Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Kamis, 04 Juli 2019

Ulama Akhirat Vs Ulama Suu

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ulama Akhirat vs Ulama Suu

KH.Hasyim Muzadi (alm), ketua NU saat itu, dalam satu acara beliau menyampaikan taushiyah. Dalam ceramahnya beliau mengkritisi sebagaian ulama, da'i yang 'masuk angin'. Beliau berkata,  "Kadang ada yang berpendapat sesuai pendapatan. Beda pendapatan beda pula pendapatnya"

Habib Muh.Riziq Syihab, dalam ceramahnya mengatakan, "Ada Ulama, ada Ulama-ulamaan. Ulama ngajak kita ke Sorga. Ulama-ulamaan ngajak kita ke Sorga-sorgaan. Siapa itu ulama-ulamaan? Mereka adalah imanuhum fi amplopihim, imannya ada di amplop, amplop tebal (dikasih dunia, harta, tahta) berobah…Innalillahi Wa Inna Ilaih Raji'un”

Ulama yang dikritik KH. Hasyim Muzadi dan Habib Riziq tersebut oleh Imam al Ghazali disebut ulama' dunia atau ulama as suu'. Dalam kitab Ihyaa ‘Ulumud-Diin I/63, beliau berkata,

فَمِنَ المهِمّات العظيمةِ معرفةُ العلاماتِ الفارقةُ بين علماءِ الدنيا وعلماءِ الآخرةِ ونعنِي بعلماءِ الدنيا علماءِ السوءِ الذين قصدهم من العلمِ التنعُّمُ بالدنيا والتوصُل إلى الجاهِ والمنزلةِ

Diantara sesuatu yang sangat urgen adalah mengetahu ciri-ciri yang membedakan antara Ulama Dunia dan Ulama Akhirat adalah : Ulama Dunia (atau juga disebut dengan Ulama as-Suu’) adalah mereka yang bertujuan dengan ilmu agama yang kuasai untuk meraih kenikmatan-kenikmatan dunia, mencapai kedudukan-kedudukan luhur dimata manusia.

Sesuai dengan sbada Rasulullah Saw,

وَيْلٌ ِلأُمَّتِيْ مِنْ عُلَمَاءِ السُّوْءِ يَِتَّخِذُوْنَ هَذَا الْعِلْمَ تِجَارَةً يَبِيْعُوْنَهَا مِنْ أُمَرَاءِ زَمَانِهِمْ رِبْحاً ِللأَنْفُسِهِمْ لاَ أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَهُمْ

Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama sû’; mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa masa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan mereka itu. (HR al-Hakim).

Dalam Qur'an diungkapkan karakter ulama tersebut yaitu suka menyembunyikan kebenaran, mendalili kebatilan yang dengan itu mereka mendapat nilai dunia, tsamanan qalila.

Allah SWT berfirman,

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.(Qs.al Baqarah (2):79)

Cerita fiksi satire berikut ini membuat kita tertawa seakan melihat realita. Tenang fatwa yang membolehkan 'jenazah' anjing dishalatkan.

Siang itu kampung Situ Guntung lagi heboh. Perkaranya, karena ada seorang kaya, pemilik anjing yang binatang kesayangannya tersebut mati. Tapi yang bikin heboh bukan gegara matinya anjing tersebut. Si pemilik anjing, saking sayangnya,  bersikeras untuk mengkafani anjingnya dan menyolatkannya di musholla kampung tersebut. Tentu saja penduduk kampung menolak dengan keras permintaan majikan anjing itu.

Untuk merendahkan tensi yang sedang memanas di kampung tersebut sekaligus untuk menyelesaikan permasalahan secara baik-baik, lalu dipanggillah seorang Kyai kondang di kampung itu. Kyai tersebut akan dimintakan fatwa dan pendapatnya perihal perkara anjing mati yang bikin heboh ini. Tak pake lama, di kejauhan nampaklah sang Kyai sedang berjalan tergopoh-gopoh bersama warga yang menjemputnya.

Begitu tiba di TeKaPe, Kyai langsung bertanya, "Mana pemilik anjing mati yang sudah dikafani ini?"

Seorang pria paruh baya maju dan berkata, "Saya pak Kyai."

"Atas dasar apa kamu minta anjing kamu itu dikafani lalu disholatkan sebelum dikubur? Dia kan binatang dan bukan manusia, apalagi binatang najis mughaladlah. Selain itu tak ada ajarannya dalam agama kita menyolatkan binatang yang mati!" Tegas sang Kyai.

Dengan terbata-bata pemilik anjing berucap, "T..t..tapi Kyai, ini adalah wasiat dari anjing saya... "

"Bohong kamu... Itu tidak mungkin. Mana mungkin anjing bisa berwasiat!" Sergah pak Kyai memotong ucapan pemilik anjing.

"Selain itu anjing saya ini juga berwasiat agar saya menyerahkan uang 100juta kepada siapapun yang menjadi imam sholatnya," jawab pemilik anjing melanjutkan kalimatnya yang tadi terpotong.

Tak diduga, sang Kyai tiba-tiba berkata, "Jika demikian, siapkan proses sholat mayyit dan ajak warga untuk menyolatkan anjingmu itu."

Tentu saja warga semakin heboh demi mendengar jawaban Kyai yang demikian absurd dan aneh. Tapi warga tak ada yang berani menentang Kyai kondang tersebut. Sebagian dari merekapun berbaris di belakang Kyai membentuk shaf sholat jenazah.

Setelah selesai sholat, ada seorang warga yang memberanikan dirinya untuk bertanya pada Kyai tersebut, "Pak Kyai, nuwun sewu pak... Kenapa pak Kyai jadi berubah pikiran dan setuju untuk menyolatkan anjing itu?"

"Setelah saya telisik dengan seksama, ternyata anjing itu masih memiliki nasab mulia dari anjing milik pemuda Ashabul Kahfi," jawab Kyai setelah mengambil nafas panjang.

Wargapun hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya, entah tanda mengerti atau bingung mesti ngomong apa.

Terkadang rusaknya ajaran agama bukan karena tak ada lagi yang memahami atau mengetahuinya. Tapi justru datang dari orang-orang yang lebih faham namun karena rayuan duniawi, maka ia rela mengorbankan ajaran agamanya demi tercapainya ambisi walaupun harus menjerumuskan orang banyak dalam lembah kesesatan.

Rasulillah Saw bersabda,

" اثْنَانِ مِنَ النَّاسِ إِذَا صَلَحَا صَلَحَ النَّاسُ ، وَإِذَا فَسَدَا فَسَدَ النَّاسُ : الْعُلَمَاءُ وَالأُمَرَاءُ " .

“Dua macam golongan manusia yang apabila keduanya baik, maka akan baiklah masyarakat. Tetapi bila keduanya rusak, maka akan rusaklah manusia itu. Kedua golongan manusia tersebut yaitu ulama dan penguasa.” (HR. Abu Naim).

Allahu A'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar