Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Kamis, 27 Juni 2019

HIKMAH NIKAH

HIKMAH NIKAH

Banyak orang rela berkorban apapun demi sang kekasih. Hingga mati, Romeo dan Yuliet pun mengejar cinta mereka. Banyak yang merasa kehilangan saat pasangannya tiada. Bj.Habibi merasa separuh jiwanya hilang setelah Ainun Habibi mendahuluinya.

Memang, secara fitrah manusia memiliki gharizah annawu'u, yaitu naluri kecendrungan terhadap lawan jenisnya untuk meraih ketentraman, cinta dan kasih sayang.

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar Rum [30]:21)

Hanya saja dalam Islam hubungan lawan jenis tersebut wajib diikat dengan pernikahan.

فَا نْكِحُوْا مَا طَا بَ لَـكُمْ مِّنَ النِّسَآءِ 

" Maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi..."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 3)

Pembiaran hubungan dengan bebas apapun namanya- freesex, samen leaven, wil, pil, pelakor, pebinor, selingkuhan dll, masuk kedalam kejahatan yang diberi sanksi keras.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً  ۗ  وَسَآءَ سَبِيْلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)

Para ulama banyak membahas tentang hikmah nikah. Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqhus Sunnah jild 2 hal 12 menjelaskan panjang lebar. Secara ringkas  beberapa hikmah nikah tersebut antara lain;

Pertama. Faidzah ruhiyyah (meningkatkan spiritual)
 
Menikah adalah sunah Rasululillah, tuntunan syariah. Dengan menikah seseorang memiliki nilai tambah spiritual. Karena nikah bagian dari ibadah. Dengan menikah seorang akan mendapat lipatan pahala. Karena dalam nikah itu ada amanah, ada tanggung jawab.
Ketika seseorang menafkahi dirinya dan anak istrinya maka dia meraih pahala sadaqah.

وَمَهْمَا أَنْفَقْتَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ حَتَّى الْلُقْمَةَ فِي فِيامْرَأَتِك

“Apa pun yang engkau nafkahkan maka itu teranggap sebagai sedekah bagimu sekalipun suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu.” (HR. al-Bukhari)

Dahulu sebagaian sahabat ada yg beranggapan bahwa menikah akan memalingkan dari taqrub kepada Allah. Sehingga diantara mereka ada yang berniat untuk lajang selamanya. Mungkin pemikiran Romawi saat itu masih berpengaruh diaman wanita dianggap racun dunia. Maka Nabi Saw membantahnya,

وَاللهِ إِنِّي َلأَخْشَاكُم ْ ِللهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّي أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku ber-buka, aku shalat dan aku pun tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai Sunnahku, ia tidak termasuk golonganku.”(HR.Bukhari Muslim)

Rasulullah Saw, menilai pernikahan sabegai setengah dari penyempurnaan agama, sebab sebagaian dosa terdorong oleh syahwat.

إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)

Kedua. Faidzah nafsiyah (Menstabilkan psikologis)

Tidak terpenuhinya naluri berefek pada ketidak stabilan jiwa. Saat gejolak syahwat meningkat diusia dewasa mulailah merasakan kegelisahan. Sementara disekelilingnya-terlebih di kota yang menganut kebebasan berekspresi, banyak daya tarik yang merangsang syahwat. Dengan menikah, secara psikologis akan mendapati ketenangan.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ منكُم الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Artinya: “Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu menanggung beban, hendaklah segera menikah. Karena pernikahan dapat menundukan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu” (HR. Muttafaq ’alayhi)

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.” (HR. Tirmidzi)

Dari sinilah Al Qur'an mentamsilkan suami istri sebagai pakain masing-masing. Karena pakaian dapat menghangatkan tubuh, menutupi kekurangan, memperindah tampilan.

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

Artinya: Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.(QS. Al-baqarah [2]: 187

Tiga. Faidah iqtshadiyah (Menggerakan Ekonomi)

Kebanyakan pemuda pemudi menunda pernikahan karena merasa belum kaya. Padahal menikah adalah jalan menuju kaya. Hampir kebanyakan orang memiliki kekayaan saat ini justru setelah mereka menikah.

Maha benar Firman Allah Swt.

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).

Perlu digaris bawahi kalimat motivasi dari ayat diatas "Jika kamu sebelum nikah kondisi miskin ( merasa kurang) maka setelah nikah Allah akan beri kekayaan (kecukupan) "

Hingga Ibn Mas’ud berkata:

اِلْتَمِسُوْا الْغِنٰى فِي النّكَاحِ

“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah”

Dengan menikah seorang akan termotivasi bergerak lebih kencang lagi mencari dan membuka peluang ekonomi. Dari sinilah ekonomi berkembang. Karena pergerakan ekonomi tergantung daya dorong individu untuk menutupi kebutuhannya.

Kempat. Faidzah ijtimaiyyah (Membangun kehidupan sosial)

Pernikahan melahirkan kekerabatan, pertanggung jawaban dan kelangsungan generasi. Wujudnya sebuah bangsa karena wujudnya masyarakat, wujudnya masyarakat karena wujudnya keluarga. Karena itu keluarga menjadi pilar pokok masyarakat dan negara.

Allah SWT berfirman:

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Pernikahan akan melahirkan keluarga, masyarakat dan bangsa. Diakui bahwa diantara sumber kemajuan negara adalah besarnya jumlah penduduk. Negara maju rata-rata jumlah penduduknya besar. Negara Cina, Amerika, India, Rusia umumnya menguasai ekonomi, teknologi dan politik.

Disaat Bangsa -barat Barat menganut kebebasan, diantaranya kebebasan sek, tidak mau diikat dengan pernikahan, maka lahirlah berbagai masalah sosial. Mulai masalah single parent dimana seorang wanita mengurus anak tanpa ayah, tidak mau menikah dan tidak mau hamil, penyakit HIV/AIDS yang mengancam kehidupan dan memutus generasi. Maka wajar di Negara Eropa program Family planig (KB)  tidak berlaku. Justru mereka yang menikah dan beranak banyak mendapat tempat dan penghargaan. Sebab Islam cepat berkembang di Negara Eropa, salah satunya karena banyak imigran muslim yang bernaturalisasi melalui pernikahan dan memiliki keturunan banyak.

Islam menganjurkan nikah dengan tujuan untuk melangsungkan keturunan manusia (hifdhun nasl).

تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ اْلأَنْبِيَاءَ يَومَ الْقِيَامَةِ

“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad)

Islam mendorong lahirnya generasi sebagai khalifah fil ard. Generasi sehat dan berpotensi membangun peradaban manusia yang rahmatan lil alamin.

Ibadah 500 tahun

HADITS KISAH AHLI IBADAH YANG 500 TAHUN BERIBADAH DAN MATI SAAT SUJUD

Kisah bersumber dari kitab
al mustadrok alas shohihain imam al hakim (5/356) berikut :

حكاية عابد عبد الله خمسمائة سنة فتوفي ساجدا .

7712 - أخبرني أحمد بن محمد بن سلمة العنزي ، ثنا عثمان بن سعيد الدارمي ، ثنا عبد الله بن صالح المقري ، ثنا سليمان بن هرم القرشي ، وحدثناعلي بن حمشاذ العدل ، ثنا عبيد بن شريك ، ثنا يحيى بن بكير ، ثنا الليث بن سعد ، عن سليمان بن هرم ، عن محمد بن المنكدر ، عن جابر بن عبد الله- رضي الله عنهما - قال : خرج علينا النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - ، فقال : " خرج من عندي خليلي جبريل آنفا فقال : يا محمد ، والذي بعثك بالحق إن لله عبدا من عبيده ، عبد الله - تعالى - خمسمائة سنة على رأس جبل في البحر عرضه وطوله ثلاثون ذراعا في ثلاثين ذراعا ، والبحر محيط به أربعة آلاف فرسخ من كل ناحية ، وأخرج الله - تعالى - له عينا عذبة بعرض الأصبع تبض بماء عذب فتستنقع في أسفل الجبل ، وشجرة رمان تخرج له كل ليلة رمانة فتغذيه يومه ، فإذا أمسى نزل فأصاب من الوضوء وأخذ تلك الرمانة فأكلها ثم قام لصلاته ، فسأل ربه - عز وجل - عند وقت الأجل أن يقبضه ساجدا ، وأن لا يجعل للأرض ولا لشيء يفسده عليه سبيلا حتى بعثه وهو ساجد قال : ففعل فنحن نمر عليه إذا هبطنا وإذا عرجنا ، فنجد له في العلم أنه يبعث يوم القيامة فيوقف بين يدي الله - عز وجل - فيقول له الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : رب بل بعملي ، فيقول الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : يا رب ، بل بعملي ، فيقول الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : رب بل بعملي ، فيقول الله - عز وجل - للملائكة : قايسوا عبدي بنعمتي عليه وبعمله فتوجد نعمة البصر قد أحاطت بعبادة خمس مائة سنة وبقيت نعمة الجسد فضلا عليه فيقول : أدخلوا عبدي النار قال : فيجر إلى النار فينادي : رب برحمتك أدخلني الجنة ، فيقول : ردوه فيوقف بين يديه فيقول : يا عبدي ، من خلقك ولم تك شيئا ؟ فيقول : أنت يا رب ، فيقول : كان ذلك من قبلك أو برحمتي ؟ فيقول : بل برحمتك . فيقول : من قواك لعبادة خمس مائة عام ؟ فيقول : أنت يا رب ، فيقول : من أنزلك في جبل وسط اللجة وأخرج لك الماء العذب من الماء المالح وأخرج لك كل ليلة رمانة وإنما تخرج مرة في السنة ، وسألتني أن أقبضك ساجدا ففعلت ذلك بك ؟ فيقول : أنت يا رب ، فقال الله - عز وجل - : فذلك برحمتي وبرحمتي أدخلك الجنة ، أدخلوا عبدي الجنة فنعم العبد كنت يا عبدي ، فيدخله الله الجنة ، قال جبريل - عليه السلام - : إنما الأشياء برحمة الله - تعالى - يا محمد " .

هذا حديث صحيح الإسناد ، فإن سليمان بن هرم العابد من زهاد أهل الشام ، والليث بن سعد لا يروي عن المجهولين .

Kisah Abid beribadah kepada Allah 500 tahun kemudian meninggal dalam keadaan sujud.

Dari Jabir ra mengisahkan, Rosulullah shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami dan bercerita,”Tadi Jibril baru saja keluar dari tempatku. Ia berkata,”Wahai Muhammad, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba yang telah menyembah kepada Allah selama 500 tahun. Ia tinggal di atas sebuah bukit yang panjang dan lebarnya 30 x 30 hasta. Bukit itu dikelilingi lautan seluas 4.000 farsakh (±32.000 km ) dari segala penjuru (1 farsakh = 8 km atau 3¼ mil).Bukit itu memiliki satu mata air sebesar ibu jari yang memancarkan air bening untuknya.Si abid menetap di bawah bukit itu. Untuk keperluan makan, sebatang pohon delima setiap malam memberinya satu buah yang matang. Hari-harinya ia habiskan untuk beribadah. Bila sore menjelang, ia turun dari atas bukit dan melakukan wudhu. Kemudian ia mengambil buah delima itu dan memakannya, lalu ia melaksankan shalat.

Sebelum meninggal, ia memohon kepada Allah swt agar mencabut nyawanya saat sedang bersujud dan agar jangan memberi kesempatan kepada bumi atau benda-benda lainnya merusak jasadnya, sampai ia dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti dan tetap dalam keadaan bersujud. Jibril berkata,”Maka Allah mengabulkan permintaannya”.Kami selalu melewatinya bila kami turun ke bumi dan bila kami naik kembali ke langit. Kami mendapatkan kabar dalam ilmu (Tuhan) bahwa ia akan dibangkitkan pada hari kiamat, kemudian didudukkan dihadapan Allah swt, dan Allah swt berfirman,”Masukkanlah hamba-Ku ini ke surga atas berkat rahmat-Ku.” Si Abid berkata,”Tapi ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.” Allah berfirman,”masukkanlah hamba-Ku ke surga atas berkat rahmat-Ku.”si Abid berkeras,“ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.” Allah berfirman,”masukkanlah hamba-Ku ke surga atas berkat rahmat-Ku.”si Abid berkeras,“ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.Allah swt lalu menjelaskan,”Timbanglah pada hamba-Ku ini antara nikmat yang telah Ku berikan dengan amal perbuatannya.” Maka didapati bahwa nikmat penglihatan telah meliputi ibadah selama 500 tahun itu, belum lagi nikmat-nikmat badan yang lainnya.

Allah berfirman,”Kembalikan dia kepada-Ku!”. Maka ia dudukkan kembali dihadapan Allah. Allah menanyainya,”Wahai hamba-Ku, siapakah yang telah menciptakan kamu dari tidak ada?”si Abid menjawab, “Engkau wahai tuanku”.”Siapa yang telah memberikan kekuatan untuk melaksanakan ibadah selama 500 tahun?”si Abid menjawab,”Engkau wahai tuhanku”.”Siapa Dzat yang telah menempatkanmu di sebuah bukit yang terletak di tengah-tengah deburan ombak samudra, mengeluarkan mata air tawar dari air yang asin, mengeluarkan buah delima setiap malamnya padahal delima hanya berbuah sekali dalam setahun, dan engkau telah meminta-Nya agar mecabut nyawamu saat engkau sedang bersujud dan Dia mengabulkan permintaan mu?” si Abid menjawab,”Engkau wahai Rabbi.” Allah ta'ala berfirman,”Semua itu atas berkat rahmat-Ku dan dengan rahmat-Ku pula engkau masuk surga. Masukkanlah hamba-Ku ini ke surga! Sebaik-baik hamba adalah engkau wahai hamba-Ku.”Maka Allah memasukkannya ke surga. Malaikat Jibrail alaihis salaam berkata:”Segala sesuatu itu terjadi hanya dengan rahmat Allah, wahai Muhammad. " (HR. al-Hakim dan ia berkata hadis ini sahih sanadnya).
Wallhu a'lam.

Sabtu, 22 Juni 2019

Kisah Syukur

Diriwayatkan bahwa seseorang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang ‘alim. Maka orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Dia menjawab: “Tidak”. Orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu (Allah Azza wa Jalla) sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu?” (Mukhtashar Minhajul Qashidin)

Ayah Nabi Ibrohim

AYAH NABI IBRAHIM AS
Pengkafiran Terhadap Ayah Nabi Ibrahim, Inilah Penjelasannya

Banyak kisah-kisah dalam kitab kitab Islam mengkabarkan kedudukan ayah Nabi Ibrahim sebagai Penyembah Berhala.

Persoalannya benarkah kisah tersebut?

Apakah benar bapak Nabi Ibrahim bernama  Azar?

"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapak , tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu (agar ia tertarik kepada keimanan). Akan tetapi tatkala telah jelas bagi Ibrahim, bahwabapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun."
(Qs. Al-Taubah [9]: 114)

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya  Azar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat bahwa kamu dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata."
(Qs. Al-An'am [6]: 74)

"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya  dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah."
(Qs. Al-Zukhruf [43]: 26)

"Kecuali perkataan Ibrahim kepadabapaknya : "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari (siksaan) Allah.”
Qs. Al-Mumtahanah [60]:

“Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah setan, sesungguhnya setan itu durhaka Tuhan yang Maha Pemurah “.( Maryam 44 ).

Kita lihat maksud bapak/ayah dan dalam Al Quran dalam surah surah berkaitan di atas di sebut Abi.

Berdasarkan tanda-tanda dan beberapa bukti yang akan kami jelaskan di bawah ini, menjadi jelaslah bahwa yang dimaksudkan dengan kata "Abi" pada ayat-ayat tersebut adalah BUKAN AYAH/BAPA KANDUNG Ibrahim As.

HUJAH membuktikan ABI itu bukan BEMAKSUD BAPA KANDUNG.

Al-qur’an menyebutkan Nabi Ismailsebagai ” ABI ” Nabi Ya’kub as., padahal beliau adalah BAPAK SAUDARA NabiYa’kub as.

“Adakah kalian menyaksikan ketikaYa’kub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ” Apa yang kalian sembah sepeninggalku ? “. Mereka menjawab, ” Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, Tuhan yang Esa, dan kami hanya kepadaNya kami berserah diri “.( al Baqarah 133 )

Ayah ayahmu “aabaaika ” bentuk jama’ dari ” ABI ”

Dan juga kata ” abuya ” atau ” buya ” derivasi dari ” ab ” sering dipakai dalam ungkapan sehari-hari bangsa Arab dengan arti guru, atau orang yang berjasa dalam kehidupan.

Dengan melihat ayat-ayat yang menjelaskan perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim as. akan jelas bahwa seorang yang bernama ” Azar “, penyembah dan pembuat patung, bukanlah ayah kandung Ibrahim, melainkan bapa saudara atauayah angkatnya atau orang yang sangat dekat dengannya.

LALU SIAPAKAH BAPAK KANDUNG SEBENAR NABI IBRAHIM?

"Abu Na'im dalam kitabnya Dalail meriwatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Tidak seorang pun dari semua ayah dan ibuku pernah menyentuh perbuatan keji (zina), dan Allah Swt senantiasa memindahkanku dari sulbi ayah-ayah yang suci kepada rahim-rahim para ibu yang suci pula. Dan di mana saja ayah-ayah tersebut mempunyai anak-anak, maka aku dipindahkan ke sulbi seorang anak yang lebih suci dan lebih baik dari anak-anak lainnya.

Dengan ini dapat di fahami dengan jelas bahwa kedua orang tua (ayah ibu) nabi Ibrahim As adalah termasuk orang-orang yang muwahhid (mengesakan Tuhan) dan orang-orang yang suci.

” Dan perpindahanmu ( taqallub) di antara orang-orang yang sujud “.
(  Asyua’ra 219 )
Ini membawa maksud ayah-ayah Nabi Muhammad dari Abdullah sampai Nabi Adam adalah orang-orang yang suka bersujud kepada Allah.

Nabi Ibrahim yang terakhir, beliau datang ke tempat suci Mekkah dan mempunyai keturunan, kemudian membangun kembali ka’bah, beliau berdoa,
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku, keduawalid ku dan kaum mukminin di hari tegaknya hisab“
( Ibrahim 41 ).

Doa Nabi Ibrahim kepada kedua orang tuanya di mana maskud WALID KU (Ayah dan Ibu Kandung)

Ummu Salamah, isteri Rasulullah Saw berkata:
"Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Adnan adalah Ad putera Udud bin Ilyasa' bin Humaisa' bin Salaman bin Nabat bin Haml bin Qaidar bin Ismail binIbrahim As bin Tarikh bin Takhur bin Sarukh bin Ar'awa' bin Faligh bin 'Abir dan dia adalah Hud As bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh As bin Lamak bin Matusylakh bin Akhnukh, dia adalah Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam As; bapak manusia.

Karena itu, ayah Ibrahim adalah Tarikh,sedangkan Azar adalah bapa saudaranya.

# Maka terdapat perbezaan maksud di antara ABI dan WALID yang perlu di fahami dengan jelas agar kita tidak tersalah sangka.

Dalil nyicil bayar Zakat sebelum Haul

DALIL NYICIL ZAKAT (تعجيل الزكاة)

Assalamualaikum wr wb, tolong carikan ibarat zakat dicicil / diangsur. Begini kang, ada seorang pedagang setiap setahun penghasilannya mencapai senishob, karena takut merasa berat jika waktu mengeluarkan zakat, akhirnya mengangsur setiap akhir bulan, setelah 12 bulan, kadang sampai 14 bulan zakat lunas. Begitu ceritanya, yang saya minta ibarat, bukan bertanya apa boleh mendahulukan / bersegera mengeluarkan zakat sebelum haul, karena ta'jil zakat sudah jelas hukumnya. Bahasa arabnya mengangsur apa ? saya kira tidak ada keterangan mencicil kalo di dalam kitab-kitab klasik, insya alloh kalo di kitab kontemporer ada, seperti kitabnya yusuf qordhowi atau wahbah zuhaili, kalo ada yang punya ktb risalah zakat punya syeh yusuf qordhowi, tolong buka, aku sendiri memang lupa, tapi yang jelas di kitab kontemporer, aku belum punya kitabnya. Dan saya ucapkan terimakasih banyak pada semuanya jazakumulloh ahsanal jaza'. [Jaka Perkasza].

JAWABAN :

Wa'alaikumussalam. Menurut Syaikh Ismail Zain : Mencicil zakat tijaroh hukumnya boleh dan sudah mencukupi sebagai zakat / sah bila memenuhi 3 Syarat :
1. Muzakkinya tetap berstatus wajib zakat sampai akhir tahun.
2. Hartanya di akhir tahun mencapai senishab.
3. Orang yang menerima zakat / yang diberi zakat tsb tetap berhaq menerima zakat di saat akhir tahun. :

سوأل : تاجر كبير عادته أن يؤدي الزكاة آخر الحول كما هو واجبه مثلا في رمضان ثم عرض له أمر من الأمور فأدى زكاة تجارته قبل آخر الحول شيأ فشيئا حتى إذا جاء آخر الحول فقد تمت له الزكاة هل وقعت الزكاة موقعها فيما ذكر ؟ إلى أن قال_____و إذا علمت ذلك فنقول إن كان عروض التجارة للتاجر المذكور في السوأل بلغت النصاب في آخر الحول وقعت الزكاة موقعها وأجزأت عنه بشروطه الأتية إلى أن قال____ثم قولهم يجوز التعجيل فيها لا يتقيد بإخراج زكاة المعجلة كلها دفعة واحدة و لا بإخراجها تدريجا كما في مسألتنا بل كلاهما جائز سائغ لدخوله في عموم إطلاقهم جواز التعجيل و قد تقرر أن ما دخل تحت عموم كلامهم كان منقولا لهم فيكون ما هنا منهم نعم لإجزاء وقوع زكاة المعجلة شروط ثلاثة كما يؤخذ 0 0 0 من المنهاج و شرحه النهاية أحدها بقاء المالك أهلا للوجوب إلى آخر الحول ثانيها بقاء المال إلى آخره أيضا ثالثها كون القابض لها أهلا في آخر الحول مستحقا. قرة العين بفتاوى الشيخ إسماعيل زين : ص : ١٠٣

Kalau waktu nyicil sudah sampai se nishob boleh. Karena mencicil zakat diawal tahun termasuk ta'jil zakat dan mayoritas ulama' madzhab memperbolehkan.

ﺗﻌﺠﻴﻞ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻋﻦ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ :
)24/354 (- 124 ﺫﻫﺐ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻭﻣﻨﻬﻢﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻭﺃﺑﻮ ﻋﺒﻴﺪﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ، ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻤﺰﻛﻲﺗﻌﺠﻴﻞ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺯﻛﺎﺓ ﻣﺎﻟﻪ ﻗﺒﻞ ﻣﻴﻌﺎﺩﻭﺟﻮﺑﻬﺎ ، ﻟﻤﺎ ﻭﺭﺩ } ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺳﺄﻝﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲﺗﻌﺠﻴﻞ ﺻﺪﻗﺘﻪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﺤﻞ ، ﻓﺮﺧﺺﻟﻪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪﻭﺳﻠﻢ ﻟﻌﻤﺮ : ﺇﻧﺎ ﻗﺪ ﺃﺧﺬﻧﺎ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱﻋﺎﻡ ﺍﻷﻭﻝ ﻟﻠﻌﺎﻡ . { ﺇﻻ ﺃﻥ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺘﻌﺠﻴﻞ ﻟﻌﺎﻡ ﻭﺍﺣﺪ ﻭﻻﻳﺠﻮﺯ ﻟﻌﺎﻣﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﺻﺢ ﻷﻥ ﺯﻛﺎﺓﺍﻟﻌﺎﻡ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻟﻢ ﻳﻨﻌﻘﺪ ﺣﻮﻟﻬﺎ .ﻭﺍﺷﺘﺮﻃﻮﺍ ﻟﺠﻮﺍﺯ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻨﺼﺎﺏﻣﻮﺟﻮﺩﺍ ، ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺗﻌﺠﻴﻞ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻗﺒﻞﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻨﺼﺎﺏ ، ﺑﻐﻴﺮ ﺧﻼﻑ ، ﻭﺫﻟﻚ ﻷﻥﺍﻟﻨﺼﺎﺏ ﺳﺒﺐ ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ، ﻭﺍﻟﺤﻮﻝﺷﺮﻃﻬﺎ ﻭﻻ ﻳﻘﺪﻡ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻗﺒﻞ ﺳﺒﺒﻪ ،ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺗﻘﺪﻳﻤﻪ ﻗﺒﻞ ﺷﺮﻃﻪ ، ﻛﺈﺧﺮﺍﺝﻛﻔﺎﺭﺓ ﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺤﻠﻒ ﻭﻗﺒﻞ ﺍﻟﺤﻨﺚ ،ﻭﻛﻔﺎﺭﺓ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺠﺮﺡ ﻭﻗﺒﻞﺍﻟﺰﻫﻮﻕ . ﻭﺗﻮﺳﻊ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ﻓﻘﺎﻟﻮﺍ : ﺇﻥﻛﺎﻥ ﻣﺎﻟﻜﺎ ﻟﻨﺼﺎﺏ ﻭﺍﺣﺪ ﺟﺎﺯ ﺃﻥ ﻳﻌﺠﻞﺯﻛﺎﺓ ﻧﺼﺐ ﻛﺜﻴﺮﺓ ﻷﻥ ﺍﻟﻼﺣﻖ ﺗﺎﺑﻊﻟﻠﺤﺎﺻﻞ . ﻭﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺃﺟﺎﺯﻭﺍ ﺫﻟﻚ ﻓﻲﻣﺎﻝ ﺍﻟﺘﺠﺎﺭﺓ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺼﺎﺏ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻨﺪﻫﻢﻣﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﺤﻮﻝ ﻓﻘﻂ ﻻ ﻓﻲﺃﻭﻟﻪ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺋﻪ . ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ : ﺇﻥﻣﻠﻚ ﻧﺼﺎﺑﺎ ﻓﻘﺪﻡ ﺯﻛﺎﺗﻪ ﻭﺯﻛﺎﺓ ﻣﺎ ﻗﺪﻳﺴﺘﻔﻴﺪﻩ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻓﻼ ﻳﺠﺰﺋﻪ ﻋﻨﺪﻫﻢ .ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻋﻨﺪﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ : ﺇﻥ ﻗﺪﻡ ﺯﻛﺎﺗﻪ ﻭﺯﻛﺎﺓ ﻣﺎ ﻗﺪﻳﻨﺘﺞ ﻣﻨﻪ ، ﺃﻭ ﻳﺮﺑﺤﻪ ﻣﻨﻪ ، ﺃﺟﺰﺃﻩ ﻷﻧﻪﺗﺎﺑﻊ ﻟﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺎﻟﻜﻪ ﺍﻵﻥ . ﻭﺫﻫﺐﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ ﺇﻥ ﺃﺧﺮﺝ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﺜﻤﺎﺭﺃﻭ ﺍﻟﺰﺭﻭﻉ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ، ﺑﺄﻥ ﺩﻓﻊﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ ﻭﻟﻢ ﺗﺠﺰﺉﻋﻨﻪ . ﻭﻛﺬﺍ ﻻ ﺗﺠﺰﺉ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻤﺎﺷﻴﺔ ﺇﻥﻗﺪﻣﻬﺎ ﻭﻛﺎﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺳﺎﻉ ﻳﺄﺗﻲ ﻟﻘﺒﻀﻬﺎﻓﺄﺧﺮﺟﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﻗﺪﻭﻣﻪ . ﺃﻣﺎ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻌﻴﻦﻭﺍﻟﻤﺎﺷﻴﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻟﻴﺲ ﻟﻬﺎ ﺳﺎﻉ ﻓﻴﺠﻮﺯﺗﻘﺪﻳﻤﻬﺎ ﻓﻲ ﺣﺪﻭﺩ ﺷﻬﺮ ﻭﺍﺣﺪ ﻻ ﺃﻛﺜﺮ ،ﻭﻫﺬﺍ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺮﺧﺼﺔ ، ﻭﻫﻮ ﻣﻊﺫﻟﻚ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﻭﺍﻷﺻﻞ ﻋﺪﻡ ﺍﻹﺟﺰﺍﺀ ﻷﻧﻬﺎﻋﺒﺎﺩﺓ ﻣﻮﻗﻮﺗﺔ ﺑﺎﻟﺤﻮﻝ .

الله اعلم...

Hukum Menyembelih Sampai Putus Kepalanya

HALALKAH MENYEMBELIH SAMPAI PUTUS KEPALANYA / LEHERNYA ?

PERTANYAAN :
Apakah menyembelih itu ada syarat kepalanya ga boleh putus? Jika kepalanya putus apakah sembelihannya ga sah alias menjadi bangkai ??....

JAWABAN :

Sah menyembelih hewan hingga kepalanya putus, alias tidak menjadi bangkai, namun metode tersebut ada yang mengatakan haram, dan ada yang mengatakan makruh. Ta'bir :
Pertama : dalam kitab Hasyiyah Qalyubi 16/51 (maktabah syamilah) :

وَلَا يَحْرُمُ قَطْعُ مَا زَادَ وَلَوْ بِانْفِصَالِ رَأْسِهِ
WA LAA YAHRUMU QATH'U MAA ZAADA WA LAU BINFISHAALI RA`SIHII.
Tidak haram memotong organ lebih dari HULQUUM (saluran nafas) dan MARII` (saluran makanan), meskipun dengan terpisahnya kepala
Kedua : dalam kitab Hasyiyah Bujairimi 'Alal Iqna' juz 22 halaman 69 (maktabah syamilah) :

وَالزِّيَادَةُ عَلَى الْحُلْقُومِ وَالْمَرِيءِ وَالْوَدَجَيْنِ قِيلَ بِحُرْمَتِهَا لِأَنَّهَا زِيَادَةٌ فِي التَّعْذِيبِ وَالرَّاجِحُ الْجَوَازُ مَعَ الْكَرَاهَةِ

WAZZIYAADAH 'ALAL HULQUUMI WAL MARII`I WAL WADAJAINI QIILA BIHURMATIHAA LI ANNAHAA ZIYAADATUN FITTA'DZIIBI, WARRAAJIHU AL JAWAAZ MA'AL KARAAHAH.
(Menyembelih) melebihi HULQUUM (saluran nafas), MARII` (saluran makanan) dan WADAJAIN (dua urat leher) ada yang mengatakan haram, karena hal itu menambah penyiksaan. Pendapat yang rajih adalah boleh disertai karaahah (makruh).
Kesimpulan : Menyembelih tidak ada syarat kepalanya tidak boleh putus, jika kepalanya putus sembelihannya tetap sah dan hasilnya halal dimakan, namun penyembelihan seperti itu hukumnya makruh.

- Hasyiyah al Bujairimi 'alaa Fat_hil Wahhaab juz IV halaman 287 :

و يكره له ابانة راسها حالا، و زيادة القطع و كسر العنق و قطع عضو عنها و تحريكها و نقلها حتى تخرج روحها

Dimakruhkan memisahkan kepalanya seketika, menambah pemotongan, mematahkan leher, memotong anggota tubuhnya, menggerak-gerakan serta memindahkan sampai ruhnya keluar. Wallohu a'lam. [SandalKayu HilangSatu, Abdullah Afif, Abdurrahman As-syafi'i].

Hukum Memotong Hewan dengan Mesin

Bagaimana hukum pemotongan hewan dengan mesin?

Jawaban
Hukum memotong hewan dengan mesin adalah halal, jika mesin dan cara memotongnya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Pemotongnya seorang muslim/ahlu kitab yang asli
Alat mesin yang dipergunakan, merupakan benda tajam yang bukan dari tulang atau kuku
Sengaja menyembelih hewan tersebut
Dasar Pengambilan Dalil
Bujairomi wahab, IV: 286

وشرط فى الذبح قصد اى قصد العين أو الجنس بالفعل (قوله قصد العين) وإن أخطأفى ظنه، أو الجنس فى الإصابة – ح ل – والمرد بقصد العين أو بالجنس بالفعل أى قصد إيقاع الفعل على العين أو على واحد من الجنس وإن لم يقصد الذبح.
Syarat dalam memotong hewan: menyengaja terhadap hewannya atau jenisnya dengan perbuatan (kata-kata menyengaja pada hewan), meskipun keliru dalam persangkaannya atau jenisnya dalam kenyataannya … artinya menyengaja ialah: sengaja terhadap hewan itu atau jenisnya walupun tidak sengaja menyembelih.

Jamal Wahab V/241-242

وشرط في الآلة كونها محددة بفتح الدال المشددة أى ذات حدة تجرح كحديد أى كمحدد حديد وقصب وحجر ورصاص وذهب وفضة إلا عظما كسن وظفر لخبر الشيخين: ما أنهر الدم وذكر اسم الله عليه فكلوه ليس السنّ والظفر وألحق بهما باقي العظام
Syarat alat untuk menyembelih harus tajam yang bisa melukai seperti pisau besi, bambu, batu, timah, emas, perak, kecuali (tidak boleh) dengan tulang dan kuku. Dengan dasar hadits shohih bukhori dan muslim: sesuatu yang dapat mengalirkan darah dengan menyebut nama Allah maka makanlah selama bukan dengan tulang dan kuku. dan disamakan dengan keduanya semua jenis tulang.

يعلم من قوله الآتى أو كونها جارية سباع او طير الخ … حيث أطلق فيه ولم يشترط أن تقتله بوجه مخصوص. فيسفاد من الإطلاق أنه يحل مقتولها بسائر أنواع القتل.
Telah diketahui dari kata-kata yang akan datang adanya alat memotong hewan, dapat melukainya binatang atau burung dst. Sekira dimutlakkan dan tidak disyaratkan, cara membunuh dengan cara yang khusus, maka dapat diambil pengertian halal apa yang di bunuh binatang dengan segala cara membunuh.

Sumber :  Muktamar NU Nganjuk 1981 Koleksi Bahtsul Masail yang dimiliki oleh KH. A. Masduqi Machfudh (Ponpes Nurul Huda), termasuk arsip Kolom Bahtsul Masail dari majalah PWNU Jawa Timur Aula, Bahtsul Masail Wilayah (PWNU) Jawa Timur, dan Bahtsul Masail pada muktamar maupun pra-muktamar NU..

Hukum menyembelih dipingsankan dulu

Hukum Binatang Dipingsankan Sebelum Disembelih

Mengenai pendapat
Profesor Dr. Hamka,
Tentang cara penyembelihan yang mendekati kehendak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di dalam keratan akhbar itu juga tertulis mengenai Pakar Rujuk Khidmat Nasihat,
Institut Dakwah dan Latihan Islam Malaysia (INDAH),
Bahagian Hal Ehwal Islam, Jabatan Perdana Menteri, Awang Bunyamin Abu Bakar, mengesahkan bahawa binatang ternak boleh dipingsankan seperti dibius terlebih dahulu sebelum disembelih dengan syarat binatang itu tidak mati kerana dibius sebaliknya mati kerana disembelih. Apakah pandangan Islam mengenai perkara ini?

Jawaban:

Kedatangan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah rahmat kepada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan bahkan rahmat kepada sekalian yang wujud di alam ini. Firman Allah Ta’ala:

وَمَا أَرْسَلنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلعَالَمِينَ
( الأنبياء: 107)

Tafsirnya:
“Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi sekalian alam.”
(Surah Al-Anbiya’: 107)

Cara Islam mengatur hubungan manusia sesama manusia, malah juga hubungan manusia dengan binatang dan seluruh alam ini, adalah bukti kerahmatan itu. Umpamanya sewaktu melakukan penyembelihan binatang, Islam telah memberi garis pandu yang lengkap bagaimana melakukannya. Di antaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam daripada Abu Ya’la Syaddad Ibnu Aus Radhiallahu ‘anhu:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدَكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ
(رواه مسلم)

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan ke atas tiap-tiap sesuatu, maka apabila kamu membunuh elokkanlah pembunuhan itu, dan apabila kamu menyembelih maka elokkanlah penyembelihan itu, dan hendaklah salah seorang kamu menajamkan pisaunya dan hendaklah dia menselesakan binatang sembelihannya.”

(Hadis riwayat Muslim)

Dalam hubungan ini, Islam telah menentukan rukun-rukun dan syarat-syarat sembelihan itu sebagaimana huraiannya yang berikut:

Rukun menyembelih itu ada empat:

i. Penyembelih
ii. Binatang yang disembelih
iii. Alat untuk menyembelih
iv. Penyembelihan (perbuatan menyembelih)

Setiap rukun ini mempunyai syarat-syaratnya yang tertentu:

1. Penyembelih

Syarat penyembelih itu hendaklah seorang Islam atau Ahli Kitab (yang memenuhi syarat hakiki orang Ahli Kitab sebagaimana yang disebutkan oleh ulama-ulama Al-Syafi ‘eyyah).
Tiada halal sembelihan orang Majusi (penyembah api), penyembah berhala, orang murtad dan lain-lain daripada orang kafir yang tiada mempunyai kitab agama Allah. (Kitab Al-Majmu’ 9/84)

2. Binatang yang disembelih

Syarat binatang yang disembelih itu ialah:

1. Binatang darat yang halal dimakan.
2. Zhann (sangkaan) terhadap binatang, bahawa ada padanya hayâh mustaqirrah pada permulaan penyembelihan kecuali binatang yang sakit.

Adapun binatang yang sakit atau kehausan tidak disyaratkan ada padanya hayâh mustaqirrah ketika menyembelihnya, memadai sahaja padanya harakah madzbûh ketika menyembelihnya. Tetapi tidak halal jika binatang yang hendak disembelih yang nyawanya pada ketika itu di peringkat harakah madzbûh disebabkan oleh memakan tumbuh-tumbuhan yang membawa kepada maut, pukulan, hentakan dan seumpamanya daripada sebab-sebab yang boleh membawa kepada maul. (Kitab Al-Majmu’ 9/1 00, Fath A’-‘Allâm 4/552 dan I’ânah Al-Thâlibîn 2/346)
Yang dimaksudkan dengan hayâh mustaqirrah itu ialah keadaan binatang yang masih bernyawa dan melihat dan bersuara serta bergerak dengan kehendaknya, dan di antara tanda-tandanya ialah pergerakan yang kuat, pancutan darah, suara rengekan kerongkong dan yang seumpamanya selepas disembelih. Manakala yang dimaksudkan dengan harakah madzbûh ialah keadaan binatang yang tiada lagi ada padanya penglihatan, pergerakan, suara dengan kehendaknya (I’ânah Al- Thâlibîn) atau keadaan binatang yang apabila dibiarkan dengan keadaannya yang sedemikian itu, ia akan mati dengan serta merta. (Fath Al-‘Allâm 4/553)

3. Alat untuk menyembelih

Disyaratkan alat untuk menyembelih itu sesuatu yang boleh memotong dengan ketajamannya selain kuku, gigi dan semua jenis tulang. Maka tidak halal binatang yang disembelih menggunakan tiga jenis alat ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam daripada Rati’ ibnu Khadij Radhiallahu ‘anhu:

مَا أَنْهَرَ الدَّمَّ وذَُكِِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ فَكُلْ، لَيْسَ السِّنَّ وَالظُّفُرَ، وَسَأُخْبِرُكُمْ عَنْهُ، أَمَّا السِّنُّ فَعَظْمٌ وَأَمَّا الظُّفُرُ فَمُدَى الْحَبَشَةِ
(رواه البخارى)

Maksudnya: “Apa-apa yang dapat mengalirkan darah serta disebut nama Allah padanya (waktu menyembelih), maka boleh kamu makan, kecuali gigi dan kuku, dan aku akan khabarkan kepada kamu mengenainya, (kerana) gigi adalah tulang dan kuku adalah pisau orang Habsyah.”
(Hadis riwayat Bukhari)
(Kitab Al-Majmu’ 9/91, Bahr Al-Mâdzi 11/5)

4. Penyembelihan

Disyaratkan penyembelihan itu:

1. Memotong seluruh halqûm (saluran nafas) dan seluruh mari’ (saluran makanan dan minuman).

11.Niat untuk menyembelih ketika melakukan penyembelihan. Jika seseorang memegang pisau di tangannya dan terlepas pisau itu daripada tangannya, lalu terkena leher binatang dan terputus seluruh halqûm dan mari’nya, tidaklah dikira sebagai penyembelihan, kerana tidak ada niat untuk melakukan penyembelihan, maka tidak halal memakan daging binatang tersebut. (Mughni Al-Muhtâj 4/276, I’ânah Al-Thâlibîn 2/344)

lll. Hendaklah binatang itu mati semata-mata disebabkan oleh penyembelihan (tidak dilakukan satu perbuatan lain yang boleh membawa maut kepada binatang itu ketika disembelih). (Fath Al-‘Allâm 4/554, Kitab Al-Majmu’ 9/99-100)
Apabila telah cukup segala rukun-rukun dan syarat-syarat penyembelihan yang tersebut, maka halallah binatang itu kecuali sembelihan yang dimaksudkan kepada selain Allah atau disebutkan sewaktu menyembelihnya selain nama Allah, walaupun sembelihan itu mencukupi segala rukun-rukun dan syarat-syarat yang telah disebutkan. (I’ânah Al- Thâlibîn 2/346, Mughni Al-Muhtâj 4/273)

Dasar perintah ini ialah firman Allah Ta’ala:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ المَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الخَنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ
(سورة النحل:115)

Tafsirnya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan ke atas kamu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan apa yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah.”
(Surah AI-Nahl: 115)

Berdasarkan kepada rukun yang kedua (binatang yang disembelih) dan syarat-syaratnya, maka melemahkan atau memengsankan binatang yang hendak disembelih dengan cara seperti bius, stunning, kejutan elektrik yang tidak membawa kepada maut dan ada padanya hayâh mustaqirrah ketika disembelih, adalah harus pada hukum syara’.
Penggunaan cara bius, stunning atau kejutan elektrik itu hendaklah disahkan dan diperakui oleh orang Islam yang ‘âdil yang pakar atau yang ahli dalam hal ini, bahawa binatang-binatang yang hendak disembelih itu masih dalam keadaan hayâh mustaqirrah, dan tidak menyebabkan penyeksaan terhadap binatang tersebut. Jika perkara melemahkan atau memengsankan binatang itu akan menyeksa binatang tersebut, maka perbuatan yang sedemikian itu adalah haram, kerana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat kepada sesiapa yang melakukan penyeksaan kepada binatang sama ada untuk tujuan menyembelihnya ataupun bukan. Pernah pada
satu masa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu melihat sekumpulan orang melontar seekor ayam yang sengaja ditambatkan, lalu dia berkata:

مَنْ فَعَلَ هَذَا أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ مَنْ فَعَلَ هَذَا
(رواه مسلم)

Maksudnya: “Barangsiapa yang melakukan perkara ini (menyeksa binatang), sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat sesiapa melakukan perkara ini.”

(Hadis riwayat Muslim)

Adapun hukum daging binatang yang diseksa itu, jika ia mati disebabkan oleh seksaan tersebut atau disembelih ketika nyawanya diperingkat harakah madzbûh, maka ia dihukumkan bangkai, manakala jika ia tidak mati kerana seksaan dan ada (zhann) sangkaan padanya hayâh mustaqirrah melalui salah satu tandanya seperti pergerakan yang kuat, pancutan darah dan sebagainya selepas disembelih maka dagingnya itu halal dimakan. (I’ânah Al-Thâlibîn 2/347)
Begitulah sikap agama Islam terhadap binatang yang hendak disembelih, dilakukan dengan penuh ihsan sebagaimana hadis yang tersebut di atas yang bermaksud:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan ke atas tiap-tiap sesuatu, maka apabila kamu membunuh maka elokkanlah pembunuhan itu, dan apabila kamu menyembelih maka elokkanlah penyembelihan itu, dan hendaklah salah seorang kamu menajamkan pisaunya dan hendaklah dia menselesakan kepada binatang sembelihannya.”

(Hadis riwayat Muslim)

Bahkan ada lagi etika penyembelihan yang amat elok diikuti (disunatkan melakukannya) yang termasuk dalam pengertian ihsan yang disebutkan di dalam hadis tersebut:

1. Memalingkan binatang sembelihannya dan orang yang menyembelih ke kiblat, serta membaca basmalah serta selawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menyembelih.

2. Mempercepatkan pemotongan halqûm dan mari’ ketika menyembelih.

3. Mengiringi binatang sembelihan ke tempat penyembelihan dengan lembut (selayaknya).

4. Memberi minum binatang sembelihan itu sebelum disembelih.

5. Menajamkan pisau tidak diperlihatkan di hadapannya, dan ianya tidak disembelih di hadapan binatang-binatang yang lain.

6. Memotong wadajân (dua urat darah yang di leher), kerana ia cepat membawa kepada kematian binatang itu.

7. Jika sudah disembelih binatang itu, tidak segera dilapah dagingnya kecuali setelah ia sampai benar-benar mati dan sejuk tubuhnya.

Wallahu A’lam

Kisah pentingnya shilaturrohiim

Kisah Sangat Pentingnya Silaturahmi

Kisah Sangat Pentingnya Silaturahmi.
Syeikh Ibn Hajar ra mengisahkan sebuah kisah nyata:

Ada seorang yang kaya raya berangkat haji. Sebelum berangkat, ia menitipkan uangnya sebesar 10.000 Dinar kepada seseorang yang sudah terbiasa dipercaya untuk menitipkan barang atau uang.

Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya tersebut mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya. Ketika sampai di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.

Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?

Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.

Orang alim itu berkata :
"Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu".

Pada akhir malam, orang kaya itupun pergi mendatangi Sumur Zam-Zam. Di bibir Sumur ia memanggil nama temannya yang ia titipi uang, hingga 3 kali ia panggil, namun tidak ada jawaban sama sekali.

Orang kaya itu pun kembali mendatangi orang Alim tersebut, lalu menceritakannya. Orang Alim itu kaget dan berkata : "Innaa Lillahi Wa Inna ilaihi Rooji'uun", jika memang temanmu tidak menjawab, aku takut dia termasuk golongan Ahli Neraka.

Jika memang demikian pergilah kamu ke Yaman, disana ada sebuah Sumur yang bernama "Barhut", dikatakan bahwa Sumur itu adalah bibir dari Neraka Jahannam...Datangilah di sepertiga malam akhir, dan panggillah nama temanmu itu".

Orang kaya itu pun pergi ke Yaman, lalu mendatangi Sumur Barhut di sepertiga malam akhir. Ia pun memanggil nama temannya yg ia titipi uang: "Yaa Fulan !" Baru sekali panggilan, tiba-tiba terdengar jawaban dari dalam Sumur.

Orang kaya itu pun merasa prihatin dengan keadaan temannya tersebut, lalu bertanya : "Dimanakah engkau menyimpan uangku?".

Dari dalam Sumur terdengar jawaban : "Aku menyimpan uangmu di sini dan di sini, di dalam rumahku, pergilah dan katakan kepada anak-anakku. Kamu akan mendapati uangmu kembali".

Orang kaya itupun bertanya : "Bagaimana bisa engkau tergolong sebagai orang yang ahli Neraka? Bukankah kau adalah orang yang baik dan memiliki sifat amanah?".

Orang itupun bercerita : "Sesungguhnya aku mempunyai seorang saudari perempuan yang faqir, lama kami tidak saling tegur sapa, sampai aku meninggal. Inilah yang menyebabkan aku tergolong sebagai ahli Neraka.

JIka kau mau menolongku, datangilah saudariku tersebut, dan mintakan maaf kepadanya, dan ceritakan padanya, bagaimana keadaanku sekarang ini yang merasakan siksaan, karena putus tali silaturrahim dengannya".

Orang kaya itupun segera pergi ke rumah ahli waris temannya itu, lalu menceritakan dimana ayahnya meletakkan harta titipannya. Dan ternyata memang benar, uang tersebut masih utuh. Setelah itu, ia bertanya kepada anak-anak temannya itu, dimanakah rumah bibi mereka?

Setelah tahu alamatnya, iapun segera pergi ke rumah saudari perempuan temennya tersebut. Setelah bertemu, ia pun menceritakan apa yang di alami saudaranya di Alam Kubur.

Mendengar cerita orang kaya itu, perempuan itupun menangis dan memaafkan saudaranya, lalu ia memohon ampun dan mulai menyambung tali silaturrahim dengan anak-anak saudaranya".

Catatan :

Rosulullah Saw bersabda : "Tidak akan masuk Surga orang yang putus tali silaturrahim ".

Diriwayat yg lain : "Orang yang putus tali silaturrahim akan mendapat laknat dari Allah , walaupun dia mati didepan Ka'bah".

Rosulullah Saw bersabda : "Tidak akan turun Rahmat Allah, kepada satu kaum, jika didalam kaum tersebut terdapat satu saja orang yang putus tali silaturrahim".

Orang yang putus tali silaturrahim, berarti telah putus hubungan dengan Alloh Swt...Berarti shalatnya bukan untuk Allah, puasanya bukan untuk Allah, dzikirnya, dan ibadah-ibadah lainnya bukan untuk Allah Swt.

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Meskipun banyak perbedaan bahkan perselisihan tapi jangan jadikan itu semua menjadi pemicu putusnya tali SILATURRAHIM kita semua. Semoga dengan selalu menjaga silaturrahim kita semua dan juga di dalam grup ini bisa mendatangkan ilmu yg bermanfaat, saudara/teman yang bertambah juga rizki yg halal dan berlimpah bagi kita semua Aamiin Yaa Robbal'alamiin...

Rabu, 19 Juni 2019

Kedudukan Anak bagi orang tua

Terdapat hak antara orang-tua terhadap anak maupun anak terhadap orang tuanya. Dalam mendidik anak secara Islam, orang tua perlu memahami posisi/kedudukan anak dalam keluarga yakni;
Ya'ni anugrah dari yg maha kuasa yg tidak ada bandingannya,lebih berharga anak dibandingkan harta,anak merupakan sebagai:

1.Anak sebagai amanah bagi kedua orang tuanya

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. 66:6)
2.Anak sebagai investasi akhirat

واعلموا أَنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرُُ عَظِيمُُ(الانفال/28)
إِنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَاللهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ(التغابون/15)
3.Anak sebagai musuh

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتُصْفِحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمٌ { التغابون/ 14}
 
4.Anak sebagai penghibur dan perhiasan bagi orang tuanya
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ

Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). [Ali Imran:14].

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلاً

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalah adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik menjadi harapan. [Al Kahfi:46].
Inilah yag paling dikuatirkan, simak QS. At Taghaabun 64 : 14

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya : “Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

5.Anak sebagai ujian/fitnah bagi kedua orang tuanya
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ,( الانفال/27)
واعْلَمُوا أَنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرُُ عَظِيمُُ(الانفال/28)

6.Anak sebagai penyejuk hati (Qurrota 'ayun).

Simak dalam QS Al Furqaan 25 : 74

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

Artinya : “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”

Kamis, 06 Juni 2019

Bedanya ghonimah jizyah dan salab

Perbedaan Antara Ghanimah, Fai, Jizyah, Nafl dan Salab

Pertanyaan :
Assalamu'alaikum wr.rb.

Ustadz ada yang saya mau tanyakan tentang beberapa hal terkait dengan harta rampasan perang :

1. Apa yang dimaksud dengan ghanimah atau harta rampasan perang?

2. Lalu apa bedanya antara ghanimah, fai', jizyah, nafl dan salab?

Terima kasih atas jawabannya, ustadz.

Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

A. Pengertian Ghanimah

Dalam bahasa Arab, harta rampasan perang disebut dengan ghanimah (غنيمة). Dan kata ghanimah sendiri bermakna al-fai'u (الفيء). Disebutkan : غنم الشيء غنما berarti (فاز به) memenangkan atau mengambilnya. Sedangkan secara istilah fiqih, ghanimah oleh para ulama disebutkan dengan beberapa definisi yang berbeda.

1. Al-Hanafiyah

Mazhab Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ghanimah adalah :

اسْمٌ لِلْمَأْخُوذِ مِنْ أَهْل الْحَرْبِ عَلَى سَبِيل الْقَهْرِ وَالْغَلَبَةِ

Nama untuk sesuatu yang diambil dari musuh dalam perang lewat kekuatan dan mengalahkan.

2. Asy-Syafi'iyah

هِيَ اسْمٌ لِلْمَأْخُوذِ مِنْ أَهْل الْحَرْبِ الْمُوجَفِ عَلَيْهَا بِالْخَيْل وَالرِّكَابِ لِمَنْ حَضَرَ مِنْ غَنِيٍّ وَفَقِيرٍ

Nama untuk sesuatu yang diambil dari musuh dalam perang dengan menggunakan kuda atau tunggangan, khusus bagi yang ikut hadir dalam perang itu baik orang kaya atau miskin.

B. Perbedaan Dengan Fa'i, Jizyah, Nafl, Salab
Selain istilah ghanimah, dalam syariat Islam juga dikenal beberapa istilah lain yang sangat erat kaitannya dengan ghanimah, di antaranya fai', jizyah, nafl dan salab.

1. Fa'i

Yang disebut dengan fa'i adalah :

الْمَال الْحَاصِل لِلْمُسْلِمِينَ مِنْ أَمْوَال الْكُفَّارِ بِغَيْرِ قِتَالٍ وَلاَ إِيجَافِ خَيْلٍ وَلاَ رِكَابٍ

Harta yang dihasilkan oleh umat Islam dari harta orang kafir tanpa peperangan, atau menunggang kuda atau kendaraan.

Kesamaan antara ghanimah dengan fai' adalah harta itu sama-sama milik orang kafir yang menjadi rampasan bagi umat Islam. Namun perbedaannya bahwa fai' didapat tanpa peperangan atau kekerasan.

2. Jizyah

Yang dimaksud dengan jizyah adalah :

اسْمٌ لِمَا يُؤْخَذُ مِنْ أَهْل الذِّمَّةِ

Harta yang diambil dari ahli dzimmah

Kesamaan antara ghanimah dengan jizyah adalah harta itu sama-sama diambil dari orang kafir. Namun perbedaannya bahwa jizyah itu adalah harta milik orang kafir ahli dzimmah yang dilindungi negara, sehingga cara pengambilannya pun tidak lewat perang.

3. Nafl

Kata nafl (نفل) ini adalah bentuk tunggal, bentuk jamaknya adalah anfal (أنفال) sebagaimana nama surat kedelapan di dalam Al-Quran Al-Karim. Definisi nafl menurut para ulama adalah :

مَا خَصَّهُ الإْمَامُ لِبَعْضِ الْغُزَاةِ تَحْرِيضًا لَهُمْ عَلَى الْقِتَال

Harta yang diatur secara khusus oleh imam diperuntukkan buat sebagian peserta perang karena sebab khusus.

Persamaan ghanimah dengan nafal adalah sama-sama merupakan harta rampasan perang yang didapat lewat pertempuran fisik. Namun perbedaannya, nafl adalah kebijakan khusus bagi imam untuk memberikan bagian khusus kepada sebagian peserta perang, di luar dari ketentuan yang sudah ada sebelumnya.

4. Salab

مَا يَأْخُذُهُ الْمُقَاتِل الْمُسْلِمُ مِنْ قَتِيلِهِ الْكَافِرِ فِي الْحَرْبِ مِمَّا عَلَيْهِ مِنْ ثِيَابٍ وَآلاَتِ حَرْبٍ وَمِنْ مَرْكُوبِهِ الَّذِي يُقَاتِل عَلَيْهِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ سَرْجٍ وَلِجَامٍ

Harta yang diambil oleh peserta perang yang muslim dari lawan tandingnya yang kafir di dalam peperangan, seperti pakaian dan alat perang, tunggangan, senjata atau tameng.

Persamaan ghanimah dengan salab adalah sama-sama merupakan harta rampasan perang yang didapat lewat pertempuran fisik. Namun perbedaannya, salab ini merupakan bonus tambahan milik seorang peserta perang, di luar haknya secara umum.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,