Setiap makhluk yang hidup akan mati, demikian pula kita manusia, makhluk Allah yang paling sempurna ini. Namun kapan kematian itu datang menjemput, itu merupakan rahasia Allah swt.
Manusia mengalami fase lahir, tumbuh, sehat dan kuat, lalu kemudian melemah dan mati. Disebutkan dalam firman Allah tentang proses kehidupan manusia ini dalam surat At-Tin:
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ.
Artinya: Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (QS. At-Tin[95]: 4-5).
Kondisi serendah-rendahnya mengandung pengertian bahwa manusia akan mengalami tidak terlemah, yaitu menderita sakit. Saat sakit tersebut, terdapat dua kemungkinan, sembuh atau meninggal dunia.
Pada saat manusia sudah pada posisi seperti ini, sudah seharusnya mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar menemui akhir hayat dalam keadaan yang terbaik husnul khatimah.
Dilansir dari NU Online, untuk meraih predikat ini, Rasulullah mencontohkan berbagai doa dan amalan dalam sakit yang menyebabkan wafat beliau. Diriwayatkan dalam kitab at-Turmudzi dan Sunan Ibn Majjah, dari Sayyidah ‘Aisyah radliallahu ‘anha, ia berkata, ”Saya melihat Rasulullah dalam sakitnya (menjelang kematian) mengambil wadah berisi air kemudian memasukkan tangan ke dalamnya, dan mengusapkan ke wajah seraya berdoa:
اللهم أَعِنِّيْ عَلَى غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَسَكَرَاتِ الْمَوْتِ.
Artinya: Ya Allah tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut. Dalam hadits yang lain, sayyidah ‘Aisyah menceritakan, “(dalam sandaranku) saya mendengar Rasulullah membaca doa”:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى .
Artinya: Ya Allah, ampuni, rahmati, dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.
Syekh Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyatakan, menambahkan, terdapat berbagai kebaikan yang bisa dilakukan seseorang menjelang ajalnya, yaitu:
Pertama, sunnah bagi orang yang sakit menjelang kematian memperbanyak syukur kepada Allah, baik dengan hati maupun lisannya. Meyakini bahwa waktu tersebut adalah akhir kehidupan di dunia, bersungguh-sungguh mempersiapkan diri di akhir kehidupannya dengan melakukan hal terbaik, menyegerakan pembebasan hak-hak adami (muamalah), seperti dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan tetangga.
Kedua, berwasiat kepada yang akan ditinggal terkait urusan anak-anaknya dan utang piutang. Ia juga harus berbaik sangka husnuzdzhan kepada Allah atas rahmat kepadanya, rendah diri di hadapan Allah, dan berharap ampunan, kebaikan, serta kenikmatan hanya kepada Allah.
Ketiga, disunnahkan memperbanyak membaca atau mendengarkan bacaan al-Qur’an, hadits, kisah orang-orang saleh ketika meninggal dunia, menambah kebaikan setiap waktu, menjaga shalat, menjauhi najis, dan konsisten mengamalkan amalan agama lainnya.
Keempat, berwasiat kepada keluarga agar sabar dengan penyakit yang diderita, sabar terhadap musibah, dan menjauhi tangisan yang dilarang agama, yakni meratap, merobek kantong, memukul pipi, dan sebagainya.
ولا بأس بالبكاء على الميت من غير نوح ولا شق جيب ولا ضرب خد.
Artinya: Tidak mengapa menangisi jenazah tanpa meratap, merobek kantong, dan memukul pipi. (Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 137-138).
Kelima, jika sudah mendekati ajal, disunnahkan memperbanyak bacaan tahlil, laa ilaaha illallah.
Merujuk hadits nabi dalam Sunan Abi Dawud dan lainnya:
من كان أخر كلامه لااله الا الله دخل الجنة.
Artinya: Barangsiapa akhir perkataannya laa ilaaha illallah, maka ia akan masuk surga.
Merujuk hadits-hadits lain riwayat Muslim, Sunan Abi Dawud dan lainnya:
لقنوا موتاكم لااله الا الله
Artinya: Ajarilah orang-orang yang menghadapi kematian agar melafalkan laa ilaaha illallah.
Demikian lima cara agar kita dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut. Semoga kita bisa mengakhiri hidup ini dengan akhir yang baik (husnul khatimah), menjadi orang yang beruntung tidak hanya di dunia namun juga akhirat."
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar