Para ulama mengatakan sebuah norma penting:
العمل المتعدى افضل من العمل القاصر
"Perbuatan/akitifitas yang membawa efek kebaikan yang meluas, lebih utama darpada perbuatan/aktifitas yang hanya untuk diri sendiri".
Ibadah mana yang prioritas?
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lain). Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280. Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Jami’ no. 176)
Dari hadis tersebut, ibadah yang membawa manfaat bagi orang lain lebih didahulukan (lebih utama) daripada ibadah iktikaf yang hanya bermanfaat bagi diri sendiri. Hal ini selama kedua amalan tersebut sama-sama ibadah sunah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam dalam banyak hadis juga memberitahukan kepada kita mengenai siapa sebaik-baik manusia dan selalu menggandengkannya dengan kebermanfaatannya bagi orang lain.
Pertama, perihal utang
خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar utang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Ketiga, menjadi suami yang paling baik terhadap keluarganya
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى.
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no. 285)
Kempat, yang paling baik akhlaknya dan menuntut ilmu
خَيْرُكُمْ إِسْلاَماً أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقاً إِذَا فَقِهُوا
“Sebaik-baik Islamnya kalian adalah yang paling baik akhlak jika mereka menuntut ilmu.” (HR. Ahmad dan disahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 3312)
Kelima, yang memberikan makanan
خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ
“Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” (HR Ahmad dan dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 3318)
Keenam, yang paling bermanfaat bagi manusia
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, lihat Shahihul Jami’ no. 3289).
Umat terbaik: umat yang paling memberi manfaat
Umat Islam disebut oleh Allah Ta’ala sebagai umat yang terbaik karena adanya ibadah amar makruf nahi munkar (saling mengajak kepada kebaikan dan melarang dari perbuatan keburukan).
Allah Ta’ala berfirman,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali Imran: 110)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله
: « وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ » رَوَاهُ مُسْلِمُ.
"Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim).
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ الْحِمَّانِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ سِمَاكٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمِيرَةَ، عَنْ زَوْجِ دُرَّةَ، ابْنَةِ أَبِي لَهَبٍ، عَنْ دُرَّةَ بِنْتِ أَبِي لَهَبٍ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ قَالَ: «أَتْقَاهُمْ لِلرَّبِّ، وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ، وَآمَرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ، وَأَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ»
عن كَعْب بن مالك رضي الله عنه قال: قلتُ: يا رسولَ الله، إن مِن تَوبتي أن أَنْخَلِعَ مِنْ مالي؛ صدقةً إلى الله وإلى رسولِه، فقال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم : "أمسِكْ عليك بعضَ مالِكَ؛ فهو خيرٌ لكَ".
[صحيح] - [متفق عليه]
Dari Ka'ab bin Mālik -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Aku berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya sebagai bentuk taubatku, aku akan mengeluarkan seluruh hartaku sebagai sedekah kepada Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Simpanlah sebagian hartamu karena itu lebih baik bagimu."
[Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]
Uraian :
Ka'ab bin Mālik al-Anṣāri -raḍiyallāhu 'anhu-, satu dari tiga orang yang tidak ikut perang Tabuk tanpa ada kemunafikan dan alasan. Tatkala Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- kembali dari perang tersebut, beliau pun mengucilkan mereka dan menyuruh para sahabat untuk isolasi mereka.
Mereka terus-menerus tidak diajak bicara sampai turun penerimaan taubat mereka sehingga Rasul dan para sahabat pun rida.
Karena sangat gembira dengan keridaan Allah dan penerimaan taubat, Ka'ab pun hendak menyedekahkan seluruh hartanya karena Allah -Ta'āla-.
Lantas Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menunjukannya kepada hal lain agar dia menyimpan sebagian hartanya.
Sebab, ketika Allah -Ta'āla- mengetahui niatnya yang benar dan taubatnya yang baik, Dia pun mengampuni dosanya dan memaafkannya meskipun dia tidak bersedekah.
Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kesanggupannya.
Akhirnya ia menginfakkan sebagian hartanya karena senang dengan keridaan Allah -Ta'āla- dan supaya mendapatkan pahala sedekahnya di sisi-Nya, dan dia menyisakan sebagian harta tersebut untuk digunakan bagi kepentingannya, dan nafkahnya yang wajib berupa biaya dirinya sendiri dan biaya orang yang menjadi tanggungannya.
Allah Maha Belas kasihan kepada hamba-hamba-Nya.
Skripsi ini berjudul Semangat Menabung Dalam Al-Qur’ân. Kejadian di masa depan merupakan hal yang tidak dapat diketahui manusia, sehingga untuk masa depan kita membutuhkan persiapan.
Menabung merupakan hal yang sangat tak asing lagi dalam masyarakat.
Walaupun memiliki banyak manfaat, nyatanya menabung masih menjadi hal yang cukup sulit untuk dilakukan bagi sebagian orang.
Hasil penelitian :
Ayat-ayat tentang menabung terdapat pada surat an-Nisa ayat 9,
{ وَلۡیَخۡشَ ٱلَّذِینَ لَوۡ تَرَكُوا۟ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّیَّةࣰ ضِعَـٰفًا خَافُوا۟ عَلَیۡهِمۡ فَلۡیَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلۡیَقُولُوا۟ قَوۡلࣰا سَدِیدًا }
[سُورَةُ النِّسَاءِ: ٩]
Allah memerintahkan apabila kita khawatir terhadap keluarga kita yang lemah ekonominya dan kesejahteraannya di masa yang akan dating maka tinggalkanlah Sebagian harta untuk mereka.
Surat al-Isra’ ayat 26 dan 27, kita dilarang untuk bersikap boros karena perbuatan boros merupakan salah satu bentuk perbuatan yang menyerupai syetan.
{ وَءَاتِ ذَا ٱلۡقُرۡبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلۡمِسۡكِینَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِیلِ وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِیرًا (٢٦) إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِینَ كَانُوۤا۟ إِخۡوَ ٰنَ ٱلشَّیَـٰطِینِۖ وَكَانَ ٱلشَّیۡطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورࣰا (٢٧) }
[سُورَةُ الإِسۡرَاءِ: ٢٦-٢٧]
Serta surat al-Isra’ ayat 29, setelah Allah melarang kita untuk berbuat boros, selanjutnya Allah memerintahkan kita untuk tidak berat tangan dalam kebaikan, namun juga jangan terlalu ringan hingga kita lupa terhadap kebutuhan kita juga.
{ وَلَا تَجۡعَلۡ یَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُومࣰا مَّحۡسُورًا }
[سُورَةُ الإِسۡرَاءِ: ٢٩]
Untuk menumbuhkan semangat dalam menabung, terdapat beberapa ayat Al-Qur’ân yang dapat menjadi semangat dalam menabung.
Yang pertama al-Kahfi ayat 82,
{ وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا }
[سُورَةُ الكَهۡفِ: ٨٢]
Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang salih. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.”
Yang kedua al-Asr’ ayat 1-3,
Yang ketiga Ali-Imran ayat 14
{ زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَ ٰتِ مِنَ ٱلنِّسَاۤءِ وَٱلۡبَنِینَ وَٱلۡقَنَـٰطِیرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَیۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَ ٰلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ }
[سُورَةُ آلِ عِمۡرَانَ: ١٤]
Dan yang terakhir Yusuf ayat 43-49.
{ قَالَ تَزۡرَعُونَ سَبۡعَ سِنِینَ دَأَبࣰا فَمَا حَصَدتُّمۡ فَذَرُوهُ فِی سُنۢبُلِهِۦۤ إِلَّا قَلِیلࣰا مِّمَّا تَأۡكُلُونَ (٤٧) ثُمَّ یَأۡتِی مِنۢ بَعۡدِ ذَ ٰلِكَ سَبۡعࣱ شِدَادࣱ یَأۡكُلۡنَ مَا قَدَّمۡتُمۡ لَهُنَّ إِلَّا قَلِیلࣰا مِّمَّا تُحۡصِنُونَ (٤٨) }
[سُورَةُ يُوسُفَ: ٤٧-٤٨]
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik (maudhu’i). Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan bacaan yang dapat merubah pandagan kita terhadap menimbun harta dan menabung, dan juga menjadikan kita tau tentang betapa bahayanya dan dampaknya akibat menimbun harta. Serta menjadikan kita lebih teliti dalam mengurus masalah keuangan kita agar tidak menjadi seorang yang pemboros dan lebih memperhatikan masa depan kita terutama untuk akhirat kelak. Keywords: Menabung, semangat, persiapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar