Alumni ponpes روضة الهدا purabaya kab:Smi, dan المعهد الاسلاميه kota sukabumi

Senin, 23 November 2020

Habib Riziq Sihab Keturunan Ke 38/39

Tak hanya di era saat Nabi Muhammad SAW masih hidup, kalangan pembenci Rasulullah SAW dan anak cucunya masih ada hingga kini. 


Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah Habib Ahmad Alatas akhirnya menjawab tegas tuduhan dan fitnah terhadap Habib Rizieq Shihab. 

Habib Ahmad membenarkan bahwa Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Beliau bahkan menunjukan silsilah nasab Habib Rizieq Shihab pada sebuah berkas pencatatan kepada Suara.com, Jumat (13/11/2020).

Ia berujar, Berdasarkan garis keturunan Habib Rizieq memang merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW.

Menurutnya, hanya orang-orang yang tidak mengetahui riwayat itulah yang meragukan garis keturunan Habib Rizieq.

"Iya benar, yang ragu yang tidak tahu," kata Habib Ahmad.

Ia menegaskan kembali, Habib Rizieq merupakan keturunan dari generasi ke-39 Nabi Muhammad SAW.

Namun, jika diurut sampai ke Fatimah Az Zahra AS, maka Habib Rizieq merupakan keturunan ke-38.

"Kalau sampai ke Siti Fatimah dia ke-38. Kalau sampai ke Nabi Muhammad SAW dia ke-39," kata Habib Ahmad.

Adapun kata Habib Ahmad melalui dokumen yang ia berikan, silsilah nasab Habib Rizieq diambil dari "Syajarah Assabah Al Asyraf Alalawiyyin" Juz 2, Halaman 236.

Silsilah ini diperoleh melalui Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah, Habib Ahmad Alatas dan tercatat dalam detail personel Makhtab Addaimi yang diterbitkan 8 September 2003 dengan nomor ID nasab 19176.

Berikut silsilah Habib Rizieq yang diperoleh dari Ketua Lembaga Pencatatan Nasab Makhtab Addaimi, Rabithah Alawiyah, Ustaz Ahmad Alatas:

Fatimah Az Zahra AS binti Muhammad SAW;

Al Husein AS bin Fatimah;

Ali Zainal Abidin AS bin Al Husein AS;

Muhammad al-Baqir AS bin Ali Zainal Abidin AS;

Jafar Ash Shadiq AS bin Muhammad Al Baqir;

Ali Uraidhy bin Jafar;

 Muhammad an Nagieb;

Isa Arrumi;

Ahmad Almuhajir;

Ubaidillah;

Alwi Alawiyyin;

Muhammad bin Alwi;

 Alwi bin Muhammad;

Ali (khali' qasam);

Muhammad (Shohib Marbath);

Ali bin Muhammad;

Muhammad (Al Faqih Al Muqoddam);

Alwi (Al Ghayyur);

Ali bin Alwi;

Muhammad (Al Mauladawilah);

Abdurrahman (Assegaf);

Syaikh Abubakar (Assakran);

Ali (Shohib Al Wirid Al Al Sakran);

Abdurrahman bin Ali;

Syahabudin (Al Akbar);

Abdurrahman (Al Qhodi) (2/190);

Syahabudin (Al Asghor) (2/212);

Muhammad (2/212) bin Syahabudin;

Ali bin Muhammad;

Muhammad bin Ali (2/221);

Syaich bin Muhammad;

Muhammad bin Syaich;

Husein bin Muhammad;

Abdullah bin Muhammad;

Husein bin Abdullah;

Muhammad bin Abdullah;

Husein bin Muhammad;

Habib Muhammad Rizieq Shihab. 

Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff dalam sebuah kajian menyampaikan, keberadaan keturunan Rasulullah SAW sebenarnya telah disampaikan dalam berbagai hadis, bahkan Al-Quran. 

Dalam hadis sahih, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa pada akhir zaman nanti, Allah SWT akan mengutus seorang Imam Mahdi untuk mengajak umat muslim melakukan kebaikan.

Rasulullah SAW pun berkata, “Dan dia adalah keturunanku.”

Bermula dari hadis tersebut, maka secara akal sehat manusia dapat disebut bahwa keturunan Rasulullah SAW pasti ada saat ini. Pasalnya, Rasulullah SAW sudah menegaskan bahwa keturunannya akan menjadi Imam Mahdi saat akhir zaman.

“Secara akal, maka apakah mungkin keturunan Rasulullah SAW itu tiba-tiba muncul di akhir zaman?” kata Habib Ali Al-Kaff.

Bukan hanya itu. Keberadaan keturunan Rasulullah SAW juga ada di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dia yang mengatakan engkau tidak memiliki keturunan wahai Muhammad, dialah yang tidak memiliki keturunan.”

Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW mengatakan, anak dari Fatimah merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pun berkata, “Setiap anak yang dilahirkan ibunya bernasab kepada ayahnya, kecuali anak-anak dari Fatimah. Akulah wali mereka, akulah nasab mereka dan akulah ayah mereka.”

Fatimah merupakan salah satu putri kesayangan Rasulullah SAW yang dikaruniai dua orang putra. Keduanya adalah Hasan dan Husein yang merupakan cucu Nabi Muhammad SAW dan bernasab kepada Nabi Muhammad SAW.

Berbeda dengan cucu Rasulullah SAW lain yang bernasabkan pada ayahnya masing-masing. Dalam berbagai kisah disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah  dikaruniai tujuh anak. Tiga di antaranya adalah laki-laki dan empat perempuan. Ketujuh anak Rasulullah SAW itu adalah Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zaenab, Ruqoiyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah Azzahra

Nama marga / fam Shihab, Alatas, Assegaf, Alhabsyi, Alaydrus, Bin Syech Abubakar, Almunawar, Almusawwa, Alhaddad, Mauladdawilah, Aljufri, Alhamid, bin Yahya, Baraqba, Banahsan, Albahar, Assyatiri dan lain-lain adalah sekian dari banyak contoh nama yang kerap terdengar di telinga.

Habib Rizieq Shihab dan Dr Salim Segaf Aljufri (Dewan Syuro PKS) adalah beberapa contoh kalangan Habaib.

Contoh nama-nama itu bukan sekadar nama yang diberikan orangtua kepada anaknya ketika lahir. Karena nama-nama mereka dicatat dalam suatu dokumen yang dikerjakan oleh salah satu lembaga yang sudah eksis sejak Indonesia masih bernama Hindia-Belanda.

Rabithah Alawiyah -- seperti dilansir laman resmi Rabithah Alawiyah -- awalnya bernama Perkoempoelan Arrabitatoel-Alawijah yang mendapat persetujuan berkumpul oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 27 Desember 1928 di Bogor. Tujuan awal didirikannya organisasi tersebut adalah untuk mengikat tali persaudaraan antar orang-orang rantauan dari jazirah Arab. Agar mereka yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke pulau Ende supaya tetap saling terhubung.

Selain menjaga komunikasi antar akar-rumput, lembaga ini juga merupakan pihak yang penting dalam mencatat contoh nama-nama seperti Shihab dan Alatas yang ternyata memiliki garis keturunan vertikal dari Nabi Muhammad. Menurut catatan Rabithah Alawiyah, terdapat 68 marga Arab yang tersisa dan tersebar di penjuru Indonesia.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Rabithah Alawiyah, Habib Zein bin Umar bin Smith mengatakan bahwa keturunan Alawiyin di Jabodetabek yang paling banyak jumlahnya adalah marga Alatas atau al-Attas. Jumlah orang yang berasal dari keluarga al-Attas sebanyak 2.471 orang, al-Haddad tercatat sebanyak 1.583 orang, disusul Assegaf, Alaydrus, hingga Al Habsyi. Ada pula marga Al Baidi yang tercatat hanya berjumlah satu orang.

Berbagai catatan sejarah menceritakan bagaimana keturunan Arab turut memperjuangakan kemerdekaan Indonesia. Masuknya pengaruh Arab pun diklaim sudah ada sejak abad ke-13. Menurut Buya Hamka dalam Panji Masyarakat, 1975, para keturunan Arab yang bergelar habaib memasuki wilayah Nusantara melalui Aceh.

Melalui Aceh itulah, para habaib dipercaya menyebar dan menetap membentuk kampung Arab. Bahkan menyeberang ke pulau lain seperti Jawa, Kalimantan wilayah Pontianak dan Serawak, hingga ke Mindanao, Filipina.

Dalam pernyataannya, Hamka menyebutkan bahwa keturunan Arab tersebut menjadi pemimin di wilayah masing-masing. Seperti Sayid dari keluarga Jamalullail yang menjadi raja Aceh, Pontianak yang dipimpin Sayid al-Qadri yang kemudian dari seluruh tokoh itu berkembanglah menjadi sekitar 199 keluarga besar dengan nama-nama yang sering terdengar hingga saat ini.

Selain itu, di ‘rumah’ barunya masing-masing, para keturunan nabi itu memperoleh panggilannya masing-masing. Seperti ‘Wan’ di wilayah Betawi, ‘Tuanku’ di Serawak, dan ‘Sidi’ di Pariaman, Sumatera Barat. Jika ditarik ke atas, Hamka menyebut, keturunan nabi hingga tahun 1975 sudah mencapai generasi ke-37 sampai 38.

Meski demikian, baru pada 2017 keturunan Arab diperbincangkan dalam satu telaah ilmiah yang membicarakan sepak terjang keturunan Timur-Tengah di sudut-sudut nusantara. Menurut Menteri Agama RI, Lukman Hakim, para keturunan Arab yang akrab dipanggil habaib merupakan guru untuk mengenalkan ajaran Islam seperti yang dilanjutkan oleh para Wali Songo di Tanah Air. Sepak terjang keturunan Arab pun berlanjut hingga kini dalam berbagai organisasi berbasis kekeluargaan dan kemasyarakatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar