"MEWASPADAI SETRATEGI SETAN"
Sejak awal Allah SWT mengingatkan bahwa ada musuh nyata bagi manusia bernama syaitan. “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. ” (QS. Al-Baqarah: 168)
Sejak awal pula secara terang terangan setan telah mendeklarasikan diri untuk menyesatkan seluruh manusia. "Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan-Mu! Aku akan menyesatkan manusia semuanya.’" (QS. Shâd:82)
Setiap ada kebaikan maka setan berupaya mengahalang-halangi dengan berbagai upaya agar manusia menjauhi kebenaran itu. “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).”
(QS.Al-An’am: 112).
Di antara upaya setan itu sebagaimana dalam ayat diatas, menipu manusia dengan memutar balikan fakta antara kebenaran dan kebatilan. Ibnu Qayyim menyebutnya "Talbisul Iblis" atau penyamaran iblis.
Agar manusia mengingkari kebanaran (al hak) dan tertarik dengan keburukan (al bathil), "Yaraunal haqqa bathilan wayaraunal bathila haqqan."
Setrategi penyesatan setan tersebut
antara lain;
Pertama. "Tahsinal al bahtil", mencitrakan baik terhadap kebathilan. Setan membuat framming dan narasi indah tentang kebatilan sehingga banyak manusia tergoda dan terperangkap.
Ketika Adam dan Hawa di Surga, mereka bebas bersenang- senang dan memakan apa saja yang ada kecuali mereka dilarang menyentuh sebuah pohon (syajarah).
Setan mendekati Adam dan Hawa membisiki mereka dengan narasi indah tentang pohon tersebut, bahwa jika Adam dan Hawa menyentuhnya, memakan buahnya maka mereka akan mendapat kehidupan abadi (Al khaldi) di surga dan meraih kerajaan (al mulki) yang tak akan runtuh.
Akhirnya Adam dan Hawa pun tergoda untuk mencicipi buah pohon tersebut yang mengakibatkan keduanya terusir dari Surga.
"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan mengatakan" Maukah aku tunjukan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa ?" (Q.S .Thaha : 120).
Dewasa ini era sekularisme yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan.
Dengan alasan
Demokrasi menolak diterapkannya hukum syariat. Dengan narasi HAM dan Kebebasan mendukung berkembangnya Seks bebas dan kaum LGBT, bahkan di beberapa negara atas nama kebebasan melindungi penghinaan dan pelecehan terhadap agama. Berbungkus moderasi pencampuradukan agama digalakan.
Atas nama toleransi beragama aliran sesat dan menyimpang dilindungi dan dibiarkan berkembang.
Semuanya nampak seakan indah, modern dan berperadaban. Padahal menyesatkan manusia dan membawa malapetaka kehidupan.
Langkah penyesatan setan
Kedua adalah :
"Taqbihul haq" atau stigmatisasi terhadap kebenaran (al Haq). Kebenaran dicitraburukan menjadi suatu yang rendahan, ketinggalan zaman atau suatu yang menakutkan bahkan sebuah kejahatan.
Rasulullah dan para pengikutnya disebut kelompok sufaha, tak punya wawasan.
Rasul sendiri disebut majnun (berfikir irasional), kahin (paranormal yang suka meramal masa depan), sahir (berbicara halusinasi), bahkan disebut abtar (orang yang tidak punya masa depan) dll.
Semua itu agar manusia menjauhi dakwah Rasulullah SAW. "Apabila dikatakan kepada mereka," berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman ". Mereka berkata, " Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang bodoh (sufaha) beriman ? " Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidakmengetahuinya ," (Q.S. Al-Baqarah : 13).
Saat ini, umat Islam diintimidasi dengan istilah-istilah yang menakutkan.
Radikal, ekstrimis, bahkan teroris disematkan kepada mereka yang taat menjalankan agama, aktivis masjid, hafidz Qur'an, para penggerak penegakan syariat Islam.
Upaya stigmatisasi, pencitraburukan kebenaran bertujuan melahirkan sikap islamophobia; sikap benci, sinis pada Islam, agar manusia menjauhi kebenaran itu, menjauhi tuntunan Nabi, menjauhi syari'at Islam dan menjauhi petunjuk al-Qur'an.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup" (Q.S. Al-Baqarah:217).
Demikianlah strategi setan baik dari kalangan jin maupun manusia yang berupaya menyesatkan dari jalan kebenaran.
Allahu A'lam Bishawab.