Negeri yang Makmur dan Negeri Penuh Musibah
Orang yang durhaka dan enggan taat selalu tertimpa rasa takut, khawatir dan rizki yang sulit. Beda halnya dengan orang yang beriman dan bertakwa. Maka lihatlah bagaimana suatu negeri ditimpa berbagai krisis, bencana dan musibah, sebab utama adalah karena mereka durhaka pada Allah. Bentuk kedurhakaan terbesar adalah mulai dari perbuatan syirik. Begitu juga termasuk di dalamnya adalah mudahnya meninggalkan shalat. Itulah yang terjadi pada suatu negeri jika mereka semakin jauh dari Allah, musibah demi musibah akan menerpa mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).
Permisalan di atas ditujukan pada penduduk Makkah. Dahulu mereka hidup dalam keadaan aman, tentram dan melimpah berbagai rizki yang bisa dipanen di sekitarnya. Siapa pun yang masuk ke dalamnya akan merasakan aman. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lainnya,
وَقَالُوا إِنْ نَتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا أَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَهُمْ حَرَمًا آَمِنًا يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِزْقًا مِنْ لَدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami”. Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al Qashsash: 57).
Yang dimaksud dalam ayat yang kita kaji adalah sebelumnya Allah memberi rizki yang mudah. Itulah yang dimaksud dengan roghodaa’, yaitu rizki diberi penuh kemudahan.
Ketika mereka kufur pada nikmat Allah, yaitu enggan taat pada-Nya dan gemar bermaksiat, akhirnya Allah menimpakan rasa takut (khawatir) dan kelaparan pada mereka. Padahal sebelumnya, mereka diberikan nikmat yang besar, rasa aman, buah-buahan yang diperoleh begitu mudah dan rizki yang melimpah. Sebab kesengsaraan dan kesusahan ini itulah yang disebutkan dalam ayat selanjutnya,
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ
“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113). Jadi sebab mereka mendapatkan musibah adalah karena durhaka pada Rasul.
Dari sini, ada pelajaran penting bahwa ketentraman dan terangkatnya berbagai musibah adalah dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan perintah Allah yang terbesar adalah mentauhidkan-Nya. Adapun larangan terbesar adalah berbuat kesyirikan.
Moga Allah menganugerahkan kita sifat iman nan takwa dan menjadikan negeri penuh rasa aman serta didatangkan rizki melimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar