4 Level Hati,
Ada empat istilah yang digunakan Al-Quran dalam menunjukkan makna hati, yaitu, shard, Qolb. Fuad atau afidah dan albab. Istilah-istilah inimengambarkan lapisan-lapisan hati manusia dan kecenderungannya, baik ataupun buruk. Kalau seseorang menggunakan hatinya dalam arti shard, qalb dan fuadnya, maka ia bias baik dan bias juga buruk. Tetapi kalau ia menggunakan albab, maka orang itu sudah pasti baik.
1.Shadr berarti hati bagian luar,
2.qalb berarti hati bagian dalam,
3.fuad atau afidah berarti hati yang lebih dalam, sedangkan
4.albab berarti hati yang paling dalam atau hati sanubari atau hati nurani.
Shadr
Kerena pengertiannya sebagai hati bagian luar, maka istilah sadr biasa pula diartikan sebagai dada. Hanya dada disini tidak hanya berarti fisik, tetapi juga non fisik, seperti aqal dan hati. Ini kerena menurut Amir An-Najr, sadr merupakan pintu masuknya segala macam godaan nafsu, penyakit hati dan juga petunjuk dari Tuhan. Sadr juga merupakan tempat masuknya ilmu pengetahuan ke dalam dirinya manusia.
Dada adalah wilayah pertempuran utama antara kekuatan positif dan negatif dalam diri kita, tempat kita di uji dengan kecendrungan-kecendrungan nagatif nafsu. Kalau sisi positif itu yang dominan, maka dada dipenuhi oleh cahaya dan berada dalam pengawasan jiwa ilahi. Tapi jika sebaliknya yakni sisi negatif yang dominan, seperti dengki, syahwat, keangkuhan, atau kepedihan, penderitaan atau tragedi yang berlangsung lama, maka dada akan dilingkupi oleh kegelapan. Hati akan mengeras dan cahaya bhatiniyah menjadi redup.
Selain itu, kata “shadr” atau dada dalam bahasa Arab seakar dengan “akal”, yakni tempat seluruh pengetahuan yang dapat dipelajari dengan dikaji, dihafalkan dan usaha individual serta dapat didiskusikan, ditulis atau diajarkan kepada orang lain. Pengetahuan yang tersimpan dalam hati tersebut pengetahuan laur atau pengetahuan diuniawi, kerena ia berguna untuk mencari penghidupan dan efektif dalam menangani urusan-urusan duniawi.
Kemudian Maulana Jalaluddin Rumi menyebutkan dua proses pengetahuan itu sebagai kecerdasan utuh dan kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan buatan memiliki banyak tingkatan yang berbeda, tetapi masing-masing memperolah pengetahuannya di luar. Sedang kecerdasan utuh didapatkan dari dalam. Kemudian sebagai bukti bahwa kata shadr tidak hanya berarti dada secara fisik, tetapi juga non fisik, yaitu hati dan akal dijelaskan dalam firman Allah SWT, diantaranya terdapat surat Al-Araf ayat 2 dan Al-An’am ayat 125.
Qalb
Kemudian lapisan hati yang kedua adalah Qolb, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kalbu atau hati. Hubungan antara Qolb dengan Shadr ialah bahwa Qolb merupakan sumber mata air, sedangkan Shadr diibaratkan sebagai danaumnya, atau shadr merupakan lapangan bagi Qolb.
Nabi Muhammad bersabda bahwa ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan lidah dan pengetahuan hati, pengetahuan yang benar-benar berharga. Masyarakat modernn sekarng terdahulu menekannkan pada pengetahuan lidah, yaitu pengetahuan pengetahuan yang dipelajari, salah satu tingkat kecerdsan buatan.
Hati berisakan prinsip-prinsip pengetahuan yang mendasar. Ia bagaikan air yang mengisi kolam pengetahuan dalam dada. Hati adalah akar dan dada merupakan cabang yang diberikan makan oleh hati. Pengetahuan bathiniyah dari hati atau pengetahuan luar dari akal sama-sama penting. Pengeahuan luar mencakup informasi kita yang kita perlukan untuk bertahan, termasuk keahlian profesional, maupun kecerdasan yang dibutuhkan untuk membentuk keluarga. Ia juga diperlukan dalam upaya menjalani kehidupan yang bermoral dan etis yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah.
Af’idah/Fuad
Selanjutnya lapisan hati yang ketiga adalah “fuad” atau “afidah”. Dalam bahasa Arab kata “fuad” berarti hati, tetapi letaknya lebih dalam dari Qolb, srhingga kata “fuad” biasa dikatakan sebagai “hati yang lebih dalam”
Qolb dan fuad berkaitan erat dan pada waktu tertentu hampir tidak dapat dibedakan. Qalb mengetahui, sedangkan fuad melihat. Mereka saling melengkapi, seperti halnya pengetahuan dan penglihatan. Jika pengetahun dan penglihatan dipadukan, maka yang gaib manjadi nayat dan keyakinan kita akan menjadi kuat.
Albab
Akhirnya, lapisan hati yang paling dalam ialah Albab. Kata “albab” merupakan jamak dari kata “lubb”. Dalam bahasa Arab katab “lubb” berarti racun, akal, hati, inti. Dan sari. Sedang dalam tasawwuf istilah “lubb” berarti hati terdalam atau hatinya hati.
Kalau ada orang hanya menggunakan shadr, Qalb, dan fuad, orang itu bisa baik dan bisa juga buruk, tapi kalau ia menggunakan albabnya, maka ia pasti baik.
Hati: Fu’aad, Qalb, dan Shadr
Muhammad Hakim A
11 tahun yang lalu
Di dalam al-Qur’an, Allah SWT menggunakan 3 kata yang berbeda untuk mendeskripsikan hati, yaitu: qalb, fu’aad dan shadr. Kita meyakini, bahwa Allah SWT menggunakan masing-masing kata tersebut, untuk suatu alasan dan makna tertentu; namun demikian, pada umumnya terjemah dari kata-kata tersebut adalah sama yaitu “hati”. Dan oleh karenanya terkadang, makna-makna yang mendalam dari ayat-ayat al-Qur’an tidak dapat kita tangkap sepenuhnya dengan hanya membaca terjemah makna ayat-ayat tersebut.
1. Qalb/Qulub (قُلُوب)
kata Qalb (قلب) atau kalbu, adalah kata umum yang digunakan untuk menunjukkan hati/jantung. Kata ini memiliki akar kata yang bermakna sesuatu yang berubah dan berbolak-balik. Sebagaimana sebuah doa yang diajarkan Rasulullah SAW
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalan agama (Islam)”. (HR. Ahmad: 23463)
Adalah merupakan sifat alami dari hati, yang selalu berubah-ubah suasana (membolak-balik). Dalam al-Qur’an Allah SWT pada umumnya menggunakan kata qalb saat dibahas tentang iman dan penyakit hati. Misalnya dalam surah al-Baqarah ayat 7:
( خَتَمَ اللَّـهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿البقرة: ٧
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
2. Fu’aad (فُؤَادُ )
فُؤَادُ berasal dari kata kerja fa’ada فأد yang bermakna terbakar/membakar atau berkobar. Misalnya dalam kata فأَد الخبزة (roti bakar). Kata fu’aad dalam bahasa arab digunakan untuk menggambarkan hati yang sedang “terbakar” emosi. Adapun Allah SWT menggunakan kata ini dalam al-Qur’an untuk menggambarkan keadaan emosi hati, baik sedang sedih, bahagia, frustasi, marah, menyesal dsb. Misalnya dalam surah al-Qashshash ayat 10 yang menceritakan Ibunda nabi Musa a.s saat melihat Musa as. Dipungut oleh istri Fir’aun.
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا
Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.
Hati ibunda Musa a.s menjadi kuatir yang teramat sangat karena anaknya berada di tangan Fir’aun, hingga seakan menjadi farighaa (kosong), karena “lepas dari dadanya”. Allah SWT menggunakan kata fu’aad untuk mendefinisikan hati dengan luapan emosi ini. Kemudian kelanjutan ayat ini:
إِن كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا
Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak kami Teguhkan hatinya,
Namun kemudian Allah Yang Maha Pengasih meneguhkan hati ibundanya Musa a.s hingga menjadi teguh; yang tidak lagi digambarkan dengan fu’aad tapi dengan kata qalb kembali.
Di dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
Nampaknya dari ayat ini Allah SWT hendak menyampaikan, bahwa bukan qalb (jantung/hati) yang hendak dimintai pertanggungjawaban, namun emosi gejolak hati (baik bahagia karena berbuat kebajikan, maupun penyesalan setelah berbuat dosa) yang akan dimintai pertanggungjawaban, dan juga karena pada dasarnya kita bisa mengontrol gejolak hati tersebut sehingga layak dimintai pertanggungjawaban. Wallahua’lam.
3. Shadr (صدر )
shadr bermakna dada, saat al-Qur’an menggambarkan sesuatu yang tersembunyi, niatan yang tersembunyi, Dia menggunakan kata shadr ini, yaitu untuk menggambarkan sifatnya yang tersembunyi dan tertutup. misalnya:
قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّـهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
katakanlah, “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau melahirkannya, pasti Allah Mengetahui”. Allah Mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang adad di bumi. Dan Allah Maha Kuasa tas segala sesuatu. (Ali-Imran:29)
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (an-Naas:5)
setan nampaknya tidak bisa membisikkan kejahatan ke dalam qalb, tapi ke dalam dada manusia. Hal ini karena pada dasarnya qalb itu suci. Hati manusia adalah serupa dengan benteng, dan mata, lidah, tangan dan telinga adalah pintu-pintunya; Allah SWT dengan Kasih Sayang-Nya tidak membiarkan qalb kita dapat langsung ditembus oleh bisikan setan, namun setan bisa membisikkan ke dalam shadr kita, dan dia mengaksesnya melalui pintu-pintunya, maka apakah kita membiarkannya terbuka atau menutupnya rapat-rapat sehingga setan tidak bisa masuk, itu terserah kita;
Mungkin selama ini kita kurang memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an, namun Allah SWT sendiri telah mendeklarasikan keagungan al-Qur’an dan menantang siapa saja untuk membuat satu ayat yang serupa dengan-Nya yang dapat dipastikan tidak akan bisa. Dan kalaulah seandainya kita lebih mencermati-Nya, Insyaa Allah niscaya kita akan menemukan keagungan-Nya, baik dari segi makna-maknanya, kabar-kabar yang disampaikannya, susunan kalimatnya, bahkan pada pilihan katanya, sebagaimana pilihan kata untuk “hati” yang dibahas dalam tulisan ini.
Wallahua’lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar