat imam ahmad membolehkan kepada seorang bapak membatalkan hibah kepada anak-anaknya.
ﻭﺃﺑﻲﺛﻮﺭﻭﻋﻦﺃﺣﻤﺪﺭﻭﺍﻳﺔﺃﺧﺮﻯ:ﻟﻴﺲﻟﻪﺍﻟﺮﺟﻮﻉﻓﻴﻬﺎﻭﺑﻬﺎﻗﺎﻝﺃﺻﺤﺎﺏﺍﻟﺮﺃﻱﻭﺍﻟﺜﻮﺭﻱ,ﻭﺍﻟﻌﻨﺒﺮﻱ....ﻭﻟﻨﺎﻗﻮﻝﺍﻟﻨﺒﻲـﺻﻠﻰﺍﻟﻠﻪﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢـﻟﺒﺸﻴﺮﺑﻦﺳﻌﺪ:"ﻓﺎﺭﺩﺩﻩ"ﻭﺭﻭﻯ:"ﻓﺄﺭﺟﻌﻪ"ﺭﻭﺍﻩﻛﺬﻟﻚﻣﺎﻟﻚﻋﻦﺍﻟﺰﻫﺮﻱﻋﻦﺣﻤﻴﺪﺑﻦﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺣﻤﻦ,ﻋﻦﺍﻟﻨﻌﻤﺎﻥﻓﺄﻣﺮﻩﺑﺎﻟﺮﺟﻮﻉﻓﻲﻫﺒﺘﻪﻭﺃﻗﻞﺃﺣﻮﺍﻝﺍﻷﻣﺮﺍﻟﺠﻮﺍﺯﻭﻗﺪﺍﻣﺘﺜﻞﺑﺸﻴﺮﺑﻦﺳﻌﺪﻓﻲﺫﻟﻚﻓﺮﺟﻊﻓﻲﻫﺒﺘﻪ ﻟﻮﻟﺪﻩ..._ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻳﻀﺎ:ﻭﻇﺎﻫﺮ ﻛﻼﻡﺍﻟﺨﺮﻗﻲ ﺃﻥ ﺍﻷﻡ ﻛﺎﻷﺏ,ﻓﻲ ﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﻓﻲ ﺍﻟﻬﺒﺔ ﻷﻥﻗﻮﻟﻪ" :ﻭﺇﺫﺍ ﻓﺎﺿﻞ ﺑﻴﻦ ﺃﻭﻻﺩﻩ"ﻳﺘﻨﺎﻭﻝ ﻛﻞ ﻭﺍﻟﺪ ﺛﻢﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺳﻴﺎﻗﻪ" :ﺃﻣﺮ ﺑﺮﺩﻩ"ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻷﻡ ﻭﻫﺬﺍﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻷﻧﻬﺎ ﺩﺍﺧﻠﺔ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ" :ﺇﻻ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻓﻴﻤﺎ ﻳﻌﻄﻲ ﻭﻟﺪﻩ"ﻭﻷﻧﻬﺎ ﻟﻤﺎ ﺩﺧﻠﺖ ﻓﻲ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ـﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ـ:ﺳﻮﻭﺍ ﺑﻴﻦ ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ(ﻳﻨﺒﻐﻲﺃﻥ ﻳﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺴﻮﻳﺔ ﻭﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﻓﻲ ﺍﻟﻬﺒﺔ ﻃﺮﻳﻖ ﻓﻲﺍﻟﺘﺴﻮﻳﺔ,ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺗﻌﻴﻦ ﻃﺮﻳﻘﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻤﻜﻦ ﺇﻋﻄﺎﺀﺍﻵﺧﺮ ﻣﺜﻞ ﻋﻄﻴﺔ ﺍﻷﻭﻝ ﻭﻷﻧﻬﺎ ﻟﻤﺎ ﺩﺧﻠﺖ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﺸﻴﺮ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﺗﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊﻣﺪﻟﻮﻟﻪ ﻟﻘﻮﻟﻪ" :ﻓﺎﺭﺩﺩﻩ"ﻭﻗﻮﻟﻪ" :ﻓﺄﺭﺟﻌﻪ"ﻭﻷﻧﻬﺎﻟﻤﺎ ﺳﺎﻭﺕ ﺍﻷﺏ ﻓﻲ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺗﻔﻀﻴﻞ ﺑﻌﺾ ﻭﻟﺪﻫﺎﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﺗﺴﺎﻭﻳﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﻓﻴﻤﺎ ﻓﻀﻠﻪﺑﻪ,ﺗﺨﻠﻴﺼﺎ ﻟﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻹﺛﻢ ﻭﺇﺯﺍﻟﺔ ﻟﻠﺘﻔﻀﻴﻞ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡﻛﺎﻷﺏ ﻭﺍﻟﻤﻨﺼﻮﺹ ﻋﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻟﻬﺎ ﺍﻟﺮﺟﻮﻉ.
Pandangan Ulama Asy-syafi'iyyah berkaitan hal di atas Referensi Bughiyatul Musytarsyidin Hal 177 :
(مسألة: ب): لا تجب التسوية في عطية الأولاد، سواء كانت هبة أو صدقة أو هدية أو وقفاً أو تبرعاً آخر، نعم يسن العدل كما يسن في عطية الأصول، بل يكره التفضيل، وقال جمع: يحرم سواء الذكر وغيره ولو في الأحفاد مع وجود الأولاد إلا لتفاوت حاجة أو فضل فلا كراهة، فإن كان ذلك وصية فلا بد من إجازة بقيتهم
Tidak wajib menyama-ratakan pemberian kepada anak baik pemberian itu berupa hibah, shodaqoh, hadiah, wakoq, atau sifatnya tabarru', namun disunahkan berlaku adil seperti disunahkan dalam memberi kepada ushuul (bapak, kekek dst / ibu, nenek dst) . Bahkan makruh hukumnya membedakan pemberian di antara anak. Segolongan ulama berkata : Haram membedakan pemberian,baik kepada laki-laki atau perempuan walaupun kepada cucu-cucu kecuali ada perbedaan kebutuhan diantara mereka,atau perbedaan dalam keutamaan,maka tidak makruh.Jika pemberian itu melalui akad washiyat,maka harus menunggu persetujuan ahli waris yang lain (jika lebih besar dari 1/3 harta).
- Bughiyatul Mustarsyidin, Hal 178 :
[فائدة]: شروط رجوع الوالد في هبته لولده وإن سفل أن لا يتعلق به حق لازم، وأن لا يكون الفرع قناً فإنه يكون لسيده، وأن يكون الموهوب عيناً لا ديناً، وأن لا يزول ملك الفرع وإن عاد إليه اهـ ش ق. وخرج بالهبة النذر فلا رجوع فيه على المعتمد.
(Faidatun) Syarat diperbolehkannya mengambil kembali atau membatalkan pemberian seorang bapak kepada anaknya jika :
- tidak berkaitan dengan hak lazim/tetap
- anak (yang menerima pemberian) bukan seorang hamba sahaya, karena harta hamba sahaya adalah milik sayidnya.
- pemberian itu berupa 'Ain (seperti lahan atau tempat dll) bukan berupa hutang.
- pemberian itu belum pernah lepas dari tangan si anak, walaupun sempat lepas namun kembali lagi (si anak menerima pemberian dari bapak, kemudian pemberian itu digadaikan contohnya, kemudian dilunasi sehingga pemberian itu kembali ke tangan si anak). Dan berbeda Jika pemberian itu adalah hasil dari Nadzar, maka menurut kaol mu'tamad tidak boleh dibatalkan ? diambil kembali.
Melihat keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jawaban dari pertanyaan kedua : tidak disyaratkan bagi bapak atas izin si anak ketika membatalkan atau mengambil kembali pemberiannya.
Wallahu A'lam.
Hibbah tidak bisa diminta lagi, kecuali hibbah dari orang tua pada anaknya.
(وإذا قبضها الموهوب له لم يكن للواهب أ ن يرجع فيها إلا أن يكون والداً) وإن علا
- Roudhotut Tholibin :
روضة الطالبين أبو زكريا يحيى بن شرف النووي
الموهوب ، إما أن لا يكون باقيا في سلطنة المتهب ، وإما أن يكون . القسم الأول : أن لا يكون بأن أتلف ، أو زال ملكه عنه ببيع ، أو غيره ، أو وقفه ، أو أعتقه ، أو كاتبه ، أو استولدها ، أو وهبه وأقبضه ، أو رهنه وأقبضه ، فلا رجوع له ، ولا قيمة أيضا
Barang yang diberikan itu ada kalanya tidak langgeng di tangan orang yang diberi dan ada kalanya masih tetap ada, bagian petama, yang tidak langgeng misalnya menjadi rusak atau hilang kepemilikan sebab dijual atau yang lainnya sebab diwakafkan, sebab dimerdekakan, sebab di-akadi mukatab, sebab diberikan lagi atau sebab digadaikan maka tidak boleh diminta kembali dan juga tidak ada ganti rugi.
.حدثنا حامد بن عمر حدثنا أبو عوانة عن حصين عن عامر قال سمعت النعمان بن بشير رضي الله عنهما وهو على المنبر يقول: أعطاني أبي عطية فقالت عمرة بنت رواحة لا أرضى حتى تشهد رسول الله صلى الله عليه و سلم فأتى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال إني أعطيت ابني من عمرة بنت رواحة عطية فأمرتني أن أشهدك يا رسول الله قال ( أعطيت سائر ولدك مثل هذا ) . قال لا قال ( فاتقوا الله واعدلوا بين أولادكم ) . قال فرجع فرد عطيته
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Hamid bin 'Umar telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Hushain dari 'Amir berkata; aku mendengar An Nu'man bin Basyir radliallahu 'anhuma berkhutbah diatas mimbar, katanya: Bapakku memberiku sebuah hadiah (pemberian tanpa imbalan).
Maka 'Amrah binti Rawahah berkata; Aku tidak rela sampai kamu mempersaksikannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka bapakku menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata:
Aku memberi anakku sebuah hadiah yang berasal dari 'Amrah binti Rawahah, namun dia memerintahkan aku agar aku mempersaksikannya kepada anda, wahai Rasulullah.
Beliau bertanya :
Apakah semua anakmu kamu beri hadiah seperti ini ?.
Dia menjawab :
Tidak. Beliau bersabda :
Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah diantara anak-anak kalian. An-Nu'man berkata:
Maka dia kembali dan Beliau menolak pemberian bapakku. (HR. Bukhori No. 2447 Juz 2 Halaman 914)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السُّوءِ الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ
Artinya : telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbi menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, Ayyub menceritakan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Kami tidak memiliki contoh yang buruk; Orang yang mengambil kembali pemberiannya seperti anjing yang menjilat muntahnya sendiri". (HR. Tirmidzi No. 1298)
قال وفي الباب عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده صحيح
Artinya : Ia (Tirmidzi) berkata, "Pada bab ini ada riwayat lain dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak halal bagi seseorang memberi suatu pemberian lalu ia mengambilnya kembali, kecuali orangtua, dia boleh mengambil kembali apayang telah diberikan kepada anaknya".
(Lihat Kitab Sunan Tirmidzi Juz 3 Halaman 592).
قال أبو عيسى حديث ابن عباس رضي الله عنهما حديث حسن صحيح والعلم على هذا الحديث عند بعض أهل العلم من بعض أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وغيرهم قالوا من وهب هبة لذي رحم محرم فليس له أن يرجع فيها ومن وهب هبة لغير ذي رحم محرم فله أن يرجع فيها ما لم يثب منها وهو قول الثوري وقال الشافعي لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده واحتج الشافعي بحديث عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه و سلم قال لا يحل لأحد أن يعطي عطية فيرجع فيها إلا الوالد فيما يعطي ولده صحيح
Artinya : Abu Isa (Tirmidzi) berkata, "Hadits Ibnu Abbas ini adalah hasan shahih".
Para ulama dari sahabat nabi dan yang lainnya mengamalkan hadits ini: mereka berkata, "Orang yang memberi suatu pemberian kepada mahramnya (keluarga yang haram menikah dengannya), boleh mengambil kembali pemberian tersebut, sementara orang yang memberi suatu pemberian kepada orang lain yang bukan mahramnya, maka ia tidak boleh mengambil kembali pemberian tersebut. Demikian pula pendapat Ats-Tsauri.
Asy-Syafi'i berkata, "Tidak halal bagi seseorang yang memberi suatu pemberian.
lalu mengambilnya kembali. kecuali orangtua, dia boleh mengambil apa yang telah diberikan kepada anaknya."
Asy-Syaffi berdalih dengan hadits Abdullah bin Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak halal bagi seseorang memberikan snatu pemberian lalu mengambilnya kembali, kecuali orangtua.
ia boleh mengambil kembali apayang telah diberikan kepada anaknya.
(Lihat Kitab Sunan Tirmidzi Juz 3 Halaman 593).
Wallohu a'lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar