Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Sabtu, 28 November 2020

Lima Perkara Penghalanf Kesholihan

Lima Perkara Penghalang Kesalehan

Sahabat Ali Karramallahu Wajhah pernah berkata “andaikan tidak ada lima keburukan di dunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima keburukan itu adalah :
1) merasa senang dengan kebodohan. 2) tamak dengan dunia.
3) bakhil dengan kelebihan harta.
4) beramal disertai riya,
5) selalu merasa bangga diri di atas yang lainnya,,

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى وما أمروا الاليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذلك دين القيمة 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Karena dengan demikian kita dapat istiqamah berusaha menjadi orang yang saleh

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Apa yang hendak disampaikan khatib pada khutbah kali ini sebenarnya berasal dari satu pertanyaan asasi. Manakah sebenarnya yang lebih dulu ada di dunia ini, kegegelapan  lantas disusul dengan terang. Ataukah terang yang kemudian dinodai dengan kegegelapan?

Dalam sebuah perkataanya sahabat Ali Karaamallhu Wajhah pernah berkata “andaikan tidak ada lima keburukan didunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima keburukan itu adalah 1) merasa senang dengan kebodohan. 2) tamadk dengan dunia. 3) bakhil dengan kelebihan harta. 4) riya’ dalam beramal dan 5) membanggakan diri”. Dalam teks arabnya berbunyi demikian:

عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَوْلَا خَمْسَ خِصَالٍ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِيْنَ اَوَّلُهَا اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ وَالرِّياَ فِى الْعَمَلِ وَالْإعْجَابُ بِالرّأيِ

Demikian keterangan Sayyidina Ali tentang lima hal yang merusak susunan masyarakat muslim sehingga terjebaklah mereka dalam kenistaan. Sebagaimana akan diterangkan satu persatu dibawah ini.

Pertama, merasa senang dengan kebodohan, artinya adalah membiarkan diri bahkan merasa nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah agama. Sebagaimana banyak terjadi pada muslim masa kini di perkotaan yang tiap harinya disibukkan dengan urusan bisnis dan bermacam pekerjaan demi mencapai cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman cukup dipasrahkan saja kepada para ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan. Entah untuk berdoa, untuk ditanya ataupun sekedar dijadikan teman curhatnya.

Tidak ada dalam dirinya keinginan belajar dengan sungguh-sungguh apa itu Islam dan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang baik. Tidak pernah ingin tahu cara shalat dan wudhu yang benar. Mereka sudah puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari teman atupun dari meniru tetangga. Paling-paling belajar keislamannya didapat dari tayangan televisi pada kuliah subuh dan dalam broadcast- broadcast semacamnya.

Memang itu tidak salah, tapi semua itu menunjukkan ketidak seriusan keislaman mereka dibandingkan dengan keseriusannya belajar ilmu pengetahuan atupun kesibukannya mengurus berbagai urusan dunia. Orang seperti ini seharusnya mengingat pesan Rasulullah saw:

اللهُ يَبْغَضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ رواه الحاكم

Allah membenci orang yang pandai dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan akhirat.

Ma’asyiral Mukminin Rahimakumullah

Kedua, tamak dengan dunia dan ketiga bakhil dengan kelebihan harta, kedunya merupakan pasangan yang selalu terkait bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang tamak dan merasa kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan berlaku bakhil dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Dalam kesempaatan lain Rasulullah saw pernah menyinggung tentang ketamakan. Beliau berkata yang artinya bahwa mencintai harta adalah sumber segala kecelakaan dan keburukan. Baik keburukan fisik maupun mental.
Mari kita bersama-sama berintropeksi diri mengapa diri ini seringkali masuk angin gara-gara terlalu sering di jalan demi mengejar satu pekerjaan. Betapa para pebisnis itu sering kali keuar masuk rumah sakit berganti-ganti penyakit karena komplikasi yang disebabkan kurangnya perhatian dalam mengurus diri dan lebih suka mengejar materi.
Meskipun ini bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan pada semua orang, tetapi minimal menjadi pelajaan bagi kita yang mengerti.
Betapa kecintaan dan ketamakan dunia selalu membawa petaka.
Belum lagi petaka mental yang merusak negeri ini.
Korupsi, kolusi dan juga kebiasaan berbohong demi citra diri semua bermuara pada satu kata ‘tamak terhadap dunia’.
Untuk hal ini khatib lebih baik tidak banyak komentar karena semua jam’ah telah mafhum adanya.

Rasulullah saw pernah bersabda:

الزّهْدُ فِى الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالبَدَنَ وَالرُّغْبَةُ فِيْهَا تُتْعِبُ اْلقَلبَ وَاْلبَدَنَ رواه الطبرانى

Zuhud (tidak suka) dunia sangat menyenangkan hati dan badan. Sedangkan cinta dunia sangat melelahkan hati dan badan.

Demikianlah bahwa kebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak sistemik yang tidak terhindarkan dari ketamakan dunia.
Dan kebakhilan pasti akan menjauhkan seseorang dari Allah, surga dan sesama manusia. Itu artinya kesalehan bagi orang yang bakhil adalah angan-angan belaka.
Dan jikalau ada keselahan di sana pastilah itu hanya kesalehan yang semu.
Karena hadits Rasulullah tentang kebakhilan yang menjauhkan seseorang dari Allah dan surga serta manusia sesama adalah hadits Shahih.

Para Jama’ah yang Dirahmati Allah

Keempat, riya dalam beramal. Riya’ adalah pamer yaitu melakukan satu amal ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan pujian dari manusia. Atau dengan bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan dengan mengharapkan nilai dunia dengan pekerjaan akhirat.
Rasulullah saw menegaskan bahwa riya termasuk dalam kategori syirik kecil (as-syirikul asyghar) dalam salah satu sabdanya “sesungguhnya sesuatu yang sangat saya khawatirkan atas dirimu adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR.Ahmad).

Disebut demikian karena perwujudan riya yang sangat halus dan tidak kentara. Adanya hanya dalam hati. Tidak ketahuan di dalam tindakan diri. Para sufi mengibaratkan halusnya riya seperti semut hitam yang merayap di atas batu keras warna hitam di tengah pekat malam.
Begitu halusnya riya hingga seringkali mereka yang terjangkit penyakit ini seringkali tidak sadar.

Fudhail bin Iyadh seorang sufi pernah mencoba menjabakan tentang riya dengan bahasa keseharian katanya: ”jika datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku merapikan jenggotku dengan kedua belah tanganku, maka aku benar-benar merasa khawatir kalau dicatat dalam kategori orang-orang munafik”

Demikianlah hendaknya segala apa yang dilakukan manusia disandarkan kepada Allah swt.
Tidak hanya semata mempertimbangkan kepentingan manusia.
Apalagi jika berhubungan dengan amal ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an, zakat dan lainnya maka Allah swt mengancam mereka yang mendustainya dengan neraka Rasulullah saw bersabda:

اِنَّ اللهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ

Sesungguhnya Allah swt mengharamkan surga bagi orang yang riya.

Dan kelima, adalah ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna dibandingkan dengan yang lain.
Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan pada lahirnya kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah yang tidak boleh ada dalam diri manusia.

Demikianlah lima hal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dapat menghalangi seseorang menjadai seorang yang saleh.

Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.....

Kamis, 26 November 2020

KEUTAMAAN ILMU DAN PEMILIK ILMU

Keutamaan ilmu dan pemilik ilmu.
Di antaranya adalah:

Ilmu Menyebabkan Dimudahkannya Jalan Menuju Surga
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). 

Ilmu Adalah Warisan Para Nabi
 Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6297). 

Ilmu Akan Kekal Dan Akan Bermanfaat Bagi Pemiliknya Walaupun Dia Telah Meninggal
 Disebutkan dalam hadits,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim). 

Allah Tidak Memerintahkan Nabi-Nya Meminta Tambahan Apa Pun Selain Ilmu
 Allah berfirman:

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

 “Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu“. (QS. Thaaha [20] : 114). Ini dalil tegas diwajibkannya menuntut ilmu. 

Orang Yang Dipahamkan Agama Adalah Orang Yang Dikehendaki Kebaikan
Dari Mu’awiyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037).

Yang dimaksud faqih dalam hadits bukanlah hanya mengetahui hukum syar’i, tetapi lebih dari itu. Dikatakan faqih jika seseorang memahami tauhid dan pokok Islam, serta yang berkaitan dengan syari’at Allah. Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Kitabul ‘Ilmi (hal. 21). 

Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu
 Hal ini bisa direnungkan dalam ayat,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 308).

Para ulama berkata,

من كان بالله اعرف كان لله اخوف

“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah”. 

Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya
 Allah Ta’ala berfirman:

 …يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ..

“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Allah Subhanahu wa Ta ‘ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

 “Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. Al-Mulk : 10).

Allah telah memberikan banyak kenikmatan, jika tidak kita gunakan untuk mempelajari firman-firmannya maka kita akan menjadi salah satu orang yang menyatakan dan Allah abadikan dalam surat Al-Mulk ayat 10 di atas. Semoga Allah memberikah taufiq dan hidayah-Nya kepada kita untuk bisa menuntut ilmu dan mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Aamiin.

Senin, 23 November 2020

Habib Riziq Sihab Keturunan Ke 38/39

Tak hanya di era saat Nabi Muhammad SAW masih hidup, kalangan pembenci Rasulullah SAW dan anak cucunya masih ada hingga kini. 


Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah Habib Ahmad Alatas akhirnya menjawab tegas tuduhan dan fitnah terhadap Habib Rizieq Shihab. 

Habib Ahmad membenarkan bahwa Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Beliau bahkan menunjukan silsilah nasab Habib Rizieq Shihab pada sebuah berkas pencatatan kepada Suara.com, Jumat (13/11/2020).

Ia berujar, Berdasarkan garis keturunan Habib Rizieq memang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

Menurutnya, hanya orang-orang yang tidak mengetahui riwayat itulah yang meragukan garis keturunan Habib Rizieq.

"Iya benar, yang ragu yang tidak tahu," kata Habib Ahmad.

Ia menegaskan kembali, Habib Rizieq merupakan keturunan dari generasi ke-39 Nabi Muhammad SAW.

Namun, jika diurut sampai ke Fatimah Az Zahra AS, maka Habib Rizieq merupakan keturunan ke-38.

"Kalau sampai ke Siti Fatimah dia ke-38. Kalau sampai ke Nabi Muhammad SAW dia ke-39," kata Habib Ahmad.

Adapun kata Habib Ahmad melalui dokumen yang ia berikan, silsilah nasab Habib Rizieq diambil dari "Syajarah Assabah Al Asyraf Alalawiyyin" Juz 2, Halaman 236.

Silsilah ini diperoleh melalui Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah, Habib Ahmad Alatas dan tercatat dalam detail personel Makhtab Addaimi yang diterbitkan 8 September 2003 dengan nomor ID nasab 19176.

Berikut silsilah Habib Rizieq yang diperoleh dari Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah, Ustaz Ahmad Alatas:

Fatimah Az Zahra AS binti Muhammad SAW;

Al Husein AS bin Fatimah;

Ali Zainal Abidin AS bin Al Husein AS;

Muhammad al-Baqir AS bin Ali Zainal Abidin AS;

Jafar Ash Shadiq AS bin Muhammad Al Baqir;

Ali Uraidhy bin Jafar;

 Muhammad an Nagieb;

Isa Arrumi;

Ahmad Almuhajir;

Ubaidillah;

Alwi Alawiyyin;

Muhammad bin Alwi;

 Alwi bin Muhammad;

Ali (khali' qasam);

Muhammad (Shohib Marbath);

Ali bin Muhammad;

Muhammad (Al Faqih Al Muqoddam);

Alwi (Al Ghayyur);

Ali bin Alwi;

Muhammad (Al Mauladawilah);

Abdurrahman (Assegaf);

Syaikh Abubakar (Assakran);

Ali (Shohib Al Wirid Al Al Sakran);

Abdurrahman bin Ali;

Syahabudin (Al Akbar);

Abdurrahman (Al Qhodi) (2/190);

Syahabudin (Al Asghor) (2/212);

Muhammad (2/212) bin Syahabudin;

Ali bin Muhammad;

Muhammad bin Ali (2/221);

Syaich bin Muhammad;

Muhammad bin Syaich;

Husein bin Muhammad;

Abdullah bin Muhammad;

Husein bin Abdullah;

Muhammad bin Abdullah;

Husein bin Muhammad;

Habib Muhammad Rizieq Shihab. 

Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff dalam sebuah kajian menyampaikan, keberadaan keturunan Rasulullah SAW sebenarnya telah disampaikan dalam berbagai hadis, bahkan Al-Quran. 

Dalam hadis sahih, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa pada akhir zaman nanti, Allah SWT akan mengutus seorang Imam Mahdi untuk mengajak umat muslim melakukan kebaikan.

Rasulullah SAW pun berkata, “Dan dia adalah keturunanku.”

Bermula dari hadis tersebut, maka secara akal sehat manusia dapat disebut bahwa keturunan Rasulullah SAW pasti ada saat ini. Pasalnya, Rasulullah SAW sudah menegaskan bahwa keturunannya akan menjadi Imam Mahdi saat akhir zaman.

“Secara akal, maka apakah mungkin keturunan Rasulullah SAW itu tiba-tiba muncul di akhir zaman?” kata Habib Ali Al-Kaff.

Bukan hanya itu. Keberadaan keturunan Rasulullah SAW juga ada di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dia yang mengatakan engkau tidak memiliki keturunan wahai Muhammad, dialah yang tidak memiliki keturunan.”

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW mengatakan, anak dari Fatimah merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun berkata, “Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari Fatimah. Akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah mereka.”

Fatimah merupakan salah satu putri kesayangan Rasulullah SAW yang dikaruniai dua orang putra. Keduanya adalah Hasan dan Husein yang merupakan cucu Nabi Muhammad SAW dan bernasab kepada Nabi Muhammad SAW.

Berbeda dengan cucu Rasulullah SAW lain yang bernasabkan pada ayahnya masing-masing. Dalam berbagai kisah disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah  dikaruniai tujuh anak. Tiga di antaranya adalah laki-laki dan empat perempuan. Ketujuh anak Rasulullah SAW itu adalah Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zaenab, Ruqoiyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Azzahra

Nama marga / fam Shihab, Alatas, Assegaf, Alhabsyi, Alaydrus, Bin Syech Abubakar, Almunawar, Almusawwa, Alhaddad, Mauladdawilah, Aljufri, Alhamid, bin Yahya, Baraqba, Banahsan, Albahar, Assyatiri dan lain-lain adalah sekian dari banyak contoh nama yang kerap terdengar di telinga.

Habib Rizieq Shihab dan Dr Salim Segaf Aljufri (Dewan Syuro PKS) adalah beberapa contoh kalangan Habaib.

Contoh nama-nama itu bukan sekadar nama yang diberikan orangtua kepada anaknya ketika lahir. Karena nama-nama mereka dicatat dalam suatu dokumen yang dikerjakan oleh salah satu lembaga yang sudah eksis sejak Indonesia masih bernama Hindia-Belanda.

Rabithah Alawiyah -- seperti dilansir laman resmi Rabithah Alawiyah -- awalnya bernama Perkoempoelan Arrabitatoel-Alawijah yang mendapat persetujuan berkumpul oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 27 Desember 1928 di Bogor. Tujuan awal didirikannya organisasi tersebut adalah untuk mengikat tali persaudaraan antar orang-orang rantauan dari jazirah Arab. Agar mereka yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke pulau Ende supaya tetap saling terhubung.

Selain menjaga komunikasi antar akar-rumput, lembaga ini juga merupakan pihak yang penting dalam mencatat contoh nama-nama seperti Shihab dan Alatas yang ternyata memiliki garis keturunan vertikal dari Nabi Muhammad. Menurut catatan Rabithah Alawiyah, terdapat 68 marga Arab yang tersisa dan tersebar di penjuru Indonesia.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar bin Smith mengatakan bahwa keturunan Alawiyin di Jabodetabek yang paling banyak jumlahnya adalah marga Alatas atau al-Attas. Jumlah orang yang berasal dari keluarga al-Attas sebanyak 2.471 orang, al-Haddad tercatat sebanyak 1.583 orang, disusul Assegaf, Alaydrus, hingga Al Habsyi. Ada pula marga Al Baidi yang tercatat hanya berjumlah satu orang.

Berbagai catatan sejarah menceritakan bagaimana keturunan Arab turut memperjuangakan kemerdekaan Indonesia. Masuknya pengaruh Arab pun diklaim sudah ada sejak abad ke-13. Menurut Buya Hamka dalam Panji Masyarakat, 1975, para keturunan Arab yang bergelar habaib memasuki wilayah Nusantara melalui Aceh.

Melalui Aceh itulah, para habaib dipercaya menyebar dan menetap membentuk kampung Arab. Bahkan menyeberang ke pulau lain seperti Jawa, Kalimantan wilayah Pontianak dan Serawak, hingga ke Mindanao, Filipina.

Dalam pernyataannya, Hamka menyebutkan bahwa keturunan Arab tersebut menjadi pemimin di wilayah masing-masing. Seperti Sayid dari keluarga Jamalullail yang menjadi raja Aceh, Pontianak yang dipimpin Sayid al-Qadri yang kemudian dari seluruh tokoh itu berkembanglah menjadi sekitar 199 keluarga besar dengan nama-nama yang sering terdengar hingga saat ini.

Selain itu, di ‘rumah’ barunya masing-masing, para keturunan nabi itu memperoleh panggilannya masing-masing. Seperti ‘Wan’ di wilayah Betawi, ‘Tuanku’ di Serawak, dan ‘Sidi’ di Pariaman, Sumatera Barat. Jika ditarik ke atas, Hamka menyebut, keturunan nabi hingga tahun 1975 sudah mencapai generasi ke-37 sampai 38.

Meski demikian, baru pada 2017 keturunan Arab diperbincangkan dalam satu telaah ilmiah yang membicarakan sepak terjang keturunan Timur-Tengah di sudut-sudut nusantara. Menurut Menteri Agama RI, Lukman Hakim, para keturunan Arab yang akrab dipanggil habaib merupakan guru untuk mengenalkan ajaran Islam seperti yang dilanjutkan oleh para Wali Songo di Tanah Air. Sepak terjang keturunan Arab pun berlanjut hingga kini dalam berbagai organisasi berbasis kekeluargaan dan kemasyarakatan. 

Minggu, 22 November 2020

Perempuan Punya Rasa Malu

قال الإمام الذهبي- رحمه الله

ويجـب علـى المـرأة أيضـا
دوام الحياء من زوجها وغض طرفها قدامه والطاعة لأمره والسكوت عند كلامه والقيام عند قدومه والابتعاد عن جميع ما يسخطه والقيام معه عند خروجه وعرض نفسها عليه عند نومه
ُ
كتــاب الكبائــر 1/66

Inilah Kewajiban Seoarang Istri Terhadap Suaminya
Imam Adz Dzahabi rahimahullah mengatakan,
“Dan diwajibkan atas wanita untuk selalu (menjaga) sifat malu kepada suaminya, menundukkan pandangannya di hadapannya, mentaati perintahnya, diam tatkala suaminya berbicara, berdiri saat kedatangannya, menjauhkan diri dari semua yang membuat murka suaminya, mendampinginya ketika dia pergi, dan menawarkan diri kepada suaminya ketika dia akan tidur.”

✍️ Kitabul Kabair 1/66

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاء

“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,

الحَيَاءُ وَالإيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا ، فَإنْ رُفِعَ أحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَر

“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lain pun akan terangkat.”(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)

Perempuan Baik


     (وَكَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: شَرُّ خِصَالِ  الرِّجَالِ) أي صفاتهم (خَيْرُ خِصَالِ النِّسَاءِ: الْبُخْلُ) بفتح الباء  والخاء المعجمة، أو بضم وسكون، وهو منع السائل مما يفضل   (وَالزَّهْوُ) أي  الإعجاب بالنفس (وَالْجُبْنُ) أي ضعف القلب

Sayyidina Ali k.w berkata :  Seburuk-buruknya sifat laki-laki adalah sebaik-baiknya sifat wanita, yaitu :Bakhil,sombong dan malas/lemah hati.

(فَإِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا كَانَتْ بَخِيْلَةً حَفِظَتْ مَالَهَا وَ مَالَ زَوْجِهَا،

Bila seorang isteri bakhil/pelit,maka ia memelihara/menjaga hartanya dan harta suaminya.

وَإِذَا كَانَتْ مَزْهُوَّةً) أي متكبرة (اسْتَنْكَفَتْ) أي امتنعت من  (أَنْ تُكَلِّمَ) أي المرأة (كُلَّ أَحَدٍ بِكَلاَمٍ لَيِّنٍ مُرِيْبٍ) أي  موقع في التهمة

Dan bila seorang isteri berlaku sombong, maka ia mencegah untuk berbicara pada setiap orang dengan kata-kata yang lembut.

(وَإِذَا كَانَتْ جَبَّانَةً) أي ضعيفة القلب. والأفصح: “جَبّان” بدون  التاء (فَرِقَتْ ) بكسر الراء أي خافت (مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، فَلَمْ تَخْرُجْ  مِنْ بَيْتِهَا) أي محل إقامتها (وَاتَّقَتْ) أي تجنبت (مَوَاضِعَ  التُّهَمِ) أي الظنون (خيْفَةً مِنْ زَوْجِهَا). وقال داود عليه السلام:  {المَرْأَةُ السُّوْءُ عَلَى بَعْلِهَا كَالحمل الثَّقِيْلِ عَلَى الشَيْخِ  الْكَبِيْرِ. والمَرْأَةُ الصَالِحَةُ كَالتَّاجِ الْمُرَصَّعِ  بِالذَهَبِ، كُلّمَا رَآهَا قَرَّتْ عَيْنُهُ بِرُؤْيَتها}.

Dan  bila seorang isteri sedang mengalami "down" / lemah hati, maka ia akan  merasa takut dari semua perkara, hingga ia tidak berani keluar  rumah / tempat tinggalnya, dan menjauhi hal-hal yang mengundang prasangka  buruk dari orang lain karena takut akan suaminya. Nabi Dawud a.s berkata : "SEORANG ISTERI YANG BURUK BAGI SUAMINYA LAKSANA PIKULAN YANG SANGAT  BERAT BAGI ORANG YANG SUDAH TUA RENTA. DAN ISTERI YANG SHOLIHAH LAKSANA  MAHKOTA YANG BERTETESKAN EMAS,KETIKA SUAMI MEMANDANGNYA, MAKA BAHAGIA DAN  TENTRAM SERTA NYAMAN DENGAN MEMANDANGNYA". Wallohu a'lam.

Seburuk" Sifat Lelaki,Sebaik2nya Sifat Perempuan

Seorang Istri Bisa Berjihad Kapanpun Ia Mau.
     
JIHADNYA SEORANG ISTRI

(وَجَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،  فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَا وَافِدَةُ النِّسَاءِ) أي رسولهن  (إِلَيْكَ) لأسألك عن نصيبهن من الجهاد (هَذَا الْجِهَادُ كَتَبَهُ اللهُ)  أي أوجبه (عَلَى الرِّجَاِل، فَإِنْ يُصَيَّبُوْا) بتشديد الياء المفتوحة  ميني للمجهول أي إن أصابهم الجرح (أُجِرُوْا) أي أثيبوا ثوابا عظيما  (وَإِنْ قُتِلُوْا) في الجهاد (كَانُوْا أَحْيَاءً عِنْدَ رَبِّهِمْ) أي  ذوى  منه.

Telah datang seorang kepada Rosulillah SAW, ia berkata  pada Rosul : "Ya Rosulallah,aku adalah utusan dari para isteri datang  kepadamu untuk menanyakan perihal jihad bagi para isteri, Jihad  diwajibkan atas kaum laki-laki, bila mereka terluka, mereka diberikan  ganjaran yang sangat besar, dan bila mereka gugur, maka sungguh mereka  tetap hidup disisi tuhannya.

وروي {أَنَّ اللهَ تَعَالى < ص 8  > يَطَّلِعُ عَلَيْهِْم، وَ يَقُولُ: سَلُوْنِي مَا شِئْتُمْ،  فَيَقُوْلُوْنَ: يَا رَبَّنَا كَيْفَ نَسْأَلُكَ، وَنَحْنُ نَسْرَحُ فِي  الْجَنَّةِ فِيْ أَيُّهَا شِئْنَا ؟ فَلَمَّا رَأوْا  أَنْ لاَ يُتْرَكُوْا  مِنْ أَنْ يُسْأَلُوْا شَيْئًا قَالُوْا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرُدَّ  أَرْوَاحَنَا إِلَى أَجْسَادِنَا فِيْ الدُّنْيَا نَقْتُلْ فِيْ  سَبِيْلِكَ}. وذلك لما رأوا من النعيم. (يُرْزَقُوْنَْ) أي من ثمار الجنة.

Diriwayatkan bahwa allah mempersilahkan syuhada untuk memohon. Allah berfirman : "Mohonlah kalian padaku apa yang kalian inginkan". Syuhada menjawab : "Ya Robb...bagaimana kami akan memohon padaMU  sementara kami sudah bisa berada dalam syurga kapan saja kami mau"  (ketika syuhada menyadari bahwa mereka diberikan kesempatan untuk  memohon pada Allah,maka mereka pun berkata). Syuhada berkata :"Kami  memohon padaMU untuk mengembalikan ruh kami pada jasad-jasad kami  didunia,hingga kami bisa berjihad kembali dijalanMU (para syuhada  meminta demikian karena mereka telah menyaksikan dan mengalami betapa  besar ni'mat yang mereka dapatkan karena gugur dimedan perang) Mereka  diberikan rizqi dari buah-buahan syurga.

روى ابن عباس أنه صلى  الله عليه وسلم قال: {أَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ فِيْ أَجْوَافِ طُيُوْرٍ  خُضْرٍ تَرِدُ أَنْهَارَ الجَنَّةِ، وَتَأْكُلُ مِنْ ثِمَارِهَا،  وَتَأْوِيْ إِلىَ قَنَادِيْلَ مُعَلَّقَةٍ فِيْ ظِلِّ العَرْشِ}  (وَنَحْنُ  مَعَاشِرَ النِّسَاءِ نَقُوْمُ عَلَيْهِمْ) أي بالخدمة ونعينهم على ما هم  عليه. فقوله: “نحن” مبتدأ، وجملة “نقوم” خبره. وقوله: “معاشر” منصوب على  الإختصاص أي أخص معاشر النساء (فَمَا لَنَا مِنْ ذَلِكَ ؟) أي أجر الجهاد  بالجرح والقتل

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rosulallah telah  bersabda : Arwah para syuhada itu berada dalam perutnya burung yang  hijau,mereka dibawa melintasi sungai-sungai di syurga, mereka makan dari  buah-buahan syurga,dan mereka diajak hinggap di lampu-lampu yang  tergantung dibawah naungan Arsy. Para isteri itu berkata lagi :" Dan  kami,sekalian para isteri mujahidin, kami membantu mereka untuk  menyiapkan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan perang, Lalu apa bagian  kami dari ganjaran jihad tersebut".

(فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى  اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْلِغِيْ مَنْ لَقِيْتِ مِنَ النِّسَاءِ،  أَنَّ طَاعَةَ الزَّوْجِ وَاعْتِرَافاً بِحَقِّهِ) أي إقرارا به (يَعْدِلُ  ذَلِكَ) أي يماثل الجهاد ويقوم مقامه (وَقَلِيْلٌ مِنْكُنَّ مَنْ  يَفْعَلُهُ) أي طاعة الزوج والإعتراف بحقه. رواه البزار والطبراني.

Maka Rosulullah menjawab : "Sampaikanlah perkataanku kepada mereka,Bahwa  sesungguhnya taat kepada suami dan mengakui hak-haknya itu dapat  mengimbangi/menyamai ganjaran jihadnya para suami. Dan hanya sedikit dari  kalian yang mengerjakannya (taat dan mengakui hak suami).  HR Al-Bazzaari dan Imam Thobrony.

قال الله تعالى في سورة النساء: {لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا  وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ} أي للرجال ثواب بسبب ما عملوا  من الجهاد، وللنساء ثواب مما اكتسبن من حفظ فروجهن وطاعة الله وطاعة  أزواجهن، فالرجال والنساء في الأجر في الآخرة سواء، وذلك أن الحسنة تكون  بعشر أمثالها، يستوى في ذلك الرجال والنساء، وفضل الرجال على النساء إنما  هو في الدنيا. كذا قاله الشربيني في تفسيره.

Allah berfirman dalam surat An-Nisaa :   "Bagi laki-laki adalah bagian dari apa yang mereka kerjakan,dan bagi wanita adalah bagian dari apa yang mereka kerjakan".  (bagi laki-laki mereka mendapat balasan serta ganjaran jihad,dan bagi  para wanita / isteri mendapat ganjaran dari apa yang mereka kerjakan yaitu  dari memelihara farjinya/kehormatannya, taat kepada Allah dan kepada  Suaminya. Ganjaran laki-laki dan wanita di akhirat adalah sama, demikian  karena satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat,da itu sama bagi  laki-laki dan wanita.  Dan fadhl atau kelebihan laki-laki atas wanita itu hanya terjadi di dunia. Demikian keterangan dalam tafsir Syirbiny.

     (وَكَانَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ: شَرُّ خِصَالِ  الرِّجَالِ) أي صفاتهم (خَيْرُ خِصَالِ النِّسَاءِ: الْبُخْلُ) بفتح الباء  والخاء المعجمة، أو بضم وسكون، وهو منع السائل مما يفضل   (وَالزَّهْوُ) أي  الإعجاب بالنفس (وَالْجُبْنُ) أي ضعف القلب

Sayyidina Ali k.w berkata :  Seburuk-buruknya sifat laki-laki adalah sebaik-baiknya sifat wanita, yaitu :Bakhil,sombong dan malas/lemah hati.

(فَإِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا كَانَتْ بَخِيْلَةً حَفِظَتْ مَالَهَا وَ مَالَ زَوْجِهَا،

Bila seorang isteri bakhil/pelit,maka ia memelihara/menjaga hartanya dan harta suaminya.

وَإِذَا كَانَتْ مَزْهُوَّةً) أي متكبرة (اسْتَنْكَفَتْ) أي امتنعت من  (أَنْ تُكَلِّمَ) أي المرأة (كُلَّ أَحَدٍ بِكَلاَمٍ لَيِّنٍ مُرِيْبٍ) أي  موقع في التهمة

Dan bila seorang isteri berlaku sombong, maka ia mencegah untuk berbicara pada setiap orang dengan kata-kata yang lembut.

(وَإِذَا كَانَتْ جَبَّانَةً) أي ضعيفة القلب. والأفصح: “جَبّان” بدون  التاء (فَرِقَتْ ) بكسر الراء أي خافت (مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، فَلَمْ تَخْرُجْ  مِنْ بَيْتِهَا) أي محل إقامتها (وَاتَّقَتْ) أي تجنبت (مَوَاضِعَ  التُّهَمِ) أي الظنون (خيْفَةً مِنْ زَوْجِهَا). وقال داود عليه السلام:  {المَرْأَةُ السُّوْءُ عَلَى بَعْلِهَا كَالحمل الثَّقِيْلِ عَلَى الشَيْخِ  الْكَبِيْرِ. والمَرْأَةُ الصَالِحَةُ كَالتَّاجِ الْمُرَصَّعِ  بِالذَهَبِ، كُلّمَا رَآهَا قَرَّتْ عَيْنُهُ بِرُؤْيَتها}.

Dan  bila seorang isteri sedang mengalami "down" / lemah hati, maka ia akan  merasa takut dari semua perkara, hingga ia tidak berani keluar  rumah / tempat tinggalnya, dan menjauhi hal-hal yang mengundang prasangka  buruk dari orang lain karena takut akan suaminya. Nabi Dawud a.s berkata : "SEORANG ISTERI YANG BURUK BAGI SUAMINYA LAKSANA PIKULAN YANG SANGAT  BERAT BAGI ORANG YANG SUDAH TUA RENTA. DAN ISTERI YANG SHOLIHAH LAKSANA  MAHKOTA YANG BERTETESKAN EMAS,KETIKA SUAMI MEMANDANGNYA, MAKA BAHAGIA DAN  TENTRAM SERTA NYAMAN DENGAN MEMANDANGNYA".
Wallohu a'lam.

Kamis, 19 November 2020

Khomer dan Judi

MIRAS UMMUL KHABAIS

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ مَنَعَنَا بِالتَّعَاوُنِ عَلَى اْلِإثْمِ وَالْعُدْوَانِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الدَّيَّانْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى سَائِرِ الْعَرَبِ وَالْعَجَم، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ اَثْنَى اللهُ عَلَيْهِ بِخُلُقٍ حَسَن، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان.
أما بعد
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
  وقال تعالى في كتابه الكريم ، يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Marilah kita senantiasa memuji Allah atas curahan nikmat-Nya yang senantiasa meliputi kita. Lalu kita pun berupaya untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Taqwa dalam arti sebenarnya, yaitu berusaha mentaati semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangannya.

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Baru-baru ini DPR sedang membuat rancangan UU Pelarangan Minol atau Miras (Minuman beralkohol atau minuman keras). Menimbang banyaknya aspek kejahatan diakibatkan beredarnya minuman memabukan tersebut.

Gubernur Jakarta, Anies Baswedan memutuskan bahwa dibawah pemerintahannya akan melepas saham Pemprov DKI di perusahaan minuman keras Bir PT. Delta. Di antara alasannya penerimaan hasil tidak sebanding dengan pemeliharaan akibat efek miras. Demikian juga Gubernur Papua Lukas Enembe resmi melarang peredaran miras di Papua. Dengan alasan miras menyebabkan banyaknya kecelakaan dan tindak kriminal. Jauh sebelumnya pelarangan resmi miras dilakukan di Provinsi Banda Aceh, bahkan telah diterapkan Qanun Syari'ah berupa hukuman bagi peminum miras berdasarkan syari'at Islam.

Fakta menunjukkan miras merupakan sumber berbagai keburukan. Media.kompas.com 2014 merilis berita, 70% kriminalitas dan 15% kecelakaan lalu lintas diakibatkan minuman keras. Akibat miras, pemerkosaan hingga pembunuhan banyak diberitakan.

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Islam Melarang Keras Miras. Dalam Islam, miras (khamr) dipandang sesutu yang merusak, bahkan dihukumi suatu benda najis. Ia tidak boleh diproduksi dan dijadikan barang ekonomi.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Q.S. Al Ma’idah(5): 90-91)

Syekh Wahbah Al-Zuhaily dalam Tafsir Al-Munir Jilid 4: 40 menjelaskan dalam ayat di atas dapat dilihat ketegasan tentang haramnya khamar dari beberapa sisi:

Pertama, khamr dalam ayat tersebut dikaitkan dengan penyembahan pada berhala. Kedua, Allah menyebut rijsun (kotor). Ketiga, khamar termasuk perbuatan setan dan setan tidaklah
datang kecuali mengajak keburukan. Keempat, diperintahkan untuk menjauhi khamar. Kelima, menjauhinya akan mendapatkan keberuntungan. Keenam, khamar dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian. Ketujuh, dapat melalai dzikir dan shalat. Kedelapan, Allah menutup dengan pernyataan menghentak "berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu!"

Khamr termasuk barang yang dilaknat. Serangkaian kegiatan berkaitan dengan khamr akan terlibat dosa. Dari mulai konsumen, produsen, pekerja, distributor, agen, sales, pengecer,hingga para bartender.

Rasulullah SAW. bersabda,

لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ

“Allah melaknat khomr, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya dan orang yang meminta diantarkan.” (HR. Ahmad)

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Dari berbagai penelitian kedokteran di era-era sekarang, khamr (dengan segala jenisnya) dapat merusak sistem kerja beberapa organ tubuh baik jangka pendek maupun jangka panjang yang juga bisa menyebabkan kefatalan. Maka selayaknya bila Islam mengharamkannya.

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ

“Pecandu khamar tidak akan masuk surga.” (H.R. Ibnu Majah)

Menurut Al-Zuhaily, mayoritas ulama mendefinisikan khamar adalah

اِسْمٌ لِكُلٍّ مَا خَامَرَ الْعَقْلَ وَغَلَبَهُ

“Nama bagi setiap sesuatu yang dapat menutup akal dan menguasainya..”

Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah saw dari Ibn Umar:

كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَا مٌ

“Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr itu haram.” (H.R. Muslim)

Karena illatnya memabukkan, sebagian ulama mengqiyaskan benda yang dapat memabukkan bahkan lebih berbahaya semacam narkoba, ekstasi, dsb. termasuk dari khamr.

Umar bin Al-Khathab, berkata,

وَالْخَمْرُ مَا خَامَرَ الْعَقْلَ

“Khomr adalah segala sesuatu yang dapat menutupi (mengacaukan) akal.” (H.R. Bukhari)

Apapun minuman yang memabukan  itu namanya, berapapun ukuran yang diminumnya hukumnya tetap haram.

مَا أَسْكَرَ كَثِيرُهُ فَقَلِيلُهُ حَرَامٌ

“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikitnya dinilai haram.” (H.R. Daud)

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Minuman keras sangat berbahaya. Baik bagi individu, bagi masyarakat. Karena berbagai kejahatan banyak timbul akibat beredarnya mijuman tersebut ditengah masyarakat. Wajar, bila nabi menyebut ummul khabaits (sumber berbagai keburukan).

Rasulullah SAW. bersabda,

اَلْخَمْرُ أُمُّ الْخَبَائِثِ، فَمَنْ شَرِبَهَا لَمْ تُقْبَلْ صَلاَتُهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، فَإِنْ مَاتَ وَهِيَ فِيْ بَطْنِهِ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً.

“Khamar adalah induk berbagai macam kerusakan. Siapa yang meminumnya, shalatnya selama 40 hari tidaklah diterima. Jika ia mati
dalam keadaan khamar masih di perutnya, berarti ia mati seperti matinya orang Jahiliyah.” (H.R. Ath-Thabrani)

Hadirin Rahimani wa rahimakumullah

Jika bangsa ingin berkah, ikaningim generasi sehat dan cerdas,dan jikan dan rakyat aman dari kejahatan maka  hendaknya penyebab-penyabanya dihilangkan di anatarnya adalahwajib dilarangnya peredaran minuman keras atau minuman beralkohol.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.

    Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا     أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ