Menetapi Islam berdasarkan al-Qur'an dan al-Hadits secara berjama'ah, mati masuk surga.
wajibnya mendirikan keimaman ketika ada tiga orang atau lebih
وُجُوبُ نَصْبِ الْإِمَامِ إِذَا كَانُوْا ثَلَاثَةً فَصَاعِدًا
Bab wajibnya mendirikan keimaman ketika ada tiga orang atau lebih
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَحِلُّ لِثَلَاثَةٍ يَكُوْنُوْنَ بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ إِلَّا أَمَّرُوْا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ (رواه أحمد، صحيح لغيره)
Artinya : dari Abdillah ibn amer RA, sesungguhnya Nabi saw bersabda : Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah/wilayah di bumi kecuali mereka menjadikan salah satu mereka sebagai amir/pemimpin atas mereka.
وَأَوْرَدَهُ الْهَيْثَمِيُّ فِي “مَجْمَعِ الزَّوَائِدِ” (ج 8/ص: 63-64) وَقَالَ : رَوَاهُ أَحْمَدُ، وَفِيْهِ ابْنُ لَهِيْعَةَ وَهُوَ لَيِّنٌ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ رِجَالُ الصَّحِيْحِ، وَلَهُ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ عِنْدَ أّبِيْ دَاوُدَ (رقم: 2608) وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ، وَآخَرُ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عِنْدَ أَبِيْ دَاوُدَ (رقم: 2609) وَهُوَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ.
Artinya : al-Haitsami dalam kitabnya “Majma az-Zawaid”, ia menghendaki pada hadits (diatas), ia mengatakan : Ahmad meriwayatkan hadits tsb, dan dalamnya ada ibn Lahi’ah dan ia lemah, sedangkan sisa perowi haditsnya adalah perowi yang sahih, dan ada saksi untuk hadits tsb dari haditsnya Abi Said al-khudriy dari sisi Abu Dawud dan itu hadits hasan, dan yang lain dari haditsnya Abu Huroiroh dari sisi Abu Dawud, dan itu hadits hasan.
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ. (أبو داود)
Artinya : dari Abi Said al-Khudriy, sesungguhnya Rosululloh saw bersabda : ketika tiga orang keluar dalam (untuk) bepergian maka hendaklah mereka menjadikan salah satu mereka (sebagai) amir/pemimpin.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ.(أبو داود)
Artinya : dari Abi Huroiroh, sesungguhnya Rosululloh saw bersabda : ketika ada tiga orang dalam bepergian maka hendaklah mereka menjadikan salah satu mereka (sebagai) amir/pemimpin.
رِجَالُ الْحَدِيْثَيْنِ ثِقَاتٌ، وَاضْطِرَابُ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلَانَ فِيْهِ ” مَرَّةً يَجْعَلُهُ مِنْ حَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَمَرَّةً جَعَلَهُ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ سَعِيْدٍ” لَا يَضُرُّ، لِأَنَّهُ انْتِقَالٌ مِنْ صَحَابِيٍّ إِلَى آخَرَ، وَكُلٌّ حُجَّةٌ، فَالْحَدِيْثُ صَحِيْحٌ. أَفَادَ ذَلِكَ الْعَلَّامَةُ الْأَلْبَانِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى. (إرواء الغليل 8/106)
Artinya : perowi kedua hadits tsb tsiqoh (terpercaya), sedangkan idhtirobnya Muhammad ibn Ajlan dalam hadits tsb, “sekali dia menjadikannya dari haditsnya Abi Huroiroh, dan sekali dia menjadikannya dari haditsnya Abi Said ” itu tidak bahaya (tidak mengapa/tidak apa-apa), karena perpindahan (perowi) dari sahabat ke (sahabat) yang lain (tidak apa-apa), dan masing-masing (sahabat) itu (bisa menjadi/dipakai) hujjah, maka haditsnya sahih. Memberikan faidah pada demikian itu al-Allamah al-Albani rohimahulloh Ta’ala.
انظر إلى معاملة الحكام في ضوء الكتاب والسنة، ص: 63
Lihatlah kitab
مُعَامِلَةِ الْحُكَّامِ فِي ضَوْءِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ hal : 63
وَفِيهَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ يُشْرَعُ لِكُلِّ عَدَدٍ بَلَغَ ثَلَاثَةً فَصَاعِدًا أَنْ يُؤَمِّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ لِأَنَّ فِي ذَلِكَ السَّلَامَةَ مِنْ الْخِلَافِ الَّذِي يُؤَدِّي إلَى التَّلَافِ ، فَمَعَ عَدَمِ التَّأْمِيرِ يَسْتَبِدُّ كُلُّ وَاحِدٍ بِرَأْيِهِ وَيَفْعَلُ مَا يُطَابِقُ هَوَاهُ فَيَهْلِكُونَ ، وَمَعَ التَّأْمِيرِ يَقِلُّ الِاخْتِلَافُ وَتَجْتَمِعُ الْكَلِمَةُ ، وَإِذَا شُرِّعَ هَذَا لِثَلَاثَةٍ يَكُونُونَ فِي فَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ أَوْ يُسَافِرُونَ فَشَرْعِيَّتُهُ لِعَدَدٍ أَكْثَرَ يَسْكُنُونَ الْقُرَى وَالْأَمْصَارَ وَيَحْتَاجُونَ لِدَفْعِ التَّظَالُمِ وَفَصْلِ التَّخَاصُمِ أَوْلَى وَأَحْرَى وَفِي ذَلِكَ دَلِيلٌ لِقَوْلِ مَنْ قَالَ : إنَّهُ يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِينَ نَصْبُ الْأَئِمَّةِ وَالْوُلَاةِ وَالْحُكَّامِ .(نيل الأوطار من أسرار منتقى الأخبار للإمام الشوكاني في باب وجوب نصب ولاية القضاء والإمارة 15/403)
Artinya : dan dalam hadits tsb (menunjukkan) dalil atas bahwasannya disyariatkan untuk setiap hitungan (orang) yang sampai tiga (orang) lebih supaya mereka menjadikan salah satu mereka sebagai amir, karena di dalam demikian itu selamat dari perselisihan yang akan mendatangkan pada persatuan, maka beserta tiadanya keamiran
قَالَ الشَّيْخُ صَادِقٌ أَمِيْنٌ فِيْ كِتَابِهِ “الدَّعْوَةُ الإسْلَامِيَّةُ” (ص:34-35) : وَمَا أَجْمَلَ التَّعْبِيْرَ النَّبَوِيَّ ” مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ” وَلَقَدْ حَدَّدَ الْحَدِيْثُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْجَمَاعَةِ هُمُ الْمُلْتَقُوْنَ فِي اللَّهِ، الْمُؤْتَلِفُوْنَ عَلَى دِيْنِهِ، مَهْمَا كَانَ عَدَدُ الْجَمَاعَةِ ضَئِيْلًا، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ، وَأَشَدُّ مَا تَكُوْنُ حَاجَةُ النَّاسِ إِلَى الْجَمَاعَةِ عِنْدَ مَا يَعُمُّ الْفَسَادُ وَيَطْغَى الْبَاطِلُ، كَمَا وَصَفَ أَوَّلُ الْحَدِيْثِ الشَّرِيْفِ.
Asy-syaikh Shodiq amiin mengatakan dalam kitabnya ‘Ad-Da’wah al-Islamiyah’ : sungguh indahnya perkataan kenabian – barang siapa yang menghendaki tengah-tengahnya surga, maka hendaklah ia menetapi jama’ah – dan sungguh al-hadits telah memberikan batasan, bahwa yang dimaksud “al-jama’ah” , mereka adalah orang yang bertemu dalam urusan -agama- Alloh, yang bersatu dalam agamaNya, walaupun jumlah mereka sedikit, karena syaithan beserta satu orang, sedangkan dari dua orang (ia-syaithan) menjauh. Dan lebih sangatnya kebutuhan manusia pada (menetapi) al-jama’ah adalah disaat kerusakan menjadi umum (terjadi dimana-mana) dan kebatilan telah durhaka, sebagaimana hadits yang awal telah menjelaskannya.
وَقَالَ أَيْضًا : (ص: 86-87)
Dan ia mengatakan pula :
وَقَدْ يَقُوْلُ الْقَائِلْ : إِنَّ الْبَيْعَةَ كَانَتْ لِرَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَحَاكِمٍ، وَلَكِنْ يُرَدُّ عَلَى هَذَا بِأَنَّ بَيْعَةَ الْعَقَبَةِ كَانَتْ وَرَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ يَقُوْدُ جَمَاعَةً مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ لَيْسَ لَهَا أَرْضٌ وَلَا سُلْطَانٌ.
Sungguh seseorang berkata : “sesungguhnya baiat kepada Rosululloh saw sebagaimana (baiat -untuk-) hakim”, akan tetapi pendapat ini ditolak dengan (adanya) baiat aqobah yang terjadi dan Rosululloh saw tidak henti-hentinya meramut jamaah muslimin yang tidak ada baginya bumi (wilayah-daerah kekuasaan) dan tidak pula kekuasaan.
وَإِذَا كَانَتِ الْإِمَارَةُ فِي السَّفَرِ وَاجِبَةٌ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ” _قَالَ نَافِعٌ فَقُلْنَا لأَبِى سَلَمَةَ فَأَنْتَ أَمِيرُنَا_ (أبو داود رقم 2609) أَقُوْلُ : إِذَا كَانَ هَذَا فِي السَّفَرِ فَكَيْفَ بِدَعْوَةٍ تُرِيْدُ أَنْ تُعِيْدَ دِيْنَ اللَّهِ إِلَى الْأَرْضِ مِنْ جَدِيْدٍ “إِنْ شَاءَ اللَّهُ” ؟ أَفَلَا تَكُوْنُ الْإِمَارَةُ أَوْجَبَ وَالْعَهْدُ عَلَى الطَّاعَةِ أَوْلَى ؟
Dan ketika kepemimpinan (keamiran/keimaman) dalam perjalanan adalah wajib, karena sabdanya saw “ketika tiga orang dalam bepergian maka hendaklah mereka menjadikan salah satu mereka -sebagai- amir/imam/pemimpin. Nafi berkata, aku katakan kepada Abi Salamah : maka engkau lah amir kami” (HR. Abu dawud no. 2609) aku katakan : ketika ini adalah dalam perjalanan, lalu bagaimana dengan dakwah yang menghendaki agar agama Alloh kembali ke muka bumi dari baru ( sebagaimana pada zaman Nabi saw) ” “‘ in sya Alloh “‘
وَقَالَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ أَبُو الْمَعَالِي الْجُوَيْنِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ : أَمَّا أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَوُا الْبَدَارَ إِلَى نَصْبِ الْإِمَامِ حَقًّا، وَتَرَكُوْا بِسَبَبِ التَّشَاغُلِ بِهِ تَجْهِيْزَ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَفْنَهُ مَخَافَةً تَتَغَشَّاهُمْ هَاجِمَةُ مِحْنَةٍ (غياث الأمم في التياث الظلم ص:55)
Imam Haromain, Abu Ma’aliy al-Juwainiy rohimahulloh, mengatakan : adapun para sahabat Rosululloh saw, mereka melihat bersegera pada menegakkan (mengangkat) imam adalah haq (benar-wajib), dan mereka meninggalkan – dengan sebab kesibukan menegakkan (mengangkat) imam – pengurusan jenazah Rosululloh saw dan pemakamannya, karena takut cobaan yang sangat berat akan menimpa (meliputi) mereka.
وَقَالَ أَيْضًا :
Dan ia mengatakan pula :
فَإِذَا تَقَرَّرَ وُجُوْبُ نَصْبِ الْإِمَامِ ، فَالَّذِيْ صَارَ إِلَيْهِ جَمَاهِيْرُ الْأَئِمَّةِ أَنَّ وُجُوْبَ النَّصْبِ مُسْتَفَادٌ مِنَ الشَّرْعِ الْمَنْقُوْلِ غَيْرَ مُتَلَقِّى مِنْ قَضَايَا الْعُقُوْلِ (غياث الأمم في التياث الظلم ص:56)
Maka ketika wajibnya menegakkan (mengangkat) imam telah tetap, maka yang para imam jumhur condong kepadanya adalah bahwa sesungguhnya wajibnya menegakkan (keimaman/keamiran) adalah mengambil faedah dari syari’at yang manqul bukan hasil dari hukum secara akal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar