Kalifah Umar Bin Khattab ra,
Belajar Dari Umar Bin Khattab
BELAJAR DARI UMAR BIN KHATTAB Kisah ini sebagai sebuah cerminan bagi kita bahwa masa lalu yang kelam tidak menyurutkan seseorang untuk menjadi sosok baru yang memiliki kemuliaan yang utama di sisi Allah SWT. Seburuk apapun masa lalu kita selagi ada kesempatan mari kita gunakan untuk berbakti kepada Allah SWT. Setidaknya untuk menebus segala dosa kita. Semoga Allah berkenan menghapus segala dosa kita dan memberikan ampunan-Nya. Aamiiin Umar adalah putera dari Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza. Nama lengkap ayahnya adalah Khattab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi. Ibu bernama lengkap Hantamah binti Hasyim. Umar merupakan salah seorang pemuda kota Makkah yang terkenal dengan kekuatannya. Dia salah seorang yang ditakuti karena wataknya yang keras dan tukang berkelahi yang handal. Berulang kali dia menjadi juara gulat di kota Makkah mengalahkan jagoan dari kabilah lain. Kehidupan Umar sebelum masuk Islam sama seperti kehidupan umumnya warga Makkah yang menyembah berhala. Bahkan ia pun mengikuti tradisi warga Makkah saat itu yang menganggap memiliki anak wanita adalah sesuatu Aib bagi keluarga. Sehingga ia pun pernah memendam hidup-hidup anak wanitanya di dalam tanah. Tradisi jahiliyah lain ysng dilakukan Umar adalah gemar minum khamr, minuman keras. Sebagai lelaki, malu baginya jika tidak menenggak khamr di hadapan lelaki lain. SENTUHAN HIDAYAH  Umar bin Khattab adalah salah seorang yang keras permusuhannya kepada Nabi Muhammad saw. Begitu kuat hasratnya untuk membunuh beliau. Pada suatu malam Umar mendapati Rasul tengah berjalan menuju Ka’bah. Peluang ini tak di sia-siakan oleh Umar dan mengikuti Rasul sampai ke hadapan Ka’bah. Di depan salah satu pintu Ka’bah Rasul shalat. Umar masuk ke dalam Ka’bah melalui pintu satunya yang saling bertolak belakang. Umar pun membuka pintu yang ada di hadapan Rasul. Kini Umar dan Rasul hanya terpisah dengan selembar kain penutup Ka’bah. Pedang sudah erat digenggam Umar. Sorot matanya tajam. Tapi alunan ayat Al Quran yang dibaca Rasul begitu mempesona hati Umar. Pada saat itu Rasul membaca surat Al Haaqqah. Umar menyimak bacaan itu. Sampai pada ayat ke 40, Umar bergumam dalam hatinya, “Kalimatnya seperti syair yang indah”. Maka saat itu pula Allah SWT menjawab melalui ayat ke 41, Al Haaqqah: 41. “Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. sedikit sekali kamu beriman kepadanya.” Terkejut Umar, “Hei, mengapa ia tahu isi hatiku. Apakah ini sebuah sihir?” Lagi-lagi Allah SWT menjawab dengan firmannya, Al Haaqqah: 42. “Dan bukan pula perkataan tukang sihir. sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.” Umar meski berwatak keras, namun hatinya menyimpan kelembutan. Maka jawaban firman Allah itu melunakkan emosi Umar dan ia urung membunuh Rasul malam itu. Pada suatu hari, orang-orang kafir Quraisy bermusyawarah untuk menentukan siapakah di antara mereka yang bersedia membunuh Rasulullah. Umar segera menyahut, “Saya siap melakukannya!” Semua orang Quraisy yang hadir di pertemuan itu berkata, “Ya, memang engkaulah yang pantas melakukannya!” Sambil menghunuskan pedang, Umar segera melangkah menuju kediaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Dalam perjalanan dia berpapasan dengan salah seorang dari Kabilah Zuhrah, yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas. Sa’ad bertanya kepada Umar,“Umar, engkau akan pergi ke mana?” “Saya akan membunuh Muhammad!” Jawab Umar Sa’ad berkata, “Jika demikian, Banu Hasyim, Banu Zuhrah dan Banu Abdi Manaf tidak akan berdiam diri atas perbuatanmu itu. Mereka pasti akan menuntut balas.” Mendengar ancaman seperti itu, Umar terkejut, lalu berkata, “Oh, nampaknya kamu pun telah meninggalkan agama nenek moyang kita. Kalau demikian, saya akan membunuhmu terlebih dahulu!”Sa’ad berkata, “Ya, saya memang telah masuk Islam.” Umar pun segera mencabut pedangnya. Sebelum bertarung dengan Umar, Sa’ad sempat berkata, “Lebih baik engkau mengurus keluargamu dulu, saudara perempuanmu dan suaminya juga telah memeluk Islam.” Tak terbayangkan kemarahan Umar ketika mendengar berita ini. la pun segera meninggalkan Sa’ad dan pergi menuju rumah saudara perempuannya. Ketika itu, di rumah saudara perempuan Umar ada sahabat Khabbab. Dengan menutup pintu dan jendela, suami istri itu membaca ayat-ayat al Quran. Umar mengetuk-ngetuk pintu sambil berteriak supaya dibukakan pintu. Mendengar suara Umar, Khabbab segera bersembunyi. Karena tergesa-gesanya, maka mushaf al Quran yang sedang mereka baca itu tertinggal. Ketika pintu dibukakan oleh saudara perempuan Umar. Umar memukul wajah saudara perempuannya itu sambil berkata, “Pengkhianat! Kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu!” Tanpa menghiraukan wajah saudara perempuannya yang berdarah, Umar masuk ke dalam rumah dan bertanya, “Apakah yang sedang kamu lakukan, dan siapakah orang yang suaranya aku dengar dari luar?” “Kami hanya berbincang-bincang ” jawab iparnya. Umar bertanya lagi, “Apakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyangmu dan memeluk agama baru itu?” Iparnya menjawab, “Bagaimana jika agama baru itu lebih baik dari agama dahulu?” Jawaban ini menyebabkan Umar marah dan memukul iparnya serta menarik-narik janggutnya sehingga wajahnya berlumuran darah. Saudara perempuannya segera melerai, namun ia pun dipukulnya sehingga wajahnya berdarah. Sambil menangis, saudara perempuannya berkata, “Wahai Umar! Kami dipukul hanya karena memeluk Islam. Kami bersumpah akan mati sebagai orang Islam. Terserah padamu, kamu mau melakukan apa saja terhadap kami.” Ketika kemarahannya mulai mereda, Umar merasa malu dengan perbuatannya terhadap saudara perempuannya itu. Tiba-tiba ia melihat mushaf-mushaf al Quran yang ditinggalkan oleh Khabbab tadi, lalu berkata, “Bagus, sekarang katakan, apa lembaran-lembaran ini.”“Kamu tidak suci, dan orang yang tidak suci tidak boleh menyentuh lembaran-lembaran ini” jawab saudara perempuannya. Pada awalnya Umar belum siap untuk bersuci, namun akhirnya ia bersedia untuk mandi dan berwudhu, kemudian membaca mushaf-mushaf al Quran itu, surat yang dibacanya adalah surat Thaha. Umar membaca surat itu dari awal hingga akhir. Kemudian Umar berkata, “Baiklah, sekarang antarkan aku menemui Muhammad.”Mendengar kata-kata Umar itu, Khabbab segera keluar dari persembunyiannya sambil berkata, “Wahai Umar, ada kabar gembira untukmu. Tadi malam Rasulullah berdo’a kepada Allah: “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar atau dengan Abu Jahal. Terserah kepada-Mu, siapa yang Engkau kehendaki.” Sepertinya Allah telah memilihmu untuk memenuhi permintaan Nabi.” Setelah peristiwa itu, Umar segera dipertemukan dengan Rasulullah pada hari Jumat shubuh dan memeluk Islam saat itu juga. UMAR DIJAMIN SURGA  Dalam Kitab karangan Syaikh Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah yang diterjemahkan dengan judul “Tamasya ke Surga” beliau menerangkan, Suatu ketika baginda Nabi berkisah tentang perjalanannya di surga pada saat Isra’ Mi’raj. “Ketika aku sedang berjalan-jalan di surga pada saat Isra’ Mi’raj, aku melihat sebuah Istana putih yang berkilauan dari kejauhan. Aku sangat tertarik dengan keindahannya dan mendekati istana tersebut. Ketika hendak memasukinya aku menahan diri dan bertanya sejenak kepada malaikat Jibril, “Wahai Jibril, istana siapakah yang indah berkilauan ini?” Aku berharap istana itu adalah milikku. Jibril menjawab, “Ini adalah istana yang Allah sediakan untuk salah seorang sahabatmu.” Terkejut diriku, “Siapakah dia Yaa Jibril?” “Sahabatmu Umar bin Khattab.” Jawab Jibril. Seketika itu aku mengurungkan niat untuk memasukinya. Aku malu memasuki istana yang bukan milikku. Umar yang mendengar penuturan baginda Nabi menangis, “Wahai Nabi, mengapa engkau harus malu pada orang seperti diriku?” Baginda Nabi meneruskan kisahnya. Lalu aku melihat sekumpulan bidadari sedang bercanda riang. Namun di antara mereka ada seorang bidadari yang tengah menyendiri dan wajahnya selalu tersipu malu. Aku bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, bidadari siapakah itu?” Jibril menjawab, “Itu adalah bidadari permintaan sahabatmu Umar. Allah sudah menyediakan baginya.” Subhanallah. Umar pun mengakui bahwa ia sering berdo’a agar diberikan bidadari surga yang berkulit hitam manis, bermata jelita dan pemalu. Demikianlah Umar bin Khattab, perubahannya yang drastis dari kejahiliyahan menuju keislaman total menjadikan ia dijamin masuk surga dan sudah pula disediakan baginya fasilitas di surga meski ia masih hidup di dunia ini. MEREKA BERKISAH TENTANG UMAR  Dia adalah Umar bin Khaththab bin Naufal bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdillah bin Qarth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai. Sedangkan ibunda beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin Al Mughirah bin Abdillah bin Amru bin Makhzum. Umar bin Khattab sendiri menyatakan keislamannya pada tahun keenam setelah Rasulullah diangkat sebagai Rasul Allah. 1) Namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau memeluk agama Islam pada tahun kelima setelah masa kerasulan Latar Belakang Umar Masuk Islam Dari Ibnu Umar radiyallohu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallohu ‘alaihi wassalam bersabda, “Ya Allah, kokohkanlah agama Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, yakni Umar bin Khaththab atau dengan Abu Jahal bin Hisyam.” Ternyata diantara kedua orang itu yang lebih dicintai adalah Umar bin Khaththab radiyallohu ‘anhu 2) Ciri-ciri Fisik Umar bin Khaththab Umar bin Khaththab radiyallohu ‘anhu adalah seorang laki-laki yang berkulit sangat putih dan terkesan kemerah-merahan. Berpostur tubuh tinggi dan botak dibagian depan kepalanya, memiliki bola mata sangat merah dan permukaan pipinya terkesan cekung. Wahab berkata, “Sifat Umar di dalam kitab Taurat disebutkan bahwa dia adalah tanduk yang terbuat dari besi seorang pemimpn yang sangat tegas.” Putra-Putri Umar Diantara putra-putri Umar bin Khaththab yang berasal dari istrinya yang bernama Zainab binti Mazh’un adalah Abdullah, Abdurrahman, Hafshah dan Ruqayyah. Dari istrinya yang bernama Ummu Kultsum binti Jarul adalah Zaid Al Ashgar dan Ubaidillah. Dari Istrinya yang bernama Jamilah hanya memilki satu orang putra yang bernama Ashim. Dari istrinya yang bernama Lahiyyah juga hanya seorang putra yang bernama Abdurrahman Al Ausath. Dari Istrinya yang merupakan Ummu Walad (hamba sahaya wanita yang digauli tuannya) juga membuahkan seorang putra yang bernama Abdurrahman Al Ashgar. Dari istrinya yang bernama Fakihah hanya mendapatkan seorang putri yang bernama Fatimah. Ayat Al Qur’an yang Turun Sesuai Ide Umar Dari Anas radiyallohu ‘anhu, dia berkata: Umar bin Khaththab radiyallohu ‘anhu berkata, “Ideku sesuai dengan (ayat) Tuhanku ‘Azza wa Jalla dalam tiga hal. Aku pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andai saja Anda menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat’. Maka diturunkan ayat Al Qur’an, ‘…Dan jadikanlah sebahagian Maqam Ibrahim tempat shalat…’(QS Al Baqarah(2):125. Aku pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang yang berkunjung kepada istri-istrimu itu ada yang baik dan ada pula yang durhaka. Andai saja Anda menyuruh mereka untuk memakai hijab’. Maka diturunkanlah ayat Al Qur’an tentang hijab. Para Istri Rasulullah juga pernah berkumpul karena cemburu kepada Rasulullah. Maka aku berkata, ‘ Andai saja Tuhannya Rasulullah menceraikan kalian kemudian menggantikan untuk beliau beberapa orang istri yang lebih baik dibandingkan dengan kalian’. Lalu turunlah ayat mengenai hal itu.”(HR. Bukhari-Muslim)3) Beberapa Hal Keutamaan Umar Menurut para ulama, ketika Umar memeluk agama Islam, maka agama Allah semakin kokoh. Dia juga melakukan hijrah secara terang-terangan dan ikut serta dalam perang Badar, Uhud dan beberapa peperangan lainnya. Dia merupakan Khalifah pertama yang dipanggil dengan julukan Amirul Mukminin, orang yang pertama kali menetapkan kalender Islam bagi kaum Muslimin, orang yang pertama kali mengkodifikasikan Al Qur’an dalam mushaf, orang pertama yanng mengadakan shalat tarawih berjamaah dan orang pertama yang melakukan ronda malam dalam menjalankan tugas kekhalifahannya. Dialah orang yang menentukan hukuman dengan pukulan tongkat, menaklukkan beberapa daerah baru, menetapkan pajak bagi kaum non-muslim, membuka kota-kota kosmopolitan, mengangkat para qadhi (hakim), membentuk berbagai departemen dan menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam di akhir ibadah haji yang dia tunaikan. 4) Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Pada umat-umat terdahulu ada beberapa orang reformis. Kalau reformis itu ada didalam umatku, maka Umar adalah orangnya.” (HR. Bukhari-Muslim) 5) Dari Sa’ad bin Abi Waqqash, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah bersabda kepada Umar, ”Demi Dzat yang menguasai jiwaku, tidak akan ada syetan yang bertemu denganmu disebuah jalan, kecuali dia akan memilih jalan lain yang tidak kamu lewati”.(HR. Bukhari-Muslim dalam kitab Shahihain) 6) Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Aku bermimpi melihat orang-orang tengah berkumpul disebuah dataran tinggi. Lalu Abu Bakar menarik satu atau dua timba besar berisi air. Ternyata, tarikannya ada yang tidak begitu kuat. Semoga Allah memberikan ampunan kepadanya. Kemudian Umar yang mengambil alih tarikan tersebut dengan begitu sigap dan kuat. Aku belum pernah melihat orang yang sesigap Umar sehingga dia bisa membuat orang-orang memberi minum hewannya sampai puas.”(Hadits ini disepakati shahih). 7) (Tafsir mimpi ini seputar kekhilafahan yang dipimpin oleh kedua orang Sahabat tersebut –pen). Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyampaikan hadits dengan bersabda sebagai berikut, ”Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi diberi segelas air. Lalu aku memimumnya sehingga sekujur tubuhku menjadi lega. Kemudian aku memberikan sisa air minum itu kepada Umar’. Para Sahabat bertanya, ‘Bagaimana Anda menakwilkan mimpi itu, wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘(Takwilan untuk air yang aku berikan kepada Umar) adalah ilmu pengetahuan’.” (Hadits ini disepakati shahih) 8) Awal Kekhalifahan Umar bin Khaththab Hamzah bin Amru berkata,”Abu Bakar radiyallohu ‘anhu meninggal dunia pada malam selasa tanggal 8 Jumadil Awal 13 H. Maka, Umar menggantikan kursi kekhalifahan pada pagi hari kematian Abu Bakar.” Dari Jami’ bin Syadad, dari ayahnya , dia berkata: Kalimat pertama yang diucapkan Umar ketika naik keatas mimbar (pelantikan sebagai khalifah) adalah, “Ya Allah, sesungguhnya aku ini orang yang keras, maka lunakkanlah aku! Sesungguhnya aku adalah orang yang lemah, kuatkanlah aku! Sesungguhnya aku adalah orang yang bakhil, maka jadikanlah aku orang yang dermawan.” 9) Perhatian Umar Terhadap Rakyat Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dia berkata: Aku pernah pergi ke pasar bersama-sama Umar radiyallohu ‘anhu. Lalu dia dibuntuti oleh seorang wanita muda. Wanita itu berkata,”Wahai Amirul Mukminin, suamiku telah meninggal dunia. Dia meninggalkan beberapa orang anak yang masih kecil. Demi Allah, bahkan mereka masih belum cakap mematangkan betis kambing. Mereka juga tidak memiliki persediaan makanan maupun hewan yang bisa diperah susunya. Oleh karena itu, aku sangat khawatir kalau berbuat zhalim terhadap mereka (karena tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka). Sedangkan aku sendiri adalah putri Khufaf bin Ima’ Al Ghiffari. Ayahku telah menjadi Syahid pada waktu hari Al Hudaibiyah. Pada waktu itu, ayahku ikut berjuang bersama-sama dengan baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar terdiam ketika mendengar laporan wanita itu dan tidak meneruskan perjalanannya. Dia berkata,”Selamat datang, wahai orang yang garis nasabnya masih dekat (dengan suku Quraisy)!” Kemudian beliau menghampiri seekor unta yang sangat kuat punggungnya, yang sedang diikat disebuah rumah. Lalu Umar meletakkan dua buah karung yang diisi penuh dengan bahan makanan. Dia juga menyediakan beberapa (uang) untuk nafkah, serta beberapa potong pakaian. Setelah itu, Umar menyerahkan tali kendali unta itu kepada wanita itu sambil berkata,”Tuntunlah unta ini!Unta ini tidak akan binasa sampai Allah melimpahkan kebaikan untuk kalian.” Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata,”Wahai Amirul Mukminin, Anda terlalu banyak menyerahkan pemberian kepada wanita itu.” Umar ganti berkata,”Celaka kamu ini!Demi Allah, sesungguhnya menurutku, ayah wanita ini dan juga saudara laki-lakinya telah ikut memblokir benteng (musuh) dimasa lampau. Mereka berdua juga telah ikut andil menaklukan benteng musuh tersebut. Namun pada pagi harinya, kita yang malah memungut harta rampasan perang yang menjadi jatah keduanya.” (HR.Bukhari) 10) Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Sekelompok pedagang telah datang. Mereka singgah disebuah tempat shalat. Maka Umar berkata kepada Abdurrahman, “Apakah kamu memiliki orang yang bisa mengamankan barang mereka dari pencurian pada malam ini?” Maka, Umar dan Abdurrahman bermalam di tempat itu untuk menjaga barang dagangan para pedagang tersebut. Mereka berdua melakukan shalat fardhu ditempat tersebut. Ternyata, Umar mendengar tangisan seorang anak kecil. Dia menghampiri anak tersebut sambil berkata kepada ibunya, “Bertaqwalah kamu kepada Allah, berbuatlah yang terbaik untuk anakmu!” Setelah itu, Umar kembali lagi ketempatnya semula. Namun kembali dia mendengar tangisan anak kecil. Dia pun menghampiri ibu anak tersebut sambil memberi nasihat seperti yang dia ucapkan pertama kali. Setelah itu, kembali lagi ke tempatnya semula. Tatkala malam sudah sangat larut, dia kembali mendengar suara tangisan anak kecil itu sehingga dia menghampiri ibu anak tersebut. Saat itu Umar berkata, “Celaka kamu! Menurutku kamu ini benar-benar seorang ibu yang tidak baik, sebab aku melihat anakmu tidak bisa merasa tenang pada malam ini.” Wanita itu berkata, “Wahai hamba Allah, kamu benar-benar membuatku merasa bosan pada malam ini! Sesungguhnya aku sedang berusaha menyapihnya. Namun anak itu malah tidak mau untuk disapih .” Umar bertanya, “memangnya kenapa?” Wanita itu menjawab, “Karena Umar tidak memberikan jatah waris kecuali kepada anak-anak yang telah disapih.” Umar bertanya, “Berapa usia anak itu?” Wanita itu menjawab, “Sekian bulan.” Umar berkata, “Celaka kamu, janganlah terburu-buru untuk menyapihnya!” Maka, Umar melakukan shalat Subuh dengan bacaan AL Qur’an yang tidak bisa didengar dengan jelas oleh orang-orang karena dia tidak bisa menahan tangis. Setelah shalat, Umar berkata, “Sungguh celaka Umar! Berapa banyak dia telah membunuh anak-anak kaum muslimin?” Kemudian Umar memerintahkan seseorang untuk menyeru, “Hendaklah kalian tidak terburu-buru menyapih anak-anak kalian, karena sesungguhnya kami akan memberikan jatah waris kepada setiap bayi yang terlahir dalam islam.” 11) Dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dia berkata: Umar melakukan puasa selama setahun. Memang tahun itu merupakan tahun kebinasaan (bagi kaum muslimin). Jika sore hari telah tiba, maka dia hanya diberi roti yang telah diremukkan dengan minyak. Sampai akhirnya pada suatu hari, orang-orang memotong seekor hewan. Orang-orang membagi-bagikan daging hewan tersebut. Mereka sengaja menyisakan daging bagian yang baik untuk Umar. Lalu potongan daging itu diberikan kepadanya, yakni daging bagian punuk dan hati. Maka Umar berkata, “Dari mana daging ini?” Orang-orang menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, daging ini berasal dari hewan yang telah kami potong pada hari ini.” Umar berkata, “Baik, namun pemimpin yang paling buruk adalah aku kalau sampai memakan daging yang paling baik dari hewan tersebut, sedangkan aku malah memberi orang-orang bagian tulang-belulang hewan itu. Jauhkanlah wadah makanan ini dariku!Beri saja saja aku hidangan selain makanan ini!” Lalu Umar diberi roti dengan minyak. Dia meremukkan roti itu dengan tangannya sendiri, kemudian dilarutkan kedalam minyak. Setelah itu Umar berkata, “Aduh, celaka wahai Yarfa!” angkatlah wadah makanan ini! Berikanlah makanan ini kepada aggota keluarga di kawasan Tsamgh, karena sesungguhnya aku belum mengunjungi mereka semenjak tiga hari terakhir ini! Aku kira mereka sedang kelaparan. Letakkan saja makanan ini dihadapan mereka!” 12) Sifat Zuhud Umar Dari Anas, dia berkata,”Pada bagian pakaian antara kedua pundak Umar ada tiga buah tambalan.” 13) Dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata: Hafshah telah berkata kepada Umar, Wahai Amirul Mukminin, andai saja Anda mengenakan pakaian yang lebih halus dibandingkan dengan pakaian Anda (sekarang ini) dan juga mengkonsumsi makanan yang lebih baik dari makanan yang Anda makan (sekarang ini). (Bukankah) Allah telah melapangkan rezeki dan memberikan banyak kebaikan!”Umar menjawab, “Sesungguhnya aku akan memusuhimu (kalau terus menganjurkanku melakukan hal itu). Tidakkah kamu ingat bahwa Rasulullah Sholalohu ‘alaihi wasallam senantiasa mengalami hidup yang sangat payah? Begitu juga dengan Abu Bakar?” Umar terus mengingatkan Hafshah hingga akhirnya putrinya itu menangis. Lalu Umar berkata kepadanya, “Ingatlah, demi Allah pasti aku akan menjalani hidupku seperti kehidupan mereka berdua yang sangat sulit! Mungkin saja aku akan mendapatkan kehidupan sejahtera seperti keduanya (di alam berikutnya).” (HR. Ahmad) Sifat Rendah Hati Umar Dari Abdullah bin Abbas radiyallohu ‘anhuma, dia berkata: Al Abbas memiliki sebuah saluran air yang melewati tanah milik Umar. Pada suatu hari Jum’at, Umar mengenakan pakaiannya. Sedangkan disisi yang lain, dua ayam milik al Abbas disembelih. Ketika saluran air tersebut penuh, maka dituangkanlah air yang telah bercampur dengan darah kedua ayam tersebut. Ternyata cairan itu mengenai pakaian Umar, maka Umar memerintahkan agar pakaian itu dilepas. Diapun kembali pulang kemudian melemparkan pakaiannya dan mengenakan pakaian yang lain. Setelah itu dia datang untuk mengimami orang-orang melakukan shalat jama’ah. Lalu dia didatangi oleh Al Abbas yang ketika itu berkata,”Demi Allah, sesungguhnya ada tempat yang biasa dipergunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meletakkan (sesuatu).” Maka Umar berkata kepada Al Abbas, “Aku bersumpah dengan nama Allah dihadapanmu, kamu panjat saja punggungku sehingga kamu bisa meletakkannya ditempat yang biasa dipergunakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (meletakkan sesuatu).” Maka Al Abbas melakukan hal itu. (HR. Ahmad) 14) Rasa Takut dan Tangisan Umar Karena Allah Dari Abdullah bin Amir, dia berkata: Aku melihat Umar bin Khattab mengambil sebatang tanaman dari tanaman dari tanah, lalu dia berkata, “Andai aku menjadi tumbuhan ini, andai aku tidak diciptakan, andai saja ibuku tidak melahirkanku, andai saja aku tidak menjadi sesuatu apapun dan andai saja aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.” 15) Dari Abdullah bin Isa, dia berkata, ” Di wajah Umar terdapat dua garis hitam yang membekas karena beliau terlalu banyak menangis.” 16) Aktivitas Ibadah Umar Dari Ibnu Umar radiyallohu ‘anhuma, dia berkata,” Umar tidak meninggal dunia sampai beliau telah menunaikan Ibadah puasa secara terus-menerus.” Dari Sa’id bin Al Musayyib, dia berkata, “Umar senang sekali melakukan Ibadah shalat ditengah malam, tepatnya dipertengahan malam.” Beberapa Kutipan Perkataan dan Nasihat Umar Dari Tsabit bin Al Hajjaj, dia berkata: Umar pernah berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab! Timbanglah (kualitas ibadah) diri kalian sebelum (amal perbuatan) kalian akan ditimbang!Karena, sesugguhnya proses hisab kalian akan lebih ringan apabila kalian telah menghisabnya sejak sekarang. Berhiaslah kalian untuk hari pertanggungjawaban yang sangat besar. (Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, ‘Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)’(Qs. Al Haaqqah(69):18) Dari Al Ahnaf, dia berkata, “Umar bin Khattab berkata kepadaku, ‘Wahai Ahnaf, barangsiapa yang terlalu banyak tertawa, maka wibawanya akan berkurang! Barangsiapa suka berkelakar, maka dia tidak akan dihargai. Barangsiapa sering melakukan sesuatu, maka dia akan dikenal dengan sesuatu itu. Barangsiapa terlalu banyak bicara, maka akan banyak kekhilafannya. Barangsiapa banyak kekhilafannya, maka akan sedikit rasa malunya. Barangsiapa sedikit rasa malunya, maka akan berkurang sifat wara’nya. Barangsiapa kurang sifat wara’nya, maka hatinya akan mati’.” Dari Wadi’ah Al Anshari, dia berkata, ” Aku pernah mendengar Umar bin Khattab menasihati seorang laki-laki sebagai berikut, ‘Janganlah kamu berbicara mengenai sesuatu yang tidak berarti bagimu, sehingga kamu menyebabkan pihak musuh mengetahui kelemahanmu! Berhati-hatilah kamu terhadap temanmu, kecuali seseorang yang dapat dipercaya! Sedangkan orang yang bisa dipercaya hanyalah orang yang takut kepada Allah. Janganlah kamu berjalan bersama orang yang durhaka sehingga dia akan mengajarkan perbuatan yang durhaka kepadamu! Janganlah kamu membiarkan dia mengetahui rahasiamu! Janganlah kamu bermusyawarah kecuali dengan orang yang takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla!” 17) Wafatnya Umar bin Khattab Dari Amru bin Maimum, 18) dia berkata: Sesungguhnya jarakku berdiri dengan Umar hanya dipisahkan oleh Abdullah bin Abbas pada pagi hari kematiannya. Jika dia lewat diantara dua shaf, maka dia berkata, “Luruskanlah barisan!” Sampai jika shaf shalat orang-orang sudah tidak terlihat ada yang luang, maka dia maju kedepan untuk bertakbir. Mungkin pada rakaat pertama hari itu dia membaca surah Yusuf atau An-Nahl, atau surah yang semisal dengannya. (Dia membaca surah sepanjang itu untuk menunggu) semua orang berkumpul. Sampai ketika Umar mengucapkan Takbir, maka aku mendengar kalau dia berkata, ”Ada orang yang membunuhku atau ada anjing yang menggigitku.” Dia ucapkan kalimat itu ketika sang pembunuh menikam tubuhnya. Lalu, ada orang kafir yang melintas dengan cepat sambil membawa pisau bermata dua. Dia juga menikam setiap orang yang dia lewati disebelah kanan dan kirinya. Jumlah orang yang terkena tikaman pisau orang kafir itu mencapai 13 orang, sedangkan yang sampai meninggal dunia ada 7 orang. Ketika ada seorang lelaki dari kalangan kaum muslimin melihat orang kafir tersebut, dia langsung melemparkan matel yang ada tudung kepalanya. Ketika orang Kafir tersebut merasa kalau dirinya tertangkap, maka dia langsung memotong lehernya sendiri. Umar meraih tangan Aburrahman bin Auf. Lalu Umar menyuruhnya untuk maju kedepan. Orang yang berada langsung dibelakang Umar pasti juga melihat peristiwa seperti yang aku saksikan. Sedangkan orang-orang yang berada di ujung masjid, mereka tidak tahu apa yang terjadi. Yang mereka ketahui hanya kehilangan suara Umar yang ketika itu menjadi imam. Oleh karena itulah mereka mengucapkan kalimat, ”Subhanallah, subhanallah” (sebagai peringatan bagi imam apabila melakukan kesalahan). Maka, ganti Abdurrahman bin Auf yang mengimami shalat orang-orang secara ringan. Ketika mereka usai menunaikan ibadah shalat, Umar berkata, “Wahai Ibnu Abbas, lihatlah! Siapakah yang berusaha membunuhku!” Ibnu Abbas pergi sejenak kemudian kembali datang sambil berkata, “Hamba sahaya, Al Mughirah.” Umar berkata, “Lelaki yang memiliki kemahiran kerajinan tangan?” Ibnu Abbas menjawab, “Benar.” Umar berkata, “Semoga Allah memeranginya. Sesungguhnya aku telah memerintahnya melakukan hal yang makruf. Namun, segala puji bagi Allah yang tidak menakdirkan kematianku berada ditangan seorang laki-laki yang mengaku dirinya memeluk agama Islam. Sungguh kamu dan ayahmu senang memperbanyak jumlah orang-orang kafir di Madinah.” Memang Al Abbas memiliki budak kafir yang jumlahnya sangat banyak. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Kalau memang Anda mau, maka aku akan melakukannya untuk Anda.” Maksudnya membunuh semua budak kafir itu. Namun Umar berkata, ” Kamu salah (kalau sampai membunuh mereka) setelah mereka bisa berbicara dengan bahasa kalian, telah mengerjakan shalat dengan menghadap kiblat kalian, dan telah menunaikan ibadah haji sesuai dengan ritual kalian.” Lalu Umar dibawa pulang ke rumahnya. Kami pun ikut pergi bersama-sama dengannya. Sepertinya, orang-orang belum pernah tertimpa sebuah musibah sedahdyat hari itu. Seseorang ada yang berkata, “Umar tidak akan apa-apa.” Namun yang lain berkata, “Aku sangat mengkhawatirkan kondisinya.” Lalu Umar diberi minumah berupa persan buah kurma, dan diapun meneguknya. Namun cairan itu malah keluar melalui luka yang ada diperutnya. Maka, Umar kembali diberi susu sehingga diapun meneguknya. Namun, cairan itu lagi-lagi keluar dari lukanya itu. Maka, orang-orang pun baru sadar kalau Umar (sebentar lagi) akan tiada. Kami masuk mengunjungi Umar. Begitu juga dengan orang-orang yang memberikan simpati dan dukungan moril untuknya. Datang pula seorang lelaki muda yang berkata, “Berbahagialah Anda, wahai Amirul Mukminin, dengan kabar gembira dari Allah, karena Anda telah menjadi sahabat Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam! Anda juga tergolong orang yang masuk Islam pertama kali, sebagaimana yang telah Anda ketahui. Kemudian Anda menjadi seorang pemimpin dan sanggup berlaku adil. Setelah itu, Anda mendapatkan anugerah sebagai syahid.” Umar berkata, “Aku ingin agar semua itu menjadi hal yang sekedar (bisa menyelamatkan aku), tidak terlalu bernilai lebih dan tidak pula mencelakakan aku.” Ketika pemuda itu berbalik, ternyata kain sarungnya menyentuh tanah, Maka Umar berkata, “Tolong panggilkan pemuda itu lagi untukku!” Setelah (pemuda itu kembali menghadap), maka Umar berkata, “Wahai putra saudaraku, angkatlah kain sarungmu, karena hal itu bisa menyebabkan pakaianmu lebih bersih dan juga menyebabkan dirimu lebih takut kepada Tuhanmu! Wahai Abdullah bin Umar, periksalah hutang yang aku miliki! Hitung semuanya!” Ternyata, Abdullah bin Umar menjumpai Umar memiliki hutang sebasar 87.000 atau sekitar jumlah itu. Maka Umar berkata, “Kalau memang hutangku sejumlah itu cukup dibayar dengan harta milik keluarga Umar, maka bayarkan dengan harta itu. Namun apabila tidak mencukupi, mintalah kepada bani Adi bin Ka’ab. Jika harta mereka masih belum cukup untuk membayar hutang, maka mintalah kepada orang-orang Quraisy. Janganlah kamu sampai meminta kepada orang selain mereka. Bayarkanlah harta ini untuk membayar hutangku. Pergilah kamu menjumpai Aisyah, Ummul Mukminin! Katakan kepadanya, ‘Umar mengirim salam kepadamu’. Jangan kamu mengatakan Amirul Mukminin (mengirim salam kepadamu), karena pada hari ini aku bukan lagi amir bagi kaum mukminin. Katakan juga kepadanya bahwa Umar bin Khattab memohon izin agar boleh dimakamkan di samping kedua orang sahabatnya.” Maka, Abdullah mengucapkan salam kepda Aisyah dan masuk kedalam rumahnya. Dia menjumpai Aisyah sedang duduk sambil menangis. Maka Abdullah bin Umar berkata, “Umar menitipkan salam untuk Anda. Dia juga meminta izin untuk dimakamkan di samping kedua sahabatnya.” Maka Aisyah berkata, “Aku yang menghendaki Umar menempati jatah tempat makamku. Pada hari ini, aku pasti lebih mengutamakan Umar dibandingkan diriku.” Kerika Abdullah bin Umar kembali, maka dikatakan kepada Umar, “Ini, Abdullah bin Umar telah datang!” Umar berkata, Angkatlah diriku!” Lalu ada seorang laki-laki yang menyandarkan tubuh Umar ke tubuh Abdullah. Lalu Umar bertanya, “Berita apa yang kamu dapat?” Abdullah bin Umar menjawab, “Sesuai dengan yang Anda sukai, wahai Amirul Mukminin! Aisyah mengizinkannya.” Umar berkata, Alhamdulillah! Tidak ada sesuatu yang lebih aku idam-idamkan melebihi hal itu. Jika nyawaku telah dicabut nanti, maka gotonglah jenazahku! Kemudian ucapkanlah salam kepada Aisyah dan katakan bahwa Umar bin Khattab meminta izin. Apabila dia memberi izin untukku, maka masukkanlah aku (ke liang kubut di samping Rasulullah dan Abu Bakar. Namun apabila dia menolak aku, maka makamkanlah saja jenazahku di komplek pemakaman kaum muslimin!” Tidak lama kemudian, Ummul Mukminin Hafshah datang bersama-sama dengan kaum wanita. Ketika kami melihatnya, maka kami pun berdiri. Hafshah langsung menuju ke arah Umar sambil menangis disisinya selama beberapa saat. Lalu beberapa orang laki-laki memohon izin untuk masuk. Hafsah pun menyingkir dari tempat itu untuk masuk kedalam ruangan. Kami mendengar suara tangisan Hafshah dari arah dalam rumah. Ketika nyawa Umar telah dicabut, kami membawa keluar jenazah tersebut. Lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam (kepada Aisyah dan berkata), “Umar memohon izin (kepada Anda).” Aisyah berkata,” Masukkanlah jenazahnya!” Maka Abdullah bin Umar memasukkan jenazah Umar di sana, yakni bersama kedua orang sahabatnya. (HR. Bukhari) Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku adalah orang yang terakhir kali menyaksikan kematian Umar diantara kalian. Aku mengunjunginya ketika kepalanya berada dipangkuan anaknya yang bernama Abdullah. Lalu Umar berkata kepada putranya itu, ‘Letakanlah pipiku diatas permukaan bumi!’ Abdullah berkata, ‘Bukankah pahaku dan permukaan bumi sama saja?’ Umar berkata lagi, ‘Letakanlah pipiku diatas permukaan bumi!’ Umar mengucapkan kalimat itu sampai dua atau tiga kali. Aku juga mendengarnya berkata, ‘Sungguh celaka aku jika Engkau tidak mengampuniku’. Sampai akhirnya nyawanya dicabut dari jasadnya.” 19) Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata, “Umar ditikam pada hari rabu tanggal 14 Dzulhijjah 23 H. Jenazahnya dimakamkam hari Ahad pada pagi hari munculnya hilal bulan Muaharraam.” Muawiyah berkata, “Usia Umar ketika meninggal dunia adalah 63 tahun.” Dari Asy-Sya’bi disebutkan bahwa Abu Bakar meninggal dunia pada usia 63 tahun. Begitu juga dengan Umar yang meninggal dunia pada usia 63 tahun. Menurut Salim bin Abdullah, Umar meninggal dunia pada usia 65 tahun. Ibnu Abbas berkata, “Usia Umar ketika meninggal adalah 66 tahun.” Menurut Qatadah, usia Umar ketika wafat adalah 61 tahun. Bahkan, Shuhaib ikut menyalati jenazahnya. Wallohu’alam bisshowab Barokalloh fiik Keterangan: 1) Menurutku, Umar bin Khattab memeluk agama Islam pada tahun keenam setelah kerasulan, yakni pada usia 27 tahun,. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Adz-Dzahabi. 2) Kualitas Hadist ini shahih dan diriwayatkan oleh Tirmidzi (3681). Dalam hal ini Tirmidzi berkata bahwa hadits ini berkualitas hasan-shahih-gharib serta berasal dari hadist Ibnu Umar. 3) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim 4) Al Askari berkata, “Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali diberi julukan Amirul Mukminin, menetapkan penangggalan tahun Hijriyah, membuat Baitul Mal, mengadakan shalat qiyaamu Ramadhan (tarawih) secara berjamaah, mengadakan inspeksi pada malam hari, menjatuhakan hukuman bagi tukang fitnah, menghukum peminum khamer sebanyak 80 kali dera, mengharamkan nikah mut’ah, mengharamkan penjualan hamba sahaya perempuan yang telah melahirkan anak untuk majikannya, mengadakan shalat jenazah berjamaah, dengan empat takbir, membentuk departemen-departemen, mengirim makanan dari Mesir ke Madinah melalui jalur laut Ablah, menentukan aturan ‘aul dalam ilmu faraid, menarik zakat kuda, dan orang yang pertama kali berkata, ‘Ayyadakallah (semoga Allah mengokohkanmu) kepada Ali’.” Demikianlah akhir keterangan yang disampaikan oleh Al-Askari. 5) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3689) dan Muslim(Fadha’ilish-Shahabah/23) pada bab ”min fadha’ili Umar radhiyallahu ‘anhu (keutamaan Umar radhiyallahu ‘anhu”. Diriwayatkan juga oleh Tirmidzi (9369.3) dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash 6) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3683) dan Muslim (Fadha’ilish-Shahabah/23) pada bab ”min fadha’ili Umar radhiyallahu ‘anhu”. 7) Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (3664) dan Muslim (Fadha’ilish-Shahabah/17) pada bab ”min fadha’ili Umar radhiyallahu ‘anhu”. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (7006) dan Muslim (Fadha’ilish-Shahabah/16) pada bab ”min fadha’ili Umar radhiyallahu ‘anhu”. 9) Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad didalam kitab Thabaqat-nya. Disebutkan pula oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Al Hilyah (I/53). 10) Hadist ini diriwayatkan oleh Bukhari (4160-4161). 11) Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad di dalam kitab Thabaqat-nya 12) Lihat kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad (III/1/223). 13) Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad didalam Az-Zuhd (118) dari jalur Yazid : Kami diceritakan Ismail bin Abi Khalid, dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata: Hafshah binti Umar telah berkata, “Wahai Amirul Mukminin, andai saja Anda mengenakan pakaian (yang lebih halus dibandingkan dengan busana Anda)…” Lalu disebutkan redaksi riwayat sampai akhir. Para perawi hadist ini tergolong para perawi yang tsiqah. 14) Kisah ini menunjukkan kisah yang sangat elok mengenai kecintan Sahabat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 15) Lihat lebih lengkap dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad. 16) Keterangan ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Az-Zuhd. 17) Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab AL Hilyah (I/55) dari jalur Abdullah bin Muhammad bin Sahal. 18) Riwayat Bukhari 19) Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dengan kualitas hasan menurut Al Hafizh Al Haitsami. Lihat kitab Al Majma.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar