KEUTAMAAN ASYURA
Dalam kitab Fat_hul Mu’in diterangkan:
وَ ) يَوْمُ ( عَاشُوْرَاءَ ) وَهُوَ عَاشِرُ الْمُحَرَّمِ لِأَنَّهُ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ كَمَا فِيْ مُسْلِمٍ
Dan disunnahkan mu`akkad berpuasa Asyura.
Asyura ialah hari kesepuluh Muharram.
Karena berpuasa Asyura menghapus tahun yang lewat sebagaimana dalam shahih Muslim
وَتَاسُوْعَاءَ ) وَهُوَ تَاسِعُهُ لِخَبَرِ مُسْلِمٍ لَئِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ
فَمَاتَ قَبْلَهُ
Dan disunnahkan mu`akkad berpuasa Tasu’a.
Tasu`a ialah hari kesembilan Muharram.
Karena khabar Imam Muslim:
“Sungguh jika aku masih hidup hingga tahun depan , sungguh-sungguh aku akan berpuasa di hari kesembilan.”
Baliau wafat sebelumnya.
وَالْحِكْمَةُ مُخَالَفَةُ الْيَهُوْدِ وَمِنْ ثَمَّ سُنَّ لِمَنْ لَمْ يَصُمْهُ صَوْمُ الْحَادِيَ عَشَرَ بَلْ إِنْ صَامَهُ لِخَبَرٍ فِيْهِ
Hikmah berpuasa Tasu’a bersama Asyura adalah menselisihi yahudi.
Oleh karenanya bagi orang yang tidak berpuasa Tasu’a agar berpuasa hari kesebelas, bahkan seandainya dia berpuasa Tasu’a (juga disunnahkan berpuasa hari kesebelas) karena adanya khabar (hadits) didalamnya
وَفِي الْأُمِّ لَا بَأْسَ أَنْ يُفْرِدَهُ
Didalam kitab al Umm (diterangkan) :
Tidak apa-apa menyendirikan puasa Asyura
وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ وَالْغُسْلِ وَالتَّطَيُّبِ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَمِنْ وَضْعِ الْكَذَّابِيْنَ
Adapun hadits-hadits (yang menerangkan) keutamaan bercelak, mandi dan memakai wangi-wangian, itu adalah termasuk bikinan pendusta
Dalam kitab I’anatuththalibin dijelaskan:
( قَوْلُهُ وَأَمَّا أَحَادِيْثُ الْإِكْتِحَالِ إِلَخْ )
Ucapan Mushannif:
Adapun hadits-hadits (yang menerangkan keutamaan bercelak…dst)
فِي النَّفَحَاتِ النَّبَوِيَّةِ فِي الْفَضَائِلِ الْعَاشُوْرِيَّةِ لِلشَّيْخِ اَلْعَدَوِيِّ مَا نَصُّهُ
Didalam kitab An Nafahat An Nabawiyyah Fil fadha`il Al ‘Asuriyyah karya Syeikh Al ‘Adawi ditulis:
قَالَ الْعَلَّامَةَ اَلْأَجْهُوْرِيُّ أَمَّا حَدِيْثُ الْكَحْلِ فَقَالَ الْحَاكِمُ إِنَّهُ مُنْكَرٌ وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ إِنَّهُ مَوْضُوْعٌ بَلْ قَالَ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ إِنَّ الْإِكْتِحَالَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمَّا صَارَ عَلَامَةً لِبُغْضِ آلِ الْبَيْتِ وَجَبَ تَرْكُهُ
Al Allamah al Ajhuri berkata: Adapun hadits bercelak, Imam Hakim berkata bahwa itu hadits munkar. Sementara Imam Ibnu Hajar berpendapat itu hadits maudhu’.
Bahkan sebagian ulama Hanafiyyah berkata, sesungguhnya bercelak pada hari Asyura, karena menjadi tanda kebencian kepada Alul bait maka wajib ditinggalkan
قَالَ وَقَالَ الْعَلَّامَةُ صَاحِبُ جَمْعِ التَّعَالِيْقِ يُكْرَهُ الْكَحْلُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّ يَزِيْدَ وَابْنَ زِيَادٍ اِكْتَحَلَا بِدَمِ الْحُسَيْنِ هَذَا الْيَوْمَ وَقِيْلَ بِالْإِثْمِدِ لِتَقَرَّ عَيْنُهُمَا بِفِعْلِهِ
Al Allamah Shahib kitab Jam’utta’aliq berkata:
Dimakruhkan bercelak pada hari Asyura, karena Yazid dan Ibnu Ziyad, mereka berdua bercelak dengan darah Al Husain pada hari ini (hari Asyura) , ada yang mengatakan mereka bercelak dengan itsmid, tujuan mereka berdua agar senang melihat perbuatannya itu
قَالَ الْعَلَّامَةُ اَلْأَجْهُوْرِيُّ وَلَقَدْ سَأَلْتُ بَعْضَ أَئِمَّةِ الْحَدِيِثِ وَالْفِقْهِ عَنِ الْكَحْلِ وَطَبْخِ الْحُبُوْبِ وَلُبْسِ الْجَدِيْدِ وَإِظْهَارِ السُّرُوْرِ فَقَالَ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ وَلَا اِسْتَحَبَّهُ أَحَدٌ مِنْ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَكَذَا مَا قِيْلَ إِنَّهُ مَنْ اِكْتَحَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَرْمَدْ ذَلِكَ الْعَامَ
وَمَنْ اِغْتَسَلَ يَوْمَهُ لَمْ يَمْرَضْ كَذَلِكَ
Al Al Allamah Al Ajhuri berkata: Sungguh aku telah bertanya sebagian imam hadits dan fiqh mengenai bercelak, memasak biji-bijian, memakai pakaian baru, menampakkan kegembiraan, beliau menjawab: Dalam hal-hal tersebut tidak diriwayatkan hadits yang shahih dari Nabi shallallaahu alaihi wasallam, dan juga tidak dari para shahabat, dan juga tidak ada satupun imam-imam muslimin yang menyunnahkannya.
Demikian juga apa yang dikatakan:
“Barang siapa bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit matanya”
dan:
"Barang siapa mandi pada hari Asyura maka dia tidak akan sakit”
قَالَ وَحَاصِلُهُ أَنَّ مَا وَرَدَ مِنْ فِعْلِ عَشْرِ خِصَالٍ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَصِحَّ فِيْهَا إِلَّا حَدِيْثُ الصِّيَامِ وَالتَّوْسِعَةِ عَلَى الْعِيَالِ وَأَمَّا بَاقِي الْخِصَالِ الثَّمَانِيَةِ فَمِنْهَا مَا هُوَ ضَعِيْفٌ وَمِنْهَا مَا هُوَ مُنْكَرٌ مَوْضُوْعٌ
وَقَدْ عَدَّهَا بَعْضُهُمْ اِثْنَتَيْ عَشْرَةَ خَصْلَةً وَهِيَ اَلصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَالصَّدَقَةُ وَالْإِغْتِسَالُ وَالْإِكْتِحَالُ وَزِيَارَةُ عَالِمٍ وَعِيَادَةُ مَرِيْضٍ وَمَسْحُ رَأْسِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى الْعِيَالِ وَتَقْلِيْمُ الْأَظْفَارِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ أَلْفَ مَرَّةٍ
Al Allamah Al Ajhuri berkata:
Walhasil, apa yang diriwayatkan berupa amalan sepuluh macam pada hari Asyura tidak ada yang shahih kecuali hadits berpuasa dan memberi kelonggaran atas keluarga.
Adapun yang lainnya ada yang dhaif. Munkar dan maudhu’.
Ulama menghitungnya menjadi dua belas macam, yaitu:
1. Shalat
2. Berpuasa
3.Silaturrahim
4. Bersedekah
5. Mandi
6. Bercelak
7. Mengunjungi orang alim
8. Menjenguk orang sakit
9. Mengusap kepala anak yatim
10. Memberi kelonggaran atas keluarga
11. Memotong kuku
12. Membaca surat Al Ikhlash seribu kali,
Dari kitab Al Ghunyah Lithaalibii Thariiqil Haqqi ‘Azza Wa Jalla, karya Syaikh ‘Abdul Qadir bin Abi Shalih al Jilani (wafat tahun 561 H) juz II halaman 90 s/d 92, cetakan Daar al Kutub al ‘Ilmiyyah, Beirut Lebanon:
فَصْلٌ) وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ فِيْ تَسْمِيَتِهِ بِيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ
(Fashal)
Ulama –rahimahumullaah- berbeda pendapat mengenai dinamakannya hari Asyura
فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ إِنَّمَا سُمِّيَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ يَوْمٍ مِنْ أَيَّامِ الْمُحَرَّمِ
Mayoritas ulama mengatakan bahwasanya dinamakan hari Asyura karena hari tersebut merupakan hari kesepuluh Muharram
قَالَ بَعْضُهُمْ : إِنَّمَا سُمِّيَ عَاشُورَاءَ لِأَنَّهُ عَاشِرُ الْكَرَامَاتٍ الَّتِيْ أَكْرَمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذِهِ الْأُمّةَ بِهَا وَهِيَ
Sebagian Ulama berpendapat dinamakan Asyura karena hari itu merupakan kesepuluhnya karamah yang mana Allah memulyakan umat ini dengannya.
Kesepuluh karamah tersebut ialah:
أَوَّلُهَا رَجَبٌ وَهُوَ شَهْرُ اللهِ تَعَالَى الْأَصَمُّ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ هَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأُمَم
Pertama
RAJAB
Rajab adalah bulan Allah yang Ashamm (yang tuli, maksudnya dalam bulan Rajab tidak terdengar hiruk-pikuknya peperangan)
Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya umat ini atas semua umat
اَلثَّانِيَةُ شَهْرُ شَعْبَانَ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُورِ كَفَضْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ
Kedua
Bulan SYA’BAN
Keutamaan bulan Sya’ban atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam atas nabi-nabi lain
وَالثَّالِثَةُ شَهْرُ رَمَضَانُ وَفَضْلُهُ عَلَي سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ تَعَالَي عَلَى خَلْقِهِ
Ketiga
Bulan RAMADHAN
Keutamaan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya seperti utamanya Allah Ta’ala atas makhluq_Nya
وَالرَّابِعَةُ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَهِيَ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Keempat
LAILATUL QADAR
Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan
وَالْخَامِسَةُ يَوْمُ الْفِطْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْجَزَاءِ الْأَوْفَي
Kelima
Hari FITHRI
Hari fitri (hari raya Fitri) adalah hari jaza` (pembalasan) yang sempurna
وَالسَّادِسَةُ أَيَّامُ الْعَشْرِ وَهِيَ أَيَّامُ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَي
Keenam
Hari-hari Sepuluh (maksudnya sepuluh awal bulan Dzul Hijjah)
Hari-hari sepuluh adalah hari berdzikir kepada Allah Ta'ala
وَالسَّابِعَةُ يَوْمُ عَرَفَةَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ
Ketujuh
Hari ARAFAH
Puasa hari Arafah adalah kaffarat dua tahun
وَالثَّامِنَةُ يَوْمُ النَّحْرِ وَهُوَ يَوْمُ الْقُرْبَانِ
Kedelapan
Hari NAHR (Iedul adha)
Hari Nahr adalah hari Qurban
وَالتَّاسِعَةُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ سَيِّدُ الْأَيَّامِ
Kesembilan
Hari JUMAT
Hari Jumat adalah sayyidul ayyaam
وَالْعَاشِرَةُ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَصَوْمُهُ كَفَّارَةُ سَنَةٍ
Kesepuluh
Hari ASYURA
Puasa hari Asyura adalah kaffarat satu tahun
فَلِكُلِّ وَقْتٍ مِنْ هَذِهِ الْأَوْقَاتِ كَرَامَاتٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى لِهَذِهِ الْأُمَّةِ تَكْفِيرًا لِذُنُوبِهِمْ ، وَتَطْهِيرًا لِخَطَايَاهُمْ
(Dengan demikian), maka setiap waktu ini mempunyai karamah yang dijadikan oleh Allah Ta’ala bagi umat ini sebagai penebus dosa-dosa mereka dan mensucikan kesalahan-kesalahan mereka
فَصْلٌ) وَاخْتَلَفُوْا فِيْ أَيِّ يَوْمٍ هُوَ مِنَ الْمُحَرَّمِ
(Fashal)
Ulama berbeda pendapat mengenai pada hari keberapa Asyura pada bulan Muharram
فَقَالَ أَكْثَرُهُمْ اَلْيَوْمُ الْعَاشِرُ مِنَ الْمُحَرَّمِ وَهُوَ الصَّحِيْحَ لِمَا تَقَدَّمَ
Mayoritas ulama berpendapat bahwa Asyura adalah hari kesepuluh bulan Muharram
Itu adalah yang shahih, karena keterangan yang lalu
وَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ الْحَادِيَ عَشَرَ مِنْهُ
Sebagian Ulama mengatakan: Asyura ialah hari kesebelas (tanggal sebelas) Muharram
وَنُقِلَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهُ التَّاسِعُ مِنْهُ
Dan dinukil dari Aisyah –radhiyallaahu ‘anhaa- , bahwasanya Asyura adalah hari kesembilan (tanggal sembilan) Muharram
وَعَنِ الْحَكِيْمِ بْنِ الْأَعْرَجِ أَنَّهُ سَأَلَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ أَيِّ يَوْمٍ يُصَامُ عَاشُوْرَاءُ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ صَائِمًا مِنْ تَاسِعِهِ
فَقُلْتُ أَكَذَلِكَ كَانَ يَصُوْمُهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قَالَ نَعَمْ
Dari al Hakiem bin al A’raj bahwasanya dia bertanya kepada Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa tentang hari keberapa dilakukan puasa Asyura ?
Ibnu Abbas menjawab: Jika kamu melihat hilal dari bulan Muharrom, hitunglah, kemudian pada hari kesembilannya, berpuasalah. Aku bertanya kembali: Apakah demikian nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan puasa Asyura? Ibnu Abbas menjawab: Ya
Catatan:diatas,
riwayat disebutkan dari al Hakiem bin al A’raj. Dalam Shahih Muslim (3/151, maktabah syamilah) riwayat dari al Hakam bin al A’raj
Berikut sanad dan matannya:
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعُ بْنُ الْجَرَّاحِ عَنْ حَاجِبِ بْنِ عُمَرَ عَنِ الْحَكَمِ بْنِ الأَعْرَجِ قَالَ انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِى زَمْزَمَ فَقُلْتُ لَهُ أَخْبِرْنِى عَنْ صَوْمِ عَاشُورَاءَ. فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلاَلَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ وَأَصْبِحْ يَوْمَ التَّاسِعِ صَائِمًا. قُلْتُ هَكَذَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُهُ قَالَ نَعَمْ.
Wallaahu A’lam
فَصْلٌ) وَنَذْكُرُ مِنْ فَضَائِلِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَنَّ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قُتِلَ فِيْهِ
(Fashal)
Kami akan menuturkan sebagian dari fadhilah hari Asyura.
Sesungguhnya al Husain bin Ali –radhiyallaahu ta’alaa ‘anhumaa- dibunuh didalam hari Asyura
رُوِيَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ مَنْزِلِيْ إِذْ دَخَلَ عَلَيْهِ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَطَالَعْتُهُمَا مِنَ الْبَابِ وَإِذَا اَلْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى صَدْرِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَبُ وَفِيْ يَدِ النَّبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةٌ مِنْ طِيْنٍ وَدُمُوْعُهُ تَجْرِيْ
Diceritakan dari Ummi Salamah –radhiyallaahu ‘anhaa- beliau berkata:
Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam didalam rumahku, tiba-tiba masuklah Husain radhiyallaahu ‘anhu kepada beliau. Maka aku memandang keduanya dari pintu.
Saat itu Husain radhiyallaahu ‘anhu bermain-main diatas dada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, sementara ditangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ada sebongkah tanah, dan air mata beliau mengalir
فَلَمَّا خَرَجَ الْحُسَيْنُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَخَلْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ طَالَعْتُكَ وَفِيْ يَدِكَ طِيْنَةٌ وَأَنْتَ تَبْكِيْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيْ لَمَّا فَرِحْتُ بِهِ وَهُوَ عَلَى صَدْرِيْ يَلْعَبُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَنَاوَلَنِيْ اَلطِّيْنَةَ الَّتِيْ يُقْتَلُ عَلَيْهَا فَلِذَلِكَ بَكَيْتُ
Dan ketika Husain radhiyallaahu ‘anhu sudah keluar, maka akupun masuk kepada beliau, maka aku berkata: “Dengan bapakku dan dengan ibuku (kalimat penebusan. Pen) aku melihat engkau, ditangan engkau ada tanah sambil engkau menangis, maka beliaupun bersabda kepadaku: “Ketika aku bersuka-cita dengannya sementara dia diatas dadaku sambil bermain-main, maka datanglah Jibril ‘alaihissalaam kepadaku. Dia memberiku tanah yang mana dia akan dibunuh diatasnya, maka karena itulah aku menangis.
(Tambahan dari Penulis)
Dalam kitab Nuuruzhzhalaam karya Syeikh Nawawi al Bantani halaman 35
وَرُوِيَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطَاهَا اَلْقَارُوْرَةَ الَّتِيْ فِيْهَا تُرْبَةُ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ وَتُركِتْ عِنْدَهَا
Diceritakan, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberinya (Ummu Salamah) sebuah botol yang didalamnya ada tanah tempat dibunuhnya Husain. Botol tersebut ditinggalkan disisinya
وَذَلِكَ لَمَّا جَاءَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيْلُ وَأَخْبَرَهُ أَنَّ الْحُسَيْنَ مَقْتُوْلٌ فِي هَذَا التُّرَابِ وَأَرَاهُ مِنْ تُرْبَةِ الْأَرْضِ الَّتِيْ يُقْتَلُ فِيْهَا وَشَمَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ التُّرَابَ فَقَالَ وَيْحَ كَرْبَلَاءَ وَقَالَ لَهَا إِذَا صَارَ هَذَا التُّرَابُ دَمًا فَقَدْ قُتِلَ اِبْنِيْ اَلْحُسَيْنُ
Hal itu adalah ketika Jibril mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dia mengkhabarkan beliau bahwasanya Husain akan dibunuh diatas tanah ini, dan dia (Jibril) memperlihatkan kepada beliau dari tanahnya bumi dimana Husain akan dibunuh diatasnya, dan beliaupun mencium tanah tersebut seraya berkata: “Celaka Karbala !”
Dan beliau berkata kepada Ummu Salamah: “Jika tanah ini sudah menjadi darah, maka anakku, Husain dibunuh.”
فَانْتَبَهَتْ وَقَالَتْ لِجَارِيَتِهَا اِذْهَبِيْ إِلَى السُّوْقِ فَانْظُرِيْ مَا الْخَبَرُ فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا الْجَارِيَةُ وَقَالْتْ قُتِلَ الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Dan (ketika dilihatnya tanah menjadi darah) maka terperanjatlah Ummu Salamah. Dia berkata kepada budak perempuannya: “Pergilah engkau kepasar. Lihatlah ada berita apa (disana).”. (diapun pergi kepasar) dan pulanglah dia ke Ummu Salamah. Dia berkata: Husain bin Ali radhiyallaahu ‘anhu dibunuh.”
Selesai kutipan dari kitab:
اَلْغُنْيَةُ لِطَالِبِيْ طَرِيْقِ الْحَقِّ عَزَّ وَجَلَّ
Karya Sulthanul Auliya Asy Syaikh ‘AbdulQaadir al Jiilani
radhiyallaahu ‘anhu...
الله اعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar