Rosulullah Kaya atau Miskin
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Wa ba’du:
Kalau melihat kepada sejumlah nash baik dari Alquran maupun Sunnah, maka Nabi saw tidak bisa dikatakan miskin dalam pengertian tidak memiliki harta dan hidup dalam kondisi kekurangan.
Al quran misalnya menegaskan, “Dia mendapatimu dalam kondisi miskin, maka Dia memberikan kecukupan.” (QS adh-Dhuha: 8). Beliau juga banyak berdoa, “Ya Allah kepada-Mu aku memohon petunjuk, ketaqwaan, kehormataan, dan kecukupan.” (HR Muslim). Serta beliau sendiri di saat wafat meninggalkan sejumlah kebun dan harta di Medinah dan di Fadak.
Beliau mendapatkan harta dan kekayaan dari banyak jalur. Di antaranya:
– Dari hasil bisnis dan dagangnya di waktu muda.
– Dari warisan orang tua dan keluarganya.
– Dari warisan Khadijah ra yang merupakan pengusaha besar.
– Dari harta fai (rampasan yang didapat tanpa perang)
– Dari Ghanimah perang
– Dari hadiah sejumlah penguasa sekitar dst.
Hanya saja Rasul saw tidak mau hidup mewah dan menumpuk-numpuk harta. Rasul saw hidup dalam kondisi yang sangat sederhana. Inilah yang dimaksud oleh doa beliau, “Ya Allah hidupkan aku dalam kondisi miskin, matikan dalam kondisi miskin, dan kumpulkan bersama orang-orang miskin.”
Dalam kitab an-Nihayah fi Gharib al-Atsar disebutkan bahwa maksud dari miskin disitu adalah tawaduk, dan tidak sombong. Kekayaan yang beliau dapatkan beliau berikan kepada kaum muslimin yang membutuhkan. Beliau dikenal sebagai orang yang dermawan dan pemurah.
Jadi, Rasul saw adalah orang yang kaya yang tawaduk dan hidup bersahaja.
Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar